Diana terus mengikuti pelayan itu, hingga dia sampai di lantai dua yang ada di rumah besar itu.
“Nah ini kamar Nona, apa Nona perlu sesuatu?”
Diana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu, saya izin undur diri, selamat beristirahat Nona.”
Diana hanya tersenyum, para pelayan di rumah ini lebih mempunyai kesopanan dari Nyonya Rumah ini. Setelah pelayan itu pergi, Diana segera masuk ke kamar dan menutup pintunya. Dia teringat sesuatu, Diana segera mencari handphonenya, saat menemukan benda itu, dia segera mengetikkan pesan untuk neneknya.
Nek, aku sudah sampai di rumah Pak Agung.
^^^Bagaimana keadaan kamu?^^^
Aku baik nek, nenek jaga kesehatan di sana.
Diana terus berkirim pesan dengan neneknya, sosok yang dia cinta, melebihi dirinya sendiri.
Sedang di ruang kerja milik Agung. Rani dan Ivan masih menunggu jawaban laki-laki itu, kenapa tega menjodohkan Ivan dengan gadis desa yang bisu.
“Salima, dia nenek Diana. Dia menginginkan agar cucunya dan cucu kakek dijodohkan, mengingat apa saja bantuan keluarga Salima pada keluarga kita, bagaimana kakek bisa menolaknya?”
“Aku berhutang nyawa pada nenek Diana, aku tidak bisa menjelaskan apapun. Saat aku dan dia menyetujui perjodohan Ivan dan Diana lebih lanjut, aku sudah meminta persetujuan Ivan, dan Ivan sudah setuju.” Agung menarik napasnya begitu dalam, mempersiapkan diri untuk melanjutkan ceritanya.
“Selain itu, keluarga nenek Salima juga yang memberikan pertolongan saat kakek terpuruk. Bahkan orang-orang meninggalkan kakek kala terpuruk, keluarga Diana malah memberi pertolongan, kakek bersumpah akan membalas semua kebaikan mereka.” Teringat bagaimana perjuangannya membangun bisnisnya, tak terasa ujung mata Agung basah. Salima adalah pahlawan baginya.
“Jika kamu menolak perjodohan ini, lebih baik kakek mati saja, kakek tidak bisa tetap berdiri dan meneruskan hidup ini dengan rasa malu, kakek juga akan hibahkan seluruh saham Agung Jaya Group, buat apa semua itu terus berdiri? Jika menolong orang yang membantu perusahaan ini berdiri saja tidak bisa.”
Ivan dan Rani terdiam, Ivan memahami dilema kakeknya. Hingga saat ini sangat sulit membatalkan perjodohan ini.
“Kamu tega menolak permintaan seseoang yang berjasa besar dalam hidupmu?”
“Maafkan Ivan kek.” Ivan merasa bersalah.
Ivan pun pasrah menerima perjodohan ini.
***
Selama berada di rumah keluarga Agung, Diana hanya berdiam diri di kamar dengan membaca beberapa pesan pada handphonenya. Sebuah ketukan pintu membuat lamunan Diana buyar, dia segera membukakan pintu kamarnya. Terlihat seorang pelayan muda yang berdiri di depan pintu.
“Tuan besar menunggu Anda di meja makan,” ucapnya.
Diana tersenyum dan segera mengikuti pelayan itu. Sesampai di bawah, terlihat Agung, Ivan, dan Rani. Sosok yang dia lihat tadi siang.
“Mari bergabung nak,” sambut Agung.
Diana hanya tersenyum kecil dan segera menarik salah satu kursi yang Agung isyaratkan. Pelayan pun segera mengisi piring Diana dengan menu makan malam yang ada. Diana memberikan isyarat cukup pada pelayan itu. Melihat gadis yang hanya memberi isyarat, rasanya Ivan sudah bisa membayangkan bagaimana keadaan rumah tangganya nanti. Tidak terasa piring mereka pun kosong.
“Diana.”
Merasa namanya dipanggil, Diana pun menoleh kearah Agung.
“Dari cerita nenekmu, kamu sangat menyukai dunia medis, bagaimana kalau kamu kuliah ke Universitas Bina Jaya? Universitas itu milik keluarga kami.”
“Aku keberatan kek, Fakultas kedokteran di sana adalah impian semua orang yang ada di kota ini,” sela Ivan. "Hanya orang-orang yang berkwalitas yang bisa kuliah di sana." Pandangan mata Ivan yang tertuju pada Diana sangat tidak bersahabat. Seakan mengisyaratkan, kalau Diana tidak pantas berada di sana.
“Iya, kakek tau. Kita punya tempat khusus di sana, sangat mudah memasukkan Diana untuk kuliah di sana, dengan kekuatan kakek, pasti Diana bisa kuliah di sana.”
Diana langsung memberi isyarat, kalau dirinya tidak ingin menginginkan jika masuk dengan cara yang kakek Agung utarakan.
“Itu Universitas terbaik Diana,” bujuk kakek Agung.
Namun Diana kekeh dengan penolakannya. Diana mengetik kata pada Handphonenya.
...Biarkan aku masuk karena usahaku sendiri....
“Ya sudah, kalau kamu tidak mau. Kakek hanya ingin membantumu mencapai mimpimu.”
Diana tersenyum, dan memberi isyarat ‘terima kasih’ pada kakek Agung.
Ivan tersenyum sinis, dia yakin Diana tidak akan bisa masuk ke Universitas kedoteran milik keluarganya.
“Selama ini, Ivan tinggal terpisah dengan kami, tadi dia pulang hanya ingin menyambutmu.”
Diana terlihat menyimak obrolan kakek Agung. Sedang Ivan merasa beruntung, karena mengobrol setelah makan malam selesai, andai belum makan, rasanya seleranya hilang melihat isyarat gadis desa itu.
“Kalian memang dijodohkan, tapi kakek berharap kalian menjalaninya nanti bisa saling nyaman. Sebab itu kakek meminta Diana datang, agar kalian berdua saling mengenal satu dengan yang lainnya."
“Kakek minta, kamu ajak Diana tinggal di Apartemen kamu Van, biar kalian bisa saling mengenal lebih dalam lagi.”
Melihat gadis ini ada di rumah kakeknya saja Ivan sangat malas, kakeknya malah meminta membawa gadis itu tinggal di Apartemen miliknya, namun permintaan kakeknya adalah hal yang tidak bisa Ivan tolak.
Kenapa gadis udik ini juga menyiksaku sebelum kami menikah
Ivan sangat geram, namun dia tidak berdaya menolak permintaan kakeknya.
Selesai makan malam, Ivan membawa Diana menuju Apartemennya, Diana pasrah, dia menenteng tas yang berisi perlengkapannya dan terus berjalan mengikuti Ivan. Hingga mereka sampai di Apartemen milik Ivan.
“Itu kamar kamu.” Ivan menujuk salah satu kamar yang ada di Apartemennya.
Diana segera melangkah menuju kamar itu.
“Kamu kecewa bukan?” Ivan menyeringai.
Diana pun berhenti dan memutar badannya kearah Ivan.
"Pasti kamu bermimpi bisa memelukku setiap malam."
“Kamu pikir aku akan mengajakmu tidur sekamar denganku?” Tawa Ivan sangat meledek.
“Kamu jangan terlalu berharap, tidak akan terjadi apapun antara kita.”
“Satu lagi, kamu jangan terlalu berharap bisa menikah denganku, aku akan berusaha dan terus mencari cara untuk menggagalkan perjodohan ini.”
Diana meneruskan langkahnya menuju kamar yang akan dia tempati.
Ivan menyusul Diana, dia ingin habis-habisan mengutarakan kekesalannya. “Kau pikir aku sepertimu menerima perjodohan ini dengan perasaan bahagia? Aku menerima perjodohan ini, semata demi kakekku. Jadi mulai sekarang kubur impianmu untuk menjadi istriku, karena jika aku menemukan caranya, mimpimu itu tidak akan terwujud.”
Diana semakin geram dengan pemuda ini, dia pikir dirinya bahagia dan ihklas dengan perjodohan mereka.
“Ingat nasehatku tadi, biar kamu tidak kecewa, buang jauh-jauh impianmu untuk menjadi Nyonya Ivan.”
“Jangan pernah berhayal, seorang Ivan yang sangat diimpikan banyak Wanita ini mendekatimu dan memperlakukanmu seperti ratunya, buang khayalan itu jauh-jauh, agar kamu tidak terlalu keras terjatuh, karena mimpimu itu tidak akan terwujud.”
“Jangan Narsis!”
Seketika Ivan yang membisu, setelah mendengar jawaban tegas dari Diana, sedang Wanita itu sudah menghilang dibalik pintu. Mendengar ucapan Diana yang begitu lantang tadi Ivan berharap itu hanya khayalannya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Sungatminah Hartini
cerita yg bagus
2024-01-03
0
Nurjana Bakir
sebenarnya dianya bisa ngomong
2023-08-16
1
Sri Winarsih Djiba
seruu
2023-05-14
1