Pukul 8 malam Qenan baru sampai di apartemen. Wajah lelah dan bau keringat melekat pada tubuhnya. Ditambah ia mendapat kabar ada masalah di salah satu kafe yang mengharuskan ia menindaklanjuti kejadian itu.
Qenan mengerutkan dahi saat melihat Nadira sedang menatap lurus di depan televisi menyala tidak menyadari kehadirannya.
"Ra.." panggil Qenan Hinggan membuatnya terperanjat.
Lalu ia melangkah mendekati dan duduk di sebelah Nadira. Dapat dilihat mata bengkak sehabis nangis disana.
"Kamu kenapa?"
Nadira menggeleng. Ia belum siap untuk menceritakan masalahnya tadi di tempat kerja karena merasa hubungan ia dengan Qenan belum sejauh dan sedekat itu.
"Nggak mau cerita?" tanyanya lagi.
"Hanya masalah tempat kerja, tadi aku buat kesalahan jadi disuruh pulang." sahut Nadira berkata jujur walau tidak mengatakan kesalahan itu apa.
"Apa kesalahan itu fatal?"
Nadira menggeleng. "Enggak, cuma aku gak sengaja numpahin kopi ke jas punya tamu penting."
Qenan hanya ber oh ria saja. "Ra, kamu masak apa?"
Nadira tercengang mendengar pertanyaan Qenan karena ia sendiri lupa memasak bahkan juga belum makan malam.
"Napa? gak masak ya?"
"Lupa. Aku aja lupa kalau belum makan." sahut Nadira.
Jika tadi Nadira yang tercengang, kini Qenan lah tercengang. "Apa kamu berubah pelupa setelah menjadi orang lambat?"
Nadira tak menjawab, hanya berdecak sebal pada Qenan.
"Aku mandi dulu abis itu kita cari makan di bawah."
Setelah kepergian Qenan, Nadira kembali termenung pertemuan nya tadi dengan papa Surya sangat menyakiti hatinya.
Apa papa gak ingat kalau mama sedang hamil?
terus alasan apa yang buat papa pergi ninggalin aku dan mama? Aku benci berada di situasi yang buat aku lemah.
Nadira menghela nafas membuang segala pikiran tentang papa Surya. Kali ini ia teramat kecewa pada sang papa.
Kedua tangan Nadira bergerak membagi seluruh rambutnya menjadi dua bagian. Kemudian di satu bagian ia bagi lagi menjadi tiga bagian lalu mengepang rambutnya hingga ujung rambut begitu juga di satu sisi lagi.
Qenan keluar dari kamar dalam keadaan sudah rapi. Melihat penampilan Nadira seperti itu membuat nya bingung sendiri.
"Ra.."
"Ya?" jawab Nadira menoleh kebelakang.
"Jangan di kepang bisa?"
Nadira mengerutkan dahi. "Jelek ya?"
Qenan menggeleng lalu berjalan kearahnya. Duduk di sebelah Nadira membuat jantung nya hendak keluar.
"Kemarin waktu kita jalan berdua rupanya ada yang memotret kita, jadi tadi rata-rata yang fans sama aku rambutnya di kepang dua."
Nadira terperanjat kaget mendengarnya. "Serius? pasti pacar kamu marah ya?"
Tiba-tiba hatinya nyeri kala Qenan mengatakan 'fans' yang berarti Qenan termasuk siswa populer dikelilingi cewek-cewek cantik.
Nadira cemburu.
"Kan pernah ku bilang pacar ku itu kamu."
"Bohong." Nadira memasang wajah cemberut.
Qenan terkekeh melihat wajah cemberut Nadira karena menurutnya wajah Nadira sangat cantik dan imut.
"Awas jatuh bibir memble nya Ra.." ledek Qenan.
"Qeennaann.." teriak Nadira menderatkan cubitan maut di lengan nya.
Qenan mengusap lengan terasa perih akibat cubitan mau dari Nadira.
"Sorry.. Ayo cari makan."
"Sebentar.."
Tangan Nadira bergerak membuka pita dan membiarkan rambut tergerai indah. Ia mengambil satu pita itu lalu mengikat sebagian rambut Nadira.
Melihat apa yang dikerjakan Nadira membuat ia terpana. Kecantikan alami yang di miliki Nadira mampu meluluhkan hati yang beku ini.
Keduanya memasuki lift berdua saja dari lantai 5 menuju lantai dasar. Lift masih berjalan, sedari tadi Qenan terus memandangi wajah Nadira dari arah samping.
"Ngapa lihat-lihat?" tanya Nadira karena ia dapat melihat Qenan dari pantulan dinding lift.
Cup
Mata Nadira terbelalak ketika bibir lembab Qenan mengecup pipinya.
Ting..
Pintu lift terbuka di lantai tiga dan betapa terkejutnya Qenan melihat sang sahabat. Lalu ia menoleh ke samping melihat Nadira masih membeku karena perlakuan nya tadi.
"Loh Nan.. Mau kemana lo jam segini?" tanya Nazeef mengintimidasi Qenan dan cewek di sebelah Qenan.
Qenan berdehem mengurangi kegugupan. "Cari makan gue laper."
Nazeef berdiri di tengah-tengah Qenan dan Nadira. Sedari tadi Nadira hanya diam saja dan ia menggeser ke pojokan agar tidak di curigai.
Nazeef memandang Nadira dari pantulan dinding lift lalu berbalik badan karena Nadira sudah berada di belakang mereka.
"Penghuni baru ya?" tanyanya.
Nadira mendongak menatap Nazeef lalu Qenan. "Iya." jawabnya singkat.
Sungguh ia tidak suka harus sembunyi-sembunyi seperti ini, setidaknya katakan jika ia adalah pacar Qenan. Namun apalah daya, semua hanya angan. Sampai sekarang hubungan nya masih jalan di tempat dan Qenan belum memberi kejelasan lagi masalah hubungan nya.
Jika saja Qenan meminta hak nya sebagai suami, ia pun akan merelakan dengan hati lapang. Karena baik ia dan Qenan menerima pernikahan ini tetapi hingga kini Qenan masih merahasiakan kehadiran nya.
Sebagai seorang istri tentu ia merasa tersakiti dan menilai bahwa dirinya tidak pantas untuk seorang Qenan Abraham.
"Di lantai 5 ya? kamar nomor berapa?" cerca Nazeef membuat Nadira bingung harus jawab apa dan ia juga sudah malas menanggapi pertanyaan Nazeef.
Hati yang sedari siang sudah tidak baik-baik saja ditambah pertanyaan-pertanyaan dari Nazeef membuat ia tidak ingin makan di luar lagi di tambah Qenan yang diam saja membuat hatinya mencelos.
*Sadar Nadira.. Jangan ada hati untuk Qenan. Lihatlah!!! bahkan sahabat Qenan sendiri nggak tahu kamu. Itu berarti Qenan memang gak inginkan lo. Andai gak ada penggerebekan waktu itu..
Ting*
Pintu lift sudah sampai di lantai dasar. Qenan dan Nazeef lebih dulu keluar. Nadira menatap nanar punggung Qenan yang lupa keberadaan nya. Ia keluar dari lift bukan untuk mengikuti Qenan dan Nazeef namun ia melangkah keluar dari pelataran Apartemen itu.
"Hah.. Gue lupa bawa Hape sama dompet lagi.. Cuma 20 ribu duet di kantong gue." gerutu Nadira.
Tadi saat Nadira dan Qenan keluar apartemen, Nadira sengaja meninggalkan barang berharga itu karena rencana mereka hanya makan di sekitar apartemen.
"Gue nggak boleh jauh-jauh dari apartemen." gumamnya saat pikiran nya terbayang kejadian di malam tahun baru.
Nadira berpikir seperti itu karena malam ini ia mengenakan pakaian lengan panjang warna rainbow dan celana jeans sangat pendek.
Wajah nya sumringah melihat gerobak nasi goreng serba sepuluh ribu.
"Mang, nasi goreng satu ya." ujarnya ramah.
"Siap neng. Makan sini atau bungkus neng?"
Nadira diam saja memikirkan makan disini atau di bungkus. Karena ia ingin menghindari Qenan akhirnya memilih untuk makan disini saja.
Ia pun duduk di kursi plastik yang di depan nya ada meja. Nadira sangat senang melihat orang lain memasak dengan cekatan mengingatkan ia dengan mama Melati dan ibu panti.
*Nadira rindu mama.
🌸*
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Vickyyulventus
duh kenapa Nadira nasibnya sama kek Mama nya ya tapi semoga qenan gak kek bapaknya ya kasian ntar
2023-08-04
3
Elly Watty
jujur ma Nazref gpp kog Qenan coz Dira ja dah jujur ma sahabat satu2nya
2023-02-20
0
nenk 'yLa
aga kecewa ma sikap qenan yg satu nii
2022-11-07
0