Usai bertengkar dengan Qenan di toilet restoran, Nadira segera mengajak Nina dan Arga pergi dari sana. Beruntung mereka belum memesan di restoran mahal itu.
Ia terus saja mengusap air mata nya. Tadi sepanjang perjalanan pulang, baik Nina maupun Arga tidak ada yang berani bertanya kepada Nadira sebab ia terus saja menangis.
"Dira.. Udah dong nangis nya.. Gue juga jadi sedih." ucap Nina setelah sampai ke kost nya.
"Gue nggak tahan Na.. Dia nggak pernah nganggep gue."
Nadira menceritakan segala uneg-uneg yang dirasa. Tidak ada yang ia tutupi lagi karena menurutnya hubungan dengan Qenan telah berakhir.
"Tapi kalian itu pernikahan bukan pacaran, mana bisa langsung udahan gitu aja. Nadira.. Lo harus tahu kalau suami lo itu lebih muda, pasti pikiran nya beda sama kita kan? cobalah lebih ngerti dia."
Nadira bergeming mencerna setiap kata diucapkan Nina. Dan ia sadar dua hal, satu ia belum bisa mengerti keadaan Qenan dan dua ia butuh pengakuan dari Qenan.
Selama ini ia belum tahu bagaimana perasaan Qenan terhadapnya. Apa Qenan bertahan hanya tidak ingin mempermainkan pernikahan atau Qenan sudah ada hati untuknya sama seperti dirinya.
"Terus gue harus gimana?" tanya Nadira dengan suara serak.
"Ya baikan lah sama suami lo.." sahut Nina nyolot.
Bibir Nadira maju mendengar itu. "Nggak ah, gue malu harus balik ke apartemen sedangkan gue tadi udah mutusin untuk ninggalin dia."
Nina berdecak. "Terus lo maunya apa?"
"Gue mau nginep disini malam ini ya.."
"Ogah. Lo itu istri orang nggak baik keluyuran. Sana balik lo." usir Nina karena apa yang ia katakan benar adanya.
"Nina..." rengek Nadira agar diizinkan menginap.
"Nggak. Udah sana pulang."
Dengan langkah lunglai ia keluar dari kost putri tersebut. Keluar dari gang memilih arah kejalan yang mana.
"Gue harus kemana? masa iya balik ke apartemen? malu dong gue dan belum siap ketemu Qenan juga."
"Hah.. Nggak seharusnya gue gini ke Qenan, pasti dia juga tertekan karena pernikahan ini."
...****...
Di sebuah mobil sport sang empunya terus saja menggerutu menyadari kebodohan nya. Matanya terus melihat ke sekitar jalanan berharap menemukan Nadira.
Setelah makan malam dengan diakhiri penolakan atas perjodohan itu langsung kembali ke apartemen namun tidak mendapati Nadira disana.
"Ada yang mau lo jelasin ke gue Nan?" tanya Nazeef yang masih berada satu mobil dengan Qenan.
"Ya cewek yang lo ajak ngobrol di lift itu pacar gue." sahut Qenan lirih, ia merasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.
Nazeef menghela nafas panjang mendengar pengakuan dari Qenan. Dapat dilihat wajah kusut dan kalut seorang Qenan Abraham.
"Apa lo cinta banget sama dia?"
Qenan menoleh menatap Qenan lalu fokus menyetir lagi. "Gue belum bisa cerita semua ke lo, pertemuan singkat dan mendadak buat gue merasa nyaman karena selalu berada dekat dia secara intens."
Nazeef mencerna setiap kata keluar dari sudut bibir Qenan. "Secara intens? nyaman itu salah satu ciri-ciri jatuh cinta brother."
Qenan memilih tidak menjawab namun membenarkan ucapan Nazeef.
"Ada nomor hape dia nggak?"
Qenan melirik dengan tatapan tajamnya karena tidak suka Nazeef meminta hal privasi Nadira.
"Jangan cemburu, gue mau lacak keberadaan dia."
"Pakek hape gue aja." Qenan merogoh ponsel di saku celana memberikan kepada Nazeef.
Dengan mencebik bibir ia menerima ponsel milik Qenan lalu install aplikasi yang dibutuhkan.
Lama ia berkutat di ponsel Qenan setelah mengetahui letak lokasi dimana Nadira berada tidak langsung memberitahukan kepada Qenan. Ia memilih memeriksa benda pipih milik sang sahabat karena ini baru pertama kalinya ia memegang benda pribadi milik Qenan.
"Gila parah lo Nan.. Cewek lo cantik bening." celetuk Nazeef saat melihat foto-foto Nadira di galeri foto ponsel Qenan.
Qenan langsung merebut ponselnya dari tangan Nazeef. "Jangan lo pandang cewek gue."
Nazeef terbahak melihat wajah Qenan memerah karena marah ia memuji kecantikan Nadira.
"Cewek lo ada di Hotel Matahari."
Ckiitt...
"Anj*r.. Sakit bege, apa-apaan lo ngerem mendadak Nan?" geram Nazeef pasalnya Qenan menginjak rem tiba-tiba, beruntung suasana jalan itu sudah sepi.
Ia tidak mengindahkan ucapan Nazeef, sangat mengejutkan hati kala mendengar itu. Pikiran buruk telah menghantui saat ini.
Tanpa berkata Qenan langsung melesat ke Hotel Matahari dengan kecepatan di atas rata-rata hingga membuat Nazeef terus mengumpat dan melayangkan sumpah serapah kepada Qenan
Setelah sampai di basement hotel Matahari Qenan keluar dari mobil di ikuti Nazeef namun Qenan melarangnya.
"Ngapain lo ikut turun?" tanyanya menatap tajam kepada Nazeef.
"Gue kan pengen lihat kalian berantem Nan." sahut Nazeef santai walau sebenarnya ia sedikit takut dengan Qenan sedari tadi menahan emosi.
"Sialan lo. Sana balik."
Dengan dada berdebar mengiringi langkah kaki menuju meja resepsionis bertanya nomor kamar atas nama Nadira Fazilla Zharifa dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah untuk memberikan kunci akses masuk ke kamar dimana Nadira berada.
Ia hanya memberi uang sebanyak sepuluh lembar berwarna merah karena ini bukanlah hotel mewah seperti hotel yang sering ia dan keluarga menginap jika sedang liburan jadi sangat mudah menyuap resepsionis tersebut.
"Semoga apa yang ada dipikiran gue itu salah."
Dengan langkah lebar menuju ke kamar Nadira, setiap langkahnya ia berpikir langkah apa yang akan diambil jika yang sedari tadi memenuhi pikiran benar terjadi.
Braakk..
Pintu terbuka cukup keras membuat penghuni di dalam kamar itu terjingkat kaget, segera ia tutup kembali tubuh polos itu dengan bathrobe yang sudah ia buka ikat pengait nya.
Mata Qenan memanas melihat tampilan Nadira yang baru saja membersihkan diri membuat pikiran nya melayang jika Nadira baru selesai melakukan penyatuan panas di kamar hotel ini.
Tidak ada yang membuka suara diantara mereka, Qenan bukan menghampiri Nadira melainkan ke kamar mandi mencari sesuatu yang sama sekali ia berharap pikiran nya itu tidak terbukti.
Nadira masih mematung melihat Qenan mondar-mandir seperti mencari sesuatu dengan keadaan emosi.
Tiba tubuh tinggi dan tegap itu berdiri di depan Nadira hanya berjarak setengah meter darinya. Mereka berdua sama-sama menelan saliva dengan kasar kala mata mereka bertemu.
"Maaf." cicit keduanya bersamaan.
"Ra.. Ayo pulang.." ujar Qenan.
"Aku nggak mau."
"Kenapa? maaf, iya aku salah tapi mama dan papa tahu kalau aku udah punya pacar."
Mata dengan bulu lentik itu mengerjap berulang kali mendengar perkataan Qenan. "Terus? maaf aku terlalu menuntut mu. Seharusnya aku mengerti keadaan mu."
Qenan mengangguk. "Nanti kapan-kapan aku aja kamu ke butik mama. Sekarang ayo kita pulang."
Gelengan kepala dari Nadira adalah bentuk tolakan darinya. "Kenapa?"
"Bajuku basah. Masa iya aku keluar pakek bathrobe gini?"
Qenan terkekeh melirik penampilan Nadira, paha putih mulus itu terekspos sempurna di depan matanya.
"Kamu seksi." celetuk Qenan mengerling mata ke Nadira.
🌸
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Muhammad Hasyir Kamil
dasar anak muda/Drool//Drool/
2024-04-23
0
kaname senpai
nadira janga2 dengan cwe yg dijodohkan kenan sama2 ayah kandung y??
2024-04-17
0
Suzieqaisara Nazarudin
Semoga saja ortunya gak memaksakan perjodohan itu...
2022-08-27
0