Setelah bermain Qenan mengajak Nadira ke salah satu store kaos milik nya. Hari ini sengaja Qenan mengajak Nadira ke Mall karena memang giliran store disini yang ia kunjungi.
"Kamu mau beli baju Nan?" tanya Nadira ketika di depan store tersebut.
Qenan menggaruk tengkuk leher yang tak gatal. Ia lupa jika Nadira tidak mengetahui apa-apa tentang nya.
"Bukan, ini store usaha ku Ra.."
Nadira menghentikan langkah lalu melihat nama store kaos itu. Ia tahu kaos-kaos dari store di depan nya ini banyak dibicarakan orang orang yang sering ia dengar di kost ataupun tempat kerja.
Nadira memicing menatap Qenan curiga. Sungguh jika yang dikatakan Qenan adalah kebenaran maka ia tidak ingin masuk ke dalam.
Tidak siap dan merasa tidak pantas.
"Aku nggak bohong Ra.. Ayo, aku ada sedikit kerjaan."
Nadira bergeming dengan wajah cemberut nya.
"Kamu cemberut gitu hati-hati Ra.."
"Hati-hati gimana?" tanya Nadira.
"Hati-hati bibit bawah mu yang memble itu jatuh." ucapan Qenan sukses membuat mata Nadira membola sempurna.
"Padahal karena ulah mu bibirku jadi tambah memble." gumam Nadira masih terdengar oleh Qenan dan membuat ia terkekeh.
Ia pun merangkul leher Nadira kembali membawanya masuk.
"Sudah ayo masuk."
Para karyawan melihat kedatangan Qenan lantas buru-buru berbaris di depan pintu masuk store. Namun ada yang berbeda hari ini, sang bos membawa seorang cewek bukan sahabatnya lagi.
Para karyawan memberi hormat lalu saling berbisik karena ini pertama kali sang bos berkunjung membawa seorang cewek. Mereka juga ada yang memuji dan ada yang mencibir Nadira.
Mereka yang memuji Nadira karena mampu berada di dekat Qenan dan mencibir Nadira sok kecantikan padahal saat ini Nadira mengepang dua rambutnya sehingga di nilai culun. Tak pantas bersanding dengan seorang Qenan Abraham.
"Laporan mingguan bawa ke ruangan ku Ly.." titah Qenan pada kasir nya bernama Lily.
"Baik kak.."
Kakak adalah sebutan untuk Qenan dari para pekerja karena ia tidak mau di panggil bapak ataupun tuan.
Qenan tetap merangkul leher Nadira membawanya masuk ke ruangannya. Kini keduanya duduk di sofa ruangan itu.
"Nan."
"Hem.."
"Kamu nggak malu bawa aku keluar? aku ini jelek, pesek, memble, nggak punya apa-apa dan siapa-siapa lagi."
Qenan menoleh menatap wajah cantik Nadira. Ia memang suka mengatakan hal itu semua, tapi tidak memungkiri bahwa Nadira sangat cantik.
"Ya kamu memang jelek, pesek, dan memble."
Mata Nadira terbelalak mendengarnya. Ia heran mengapa Qenan menjawab hal lain.
"Dasar menyebalkan. Dasar es batu." gerutu Nadira.
Di dalam ruangan itu keduanya saling mengejek namun di dalam lubuk hati keduanya merasa senang.
"Nanti mau makan apa?" tanya Qenan.
"Aku pengen dimsum."
"Oke."
Qenan mendekatkan ke wajah Nadira, ia melihat Nadira masih fokus pada ponselnya. "Ra.." panggil Qenan pelan.
Sontak membuat Nadira menoleh ke sumber suara dan setelah hal tak terduga terjadi membuat Nadira terkejut.
Ya, saat Nadira menoleh ke arah Qenan bibirnya bersentuhan dengan bibir Qenan dan kesempatan itu digunakan untuk menyesap dan melu mat.
Ia benar-benar menyelusuri setiap jengkal bibir Nadira dengan lembut begitu juga dengan Nadira membalas dan mengikuti perlakuan Qenan.
*Tok
Tok
Tok*
Mendengar suara ketukan pintu membuat ciuman terlepas dan canggung antara keduanya.
"Masuk." ucapnya setelah mengusap saliva yang tertinggal di bibirnya juga bibir Nadira.
Seperti biasa Qenan akan memasang wajah datar dan dingin di depan orang lain membuat Lily selalu takut dan kikuk jika berhadapan langsung pada Qenan.
"Ini kak laporan Minggu lalu dan Minggu ini." ucap Lily menyerahkan iPad berisi laporan pemasukan dan pengeluaran mingguan.
Qenan menerima iPad tanpa menjawab perkataan Lily bahkan tidak menatapnya barang sedikitpun, ia langsung fokus pada iPad yang baru diterima.
Nadira melihat interaksi Qenan dengan karyawan nya tidak ada ramah-tamah hanya bisa menghela nafas panjang.
Ia tahu jika Lily sedari tadi menatapnya. Pastilah mereka akan penasaran dengan siapa dirinya.
"Kamu bosan?" tanya Qenan karena Nadira bertopang dagu dengan lengan bertumpu pada punggungnya karena ia duduk membungkuk.
Nadira menggeleng karena ia tidak merasa bosan.
"Kita makan sekarang."
Qenan menyerahkan iPad pada Lily yang masih berdiri terpaku.
"Kirim ke email saya aja. Kirim juga daftar absen karyawan selama bulan ini." setelah mengatakan itu Qenan merangkul leher Nadira lagi hingga membuat Nadira menggerutu namun Qenan tidak merasa bersalah sama sekali.
"Baik kak." Lily terus menatap sepasang anak manusia dengan wajah sendu. Kini harapan untuk memenangkan hati seorang Qenan pupus sudah.
Qenan dan Nadira keluar dari mall menuju restoran terdekat. Nadira memesan dua porsi dimsum sekaligus sedang Qenan hanya memesan capuccino dingin dan kentang goreng. Rasanya melihat Nadira makan dengan lahap sudah membuat kenyang dan bahagia sekaligus.
"Ra.."
"Em.." Nadira beralih melihat Qenan dengan mulut mengembung karena penuh dimsum.
"Kalau kamu udah siap, bawa aku ke Panti ya.."
Nadira terus menatap Qenan dengan mengunyah dimsum lalu menelannya secara kasar. Rasanya dimsum itu belum halus terkunyah.
"Kamu serius mau aku bawa ke panti?"
Qenan mengangguk.
"Nanti ya tunggu kamu libur sekolah dan aku libur kerja, soalnya aku ini karyawan baru ditambah kata sahabat ku, bos di tempatku kerja serem, galak, matanya tajam."
Qenan mengerutkan dahi. "Setajam apa?"
"Setajam silet." jawab Nadira ngasal.
Mata Qenan membola mendengar jawaban Nadira. "Kamu kira acara tv?"
Nadira tidak menjawab namun ia terkekeh sembari melahap satu-persatu dimsum di depan nya.
Selesai makan siang keduanya memutuskan untuk pulang ke Apartemen karena harus mempersiapkan keperluan sekolah dan kerja.
...****...
Malam hari sebelum tidur keduanya sudah berbaring dengan bantal guling sebagai pembatas, tidak ada yang keberatan akan hal itu.
"Besok kamu pulang kerja jam berapa Ra?"
"Biasa jam tiga."
"Mungkin aku pulang telat, jangan tunggu aku ya.."
"Iya, aku tidur duluan ya.. Selamat malam."
"Selamat malam juga."
Qenan memperhatikan wajah Nadira yang sudah terlelap dengan damai. Sampai sekarang ia belum mengetahui perasaan apa yang ia rasakan ketika berada di dekat Nadira.
Qenan hanya bisa mendeskripsikan salah satu yang dirasa adalah rasa nyaman.
Ingin bertanya pada Nazeef tentu itu bukanlah keputusan yang baik. Bisa-bisa terbongkar pernikahan rahasia nya dan sampai ke telinga orang tuanya.
Entah hal apa yang mendorong hatinya untuk memberi kecupan selamat malam untuk Nadira.
"Tidur nyenyak istriku." Setelah itu Qenan menarik selimut ikut terlelap menuju alam mimpi.
...****...
Hari Senin adalah hari tersibuk menurut Nadira karena ia selalu mendapat shif pagi menjadikan buru-buru dalam bertindak pagi itu.
"Selamat pagi.." sapa Qenan yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abu.
🌸
Bersambung...
Pada liburan kemana tahun baru ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Nabilah Hanum
selamat mlm jg suamiku 😍😍😊
2022-03-08
0
M⃠⸙ᵍᵏWãterLīlyHõkKī²
wk wk wkwkwkkwkwk qenan jadi titisan soang klu ketemu bibir memble nadira.... 😂😂😂
jgn pingsan ra klu tahu qenan bos mu 😂😂😂
2022-02-18
0
Sudirman Sudirman
tambah seru jadi penasaran .....
2022-02-05
0