Di sepanjang perjalanan pulang Nadira masih diam membisu menetralkan keadaan hati dan jantung nya. Ia mulai resah dengan keadaan hatinya.
Ia harus membentengi hati nya agar tak jatuh dalam pesona Qenan. Ia cukup tahu diri yang tidak pantas untuk Qenan. Siapalah dirinya hingga Qenan meminta pernikahan ini dirahasiakan, bahkan ia tidak tahu siapa Qenan, orang tua Qenan, ataupun orang terdekat Qenan.
Cukup sudah ia dipermainkan cinta oleh mantan pacarnya, Rendi. Sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan percintaan, tapi kini waktunya untuk menemukan ayah kandungnya.
"Kamu kenapa melamun Ra? apa kamu punya masalah?" tanya Qenan memperhatikan sepanjang perjalanan pulang hingga sampai ke apartemen.
Ada Nan, dan itu karena mu.
"Enggak. Aku gak pa-pa." sahut Nadira sembari duduk di sofa.
"Aku udah pesan makan malam untuk kita, aku letak di meja dapur."
"Sebentar aku siapin." Nadira berlalu menuju dapur mengambil piring dan sendok.
Sedangkan di ruang tamu Qenan terus bertukar pesan dengan Nazeef juga sang mama. Pesan mama saat ini orang tua Qenan tengah melakukan perjalanan bisnis.
Nadira melihat Qenan senyum-senyum sembari mengetik di ponselnya. Ia yakin pasti Qenan sedang berbalas pesan dengan pacarnya.
Pantes aja dia gak pernah kenalin gue ke orang-orang nya. Punya pacar sih.. Sadar Nadira!!! Keputusan mu tepat untuk mengunci rapat-rapat hati lo.
"Serius amat maen hape nya.." sindir Nadira sewot.
"Enggak.. Ada sedikit kerjaan." Qenan memang sedang membahas keadaan distro nya dengan Nazeef namun sebelum membicarakan pekerjaan, Nazeef curhat lebih dulu jika saat ini ia tengah mengobati pipi nya yang bengkak dan lengan nya terluka karena bekas cakaran sedang pipi nya terkena tamparan.
Dan siapa pelakunya? tentu salah satu korban cinta dari Nazeef si buaya darat.
Nadira tersenyum sinis merasa di bohongi oleh Qenan.
"Memang ada bahas kerjaan senyum-senyum gitu?" tanya Nadira dengan sewot.
Pandangan Qenan teralih mendengar pertanyaan Nadira dan ia memperhatikan mimik wajah Nadira yang duduk di sampingnya.
Lalu ia tersenyum dan menggeser duduk agar tak ada jarak di antaranya.
"Kamu cemburu hm?" Qenan menatap dalam mata yang tidak terlalu sipit itu kemudian ia menatap bibir Nadira. Bibir atas lebih tipis dari bibir bawah yang lebih tebal.
Alam bawah sadar nya menuntun mendekatkan kedua wajah lalu dengan lembut Qenan melu mat bibir Nadira yang manis saat ia rasakan. Ia tersenyum kala Nadira membuka sedikit bibir nya dan membalas luma tan yang ia berikan.
Qenan tahu mereka berdua belum mahir dalam hal ini, tapi ia senang jika hubungan mereka selangkah lebih maju lagi.
Qenan melepas pagutan setelah Nadira memukul dadanya karena kehabisan nafas. Ia tersenyum sembari mengusap bibir sek si Nadira.
"Manis." ucapnya dan membuat Nadira tersipu malu bahkan pipinya sudah bersemu merah.
"Aku chattingan sama Nazeef dan Mama Ra.. Mama papa lagi pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Dan Nazeef itu sahabat ku, dia curhat abis di hajar pacarnya karena ketahuan selingkuh." Qenan menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun ia belum pernah dekat atau berhubungan dengan cewek tapi ia tahu kunci suatu hubungan itu pada keterbukaan dan saling percaya satu sama lain sama seperti orang tuanya.
Nadira tidak menjawab hanya menatap intens wajah Qenan seakan mencari sebuah kebohongan disana.
Kenapa harus terbuka gitu Nan? asal kamu tau, aku takut jatuh cinta sama mu.
"Ini isi chat aku Ra sama Nazeef. Jangan curiga gitu." Qenan menyodorkan ponsel nya dan di terima Nadira.
Nadira membaca semua isi pesan dari Nazeef lalu bergumam. "Siapa juga yang curiga, kamu aja yang ge'er."
"Iya gak curiga tapi cemburu kan?"
Nadira melirik kearah Qenan yang tengah tersenyum padanya. Dan itu semakin membuat Nadira salah tingkah sekaligus senang.
"Hape mu bagus, boleh numpang foto kan?" tanya Nadira menetralkan kegugupan nya.
"Boleh. Foto lah sepuas mu Ra.." sahut Qenan sembari memulai makan malam nya.
Qenan makan dengan senyum mengembang melihat Nadira berpose sesuka hati. Tidakkah Nadira sadari jika foto nya itu akan menjadi koleksi di galeri ponselnya, pikir Qenan.
"Udah fotonya nanti lagi, kamu belum makan Ra.."
Nadira mengangguk eletakkan ponsel milik Qenan di atas meja lalu memulai makan.
"Nan, nama pacar mi sapa?"
Qenan menoleh kearah Nadira seakan tidak menyangka atas pertanyaan yang di lontarkan istri rahasia nya itu.
"Nadira." sahutnya singkat.
Nadira manggut-manggut. '"Oh nama pacar kamu sama kayak aku?"
Mendengar pertanyaan Nadira ia menjadi tersedak. "Uhukk.. Uhukk.." Qenan langsung menyambar minum milik Nadira setelah nya ia menatap lekat wajah Nadira.
"Kenapa otak mu lambat sih Ra?"
Nadira menghentikan suapannya menatap Qenan bingung. "Apa sih Nan? apa salah aku tanya?"
Qenan memijit pangkal hidung karena merasa pusing dengan otak Nadira yang lambat.
"Enggak, kamu nggak salah. Kamu SMA lulus gak?"
"Ya lulus lah." sahut Nadira.
"Tapi kenapa perkara ini aja kamu gak ngerti juga." Qenan mulai kesal pada Nadira apalagi Nadira hanya diam saja.
Qenan menghembuskan nafas sebelum bicara lagi. "Ra, di sekolah ada yang mencoba dekati aku namanya Rania. Dia anak sahabat papa."
Nadira menatap Qenan dengan wajah yang tak bersahabat lagi. "Kamu khianati aku Nan?"
Qenan menggeleng cepat. "Sumpah demi apapun Ra.. Cuma kamu cewek pertama di hidupku setelah mama."
Ada rasa hangat di hati Nadira mendengar pengakuan Qenan. "Terus?"
"Ketua OSIS disekolah ku suka sama Rania tapi Rania nya suka sama aku. Ketua OSIS itu namanya Dion. Kami nggak pernah akur, dia selalu merasa tersaingi. Jadi tadi dia datangi aku bilang bakalan rebut Rania dari aku." Qenan menjeda penjelasan nya.
"Tuh kan kamu ada hubungan sama cewek lain." bibir Nadira mengerucut. Entah lah.. Ia sangat benci sebuah pengkhianatan.
Qenan melihat bibir itu pun menjadi gemas. Secepat kilat ia kembali membungkam bibir Nadira dan sukses membuat mata Nadira membola.
"Hei.. Kamu mencuri ciuman ku." keluh Nadira membuat Qenan terkekeh.
"Kamu juga pernah melakukan nya."
Seketika raut wajah Nadira memerah. Ia lupa soal itu.
"Aku tidak pernah berhubungan dengan cewek mana pun. Aku mengaku kalo aku punya pacar dan itu kamu Ra.."
Nadira merasakan ada desiran hangat mengalir di darahnya. Bolehkah ini selamanya?
"Jadi kamu siap-siap untuk jadi pacar aku."
Nadira mengerutkan dahi masih belum mengerti. "Bukannya aku udah jadi lebih dari pacar?"
Qenan mengangguk membenarkan. "Iya, tapi kita belum sejauh itu tapi kalo kamu mau kayak suami istri umumnya juga ya ayok." Qenan menaik turun kan alis dengan senyum nakal nya.
"Dasar omes bawel. Sekolah yang bener."
🌸
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Puput
Gak salah memang Qenan ngatain Nadira Lambat, emang Lemot ternyata/Sob/
2024-04-12
1
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-04-05
0
Kartini Kartini
kok kaya berasa anak sekolahan yang lagi kasmaran dag dig dug
2024-03-26
0