Di Kafe Hebat tempat bekerja Nadira kini sedang sibuk membersihkan seluruh kafe dengan sangat bersih karena orang tua pemilik kafe akan berkunjung hari ini.
Nadira hanya mengikuti perintah tanpa membantah. Tapi satu hal yang pasti ia tidak mengetahui bagaimana rupa orang tua pemilik kafe Hebat tersebut.
"Dira.. Gimana hubungan lo sama suami lo?" tanya Nina.
"Biasa aja Na.."
Seseorang menyodorkan segelas minuman kepada Nina lantas mendongak melihat siapa orang itu.
"Kak Arga.." ucapnya lirih.
Arga tersenyum. "Ini untuk kamu Nin.."
"Makasih." ucap Nina langsung di angguki Arga.
"Aku balik kerja lagi ya, jangan capek-capek."
Nina mengangguk tersenyum sungkan pada Arga.
Nadira melihat interaksi keduanya. "Lo ada hubungan sama kak Arga Na?"
"Dia nembak gue semalem Dir." bisik Nina agar tidak di dengar orang lain.
Nadira terperanjat tak percaya pasalnya ia tidak pernah tahu keduanya dekat.
"Serius?" tanya Nadira meninggi.
"Pelankan suara lo, ia gue serius."
Nadira mengusap lengannya terkena cubitan maut dari Nina.
"Sakit Na.."
Obrolan keduanya harus terhenti karena Pak Diki memanggil para karyawan Kafe Hebat untuk berkumpul memberitahu jika orang tua pemilik kafe telah tiba bersama dengan teman nya.
Pak Diki juga menyampaikan harus ekstra hati-hati karena teman dari orangtua pemilik kafe memiliki sifat arogan.
Nadira dan Nina yang di utus oleh pak Diki untuk melayani mereka.
"Gue gugup." kata Nadira.
"Sudah ayo, kita buktikan pada pak Diki kita bisa melayani mereka dengan baik bukan hanya gosipan kita aja yang baik."
Nadira mengangguk semangat.
Keduanya membawa nampan masing-masing. Dengan Nadira membawa kopi hitam panas untuk orang tua pemilik kafe dan teman nya begitu juga Nina membawa satu ekor ayam panggang beserta dua porsi nasi putih. Di nampan Nina juga terdapat satu porsi nugget pisang.
Dengan hati-hati Nadira mengikuti Nina di depan nya menuju ruang kerja pemilik kafe Hebat yang tidak pernah ia masuki.
Terlihat dua pria dewasa sedang bercengkrama di dalam ruangan itu. Ia hanya bisa melihat satu wajah pria dewasa itu. Tampak tampan di usia dewasa nya.
Nadira masih berdiri dibelakang Nina yang masih menyusun makanan di atas meja. Ia pun mendekati meja setelah Nina beranjak dari sana dan masih menunggu di dekat pintu ruangan itu.
Praankk...
Belum sempat kopi itu dipindah, nampan yang ia pegang terjatuh karena melihat seseorang itu.
Seseorang yang selama ini meninggalkan ia dan sang ibu. Seseorang yang diceritakan ibu panti bahwa dia adalah orang baik. Seseorang yang membuat ia harus berada di Jakarta. Seseorang yang ia cari.
Seseorang yang tidak pernah ia sebut selama ini, **Papa.
Surya Wijaya**.
Lamunan nya tersadar saat orang itu membentak dirinya hingga tanpa ia sadari air mata itu menetes.
"Apa-apaan kamu ini hah?" bentak Papa Surya.
"Ma-af." cicit Nadira.
"Maaf? Apa kamu tahu harga jas ini berapa hah? gaji mu setahun tak akan cukup untuk mengganti nya."
Nadira semakin terisak dengan segala bentakan dilayangkan dari orang yang ia sebut papa. Hatinya bagai di sayat belati, sakit dan perih.
"Jika orang berbicara jangan hanya menunduk." sungut papa Surya lagi.
Nadira pun mendongak dengan air mata yang sudah banjir di pipi.
*Deg
Wajah itu.. Wajah itu mirip sekali dengan Melati*. ucap Papa Surya dalam hati.
Tubuh papa Surya terpaku menatap lekat wajah Nadira mirip dengan wanita di masalalu nya. Melati yang tak lain adalah almarhumah ibu Nadira.
"Sudah-sudah, jangan di ulangi ya.. Kamu karyawan baru?" tanya papa Reno tak lain adalah papa Qenan pemilik kafe Hebat.
"I-iya Pak."
"Bersihkan wajah mu dan temuilah Diki." titahnya dengan ramah.
"Maafkan saya pak.." Nadira kembali menunduk, hatinya kian sakit mendengar ucapan papa Reno sangat ramah dan menenangkan sedangkan papa kandungnya sendiri membentaknya.
Nadira dan Nina keluar menuju pantry. Nadira menangis tersedu disana. Ia begitu kecewa pada papa Surya. Ia sangat tahu itu ayahnya karena foto kedua orang tua nya setiap malam selalu ia pandangi.
"Lo yang tenang Dir.. Mungkin pak Surya membentak mu karena kaget sama tumpahan kopi itu."
Punggung Nadira bergetar hebat membuat Nina mengusapnya agar menjadi tenang. Nadira membalikkan tubuh menatap Nina. "Dia bokap gue Na.. Di-a gak kenal gue Na."
Nina terperanjat mendengar nya menjadi iba dengan Nadira. Ia mendekap sahabatnya itu mencoba menenangkan.
"Nadira.. Sebaiknya kamu pulang hari ini dan besok datanglah seperti biasa. Bos akan menemui mu besok." titah pak Diki membuat Nadira semakin terisak.
...****...
Nadira menuruti perintah Pak Diki untuk pulang. Wajahnya kusut tidak berselera melakukan apapun. Di depan pintu apartemen Qenan ia masih termenung. Bahkan menekan password apartemen itu pun ia harus mengulanginya beberapa kali karena tidak fokus.
Memasuki kamar membuka lemari dan ia ambil kotak kecil yang berisikan kalung dengan liontin berwarna merah. Di balik liontin itu ada foto Papa Surya dan Mama Melati dengan perut sedikit bungit mengandung dirinya.
"Ma.. Dira udah ketemu papa." air mata itu kembali menetes.
"Papa nggak kenal Dira ma.. Kenapa harus cari papa jika dulu mama juga di tinggalkan?"
"Boleh Dira benci papa?"
...****...
Di ruang kerja pemilik kafe Hebat.
"Kenapa kamu jadi diem gitu?" tanya papa Surya.
"Dia mirip Melati Ren.."
Papa Reno menghela nafas. Ia tahu kisah cinta Surya dulu sebelum menikah dengan istrinya yang sekarang.
"Perasaan mu kali." sebenarnya ia juga merasakan hal itu tadi makanya ia tidak marah pada Nadira.
Papa Surya menggeleng. "Enggak Ren, apa kamu gak lihat matanya? Andai aku bisa menemukan Melati.."
"Apa kamu nggak punya petunjuk lagi?"
"Enggak, terakhir kali sat aku meminta izin menikah lagi." ucapnya lirih.
Ia menyesali perbuatannya, seharusnya setelah ia mendapat izin dari Mama Melati sering menjenguknya namun tak ada yang ia lakukan.
Papa Surya menyesali kehadiran nya e3 bulan setelah menikah lagi.
"Andai kamu dulu jujur dengan kedua orang tua mu kalau kamu udah nikah waktu itu pasti kalian masih bersama."
Papa Surya menunduk. "Awalnya aku terpesona dengan istriku sekarang tapi setelah kenyataan itu terbongkar, hatiku semakin sakit dan merasa bersalah pada Melati." terang Papa Surya.
"Semua udah terlambat Sur, mungkin aja Melati udah melupakan semua ini." ucap papa Reno mencoba menenangkan papa Surya.
"Enggak Ren, Melati wanita lemah lembut dan sangat setia padaku. Dia bisa melakukan apapun untuk kebahagiaan ku. Andai aku tak merahasiakan pernikahan kami.."
Kedua nya terdiam memikirkan hal apa yang terjadi pada Melati. Papa Reno selama ini juga ikut membantu mencari namun tidak ada jejak dari Melati sama sekali.
🌸
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Mytha🕊
jgn2 si surya papanya dion or rania 🤔
2024-04-18
2
Kartini Kartini
la iyalah to istri nya udah meninggal dunia
2024-03-26
0
Sulaiman Efendy
CURIGA ISTRI BARU SI SURYA PAPANYA RANIA ATAU PAPANYA DION...
2023-07-27
1