3 Bulan sudah berlalu Caca dan Yudha saling menyapa dan bertatap muka hanya melalui whatsapp dan memantau kesehariannya melalui story story yang ada di sosial media lainnya, ya walaupun tak sesering kebanyakan orang tidak masalah yang penting dia sudah meluangkan waktunya untuk Caca.
Harapan Caca begitu besar kepadanya. Ia hanya bisa menunggu hingga Yudha benar- benar kembali. Caca pun seperti biasa menghabiskan hari-harinya di toko bakery miliknya.
Caca dan Nadin melakukan pekerjaan seperti biasanya. Hari ke hari dan waktu ke waktu ia hanya bisa berharap Yudha menepati janjinya yang dulu pernah diucapkannya. Waktu itu Nadin sempat menanyakan perihal Yudha pada Caca. Namun Caca terlihat biasa saja.
"Mbak Caca yakin kalau Yudha bakal setia sama mbak? " pertanyaan Nadin saat itu membuat hati Caca begitu pilu tapi ia hanya melontarkan senyum dan menjawab pelan.
"Nadin kamu tidak tahu ketika pilihan hati kita memilih wanita lain!! Itu tandanya Allah menunjukkan jalan untuk kita, karna Allah itu tidak rela kita selalu mikirin orang yang bukan jodoh kita. Ya palingan ikhlasin aja, rencana Allah itu jauh lebih indah dari rencana-rencananya kita Din."
"Mbak Caca gak sedih, mbak di tinggal untuk yang kedua kalinya?? " pertanyaan Nadin yang kedua.
"Sedih pasti Din, tapi sedih bukan karna di tinggal Yudha. Tapi mbak sedih karna sudah menjadi wanita yang terlalu bodoh dengan mengulangi kesalahan yang sama, seharusnya aku tak memberinya kesempatan waktu itu karena aku sudah tahu pasti aku akan kecewa. Tapi kita tunggu saja apa yang akan terjadi " jawaban yang begitu bijak.
"Jawaban mbak Caca bijak sekali mbak, Nadin akan selalu ada di samping mbak, disaat senang maupun mbak lagi sedih!!! " celoteh Nadin.
"Hahaha kamu bisa saja Din!! tapi Din tunggu dulu kenapa mbak jadi kepikiran ya sama pertanyaan kamu barusan? Kok kamu bisa din meragukan Yudha? " tanya Caca pada Nadin.
"Gak tahu juga mbak, Nadin hanya asal tanya saja. Soalnya mbak pernah dikecewain jadi Nadin kepikirannya begitu."
.
.
10 April 20..
Pagi ini rasa mata wanita polos ini sedikit perih, semalaman ia tidak bisa tidur dengan pulas. Lalu ia lihat ponsel yang berada disampingnya itu, tertera 1 pesan dari yudha.
"Sayang, apa kamu tidak akan datang?"pesan singkat darinya.
Sebenarnya Caca tidak ingin menemuinya, ia takut pertemuan ini adalah pertemuan yang terakhir dengan Yudha.
...
Pukul 09:00-10:15 wib.
Caca telah berdiri menunggu di depan asrama Yudha, dia tidak menduga Caca akan datang.
"Caca! Kamu datang ? Abang rasa kemarin adalah pertemuan terakhir kita! "ucapnya dengan sangat bahagia, karna kemarin mereka sempat cek cok aduh mulut di video call tentang masalah ini.
Senyuman biasa yang ditunjukkan Caca kepada Yudha untuk menutupi pilunya hati yang sedang ia rasakan "Caca tidak akan datang kemari jika Caca tidak berharap ketemu Abang lagi!!" ia menjawab begitu tegar.
Yudha meyakinkan Caca dengan kata-kata manisnya dan saat itu ia berbisik halus di telingga gadis itu.
"Tunggu Abang disini saat Abang pulang nanti?"
"Semoga Allah melindungimu Bang!"
Waktu jumpa selesai ia melambaikan tangannya pada Caca, sedih yang dirasakan Caca setelah kepergian sang kekasih.
Terlihat semua orang di sekeliling Caca, semuanya terisak tangisan melepaskan kepergian orang yang mereka kasihi yang mungkin sama seperti yang dipikirkan caca. Mengharap kepulangan mereka kembali atau takkan pernah kembali lagi.
Hari pun berjalan seperti biasanya, Caca pun seperti biasanya stay di toko bakery miliknya bersama dengan Nadin.
Suatu pagi yang terlihat begitu indah. Seketika berubah menjadi pagi yang mencekam, seakan dunia terasa berhenti dan membuat jantung Caca seakan berhenti berdetak. Pagi ini adalah pagi terburuk dalam hidupnya.
"Mbk lihat Yudha menambahkan foto di story miliknya mbak, ia bersama seorang wanita! Captionnya aspiration my wife in sya Allah)" kata Nadin setengah berteriak.
"Maksudnya calon istri Din? " ia meninggikan volume suaranya.
"Apa mbak Caca sudah melihatnya?"
"Belum, tapi mbak sudah yakin hal ini pasti akan terjadi kembali,,," dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf mbak! Nadin tidak bermaksud untuk membuat mbak sedih!" meletakkan ponselnya dan mendekati Caca.
"Tidak masalah, makasih Din mbak pulang ya!" ia berpamitan untuk pulang dengan hati yang begitu terluka dan teramat sakit. Kali ini goresan lukanya yang hampir sembuh kini ditambah lagi dengan luka baru yang lebih parah dari semula.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Caca menanggis sejadi-jadinya. Ingin rasanya ia berteriak mengungkapkan seluruh isi hati yang menjadi beban dalam dirinya, namun apa lah daya, berhayal memeluk gunung tapi tangan tak sampai.
Ini kesalahanmu ca!! Bukan kesalahan orang lain! Berhenti menyalahkan orang lain caca! Berhenti.
Caca sangat marah terhadap dirinya sendiri
seharusnya ia tidak kembali kepada laki-laki yang memberikan janji palsu itu.
Aku adalah wanita bodoh yang ditipu oleh seseorang Abdi Negara dengan memberikan harapan dan janji palsu. Mengapa aku memberinya kesempatan kedua?
(Berkali-kali ia menghempaskan tangan ke setir kemudi mobil)
Seharusnya aku menolaknya dan memberikannya pelajaran tak semudah yang dia bayangkan melupakan seseorang. Semudah itu dia telah bersama wanita lain.
(Foto mesra Yudha dengan wanita itu selalu melintas di pandangan Caca)
Laki - laki hanya memilih wanita yang cantik dan juga seksi, entah sampai kapan aku akan melepaskan bayangan itu.
Tentu Yudha akan memilih wanita yang modis dan cantik di bandingkan dengan diriku. Siapakah aku ini terlalu banyak menaruh harapan padanya. Sekali lagi kau hancurkan kepercayaanku dan melupakan janji yang pernah kau buat dan sekali lagi kau melukaiku. Saat itu aku merasa tidak mempunyai keberanian menatap dunia sekali pun, aku merasa sangat malu.
Seburuk itu kah diri ku sehingga dengan mudahnya laki - laki itu menghianati janji yang dia buat sendiri. Tapi ingatlah ini mereka yang melukai mu suatu saat akan terluka juga dan mereka yang menghianatimu suatu saat akan dikhianati juga.
Itu lah teriakan yang menyadarkan Caca dari lukanya. Ponselnya berdering tanda panggilan masuk, tertera *Abang .. ia tidak menjawabnya. Ponselnya berdering hingga beberapa kali namun tetap saja di abaikan dan lagi-lagi nomor yang sama menelepon Caca hingga tak terhitung lagi kalinya.
Kriinggg
Nada sebuah pesan masuk.
"Caca mengapa tidak di angkat? Ini sangat penting! " isi pesannya.
"Jangan ganggu Caca lagi Bang !!" Caca membalas pesan tersebut dengan sangat singkat.
Pukul 20:15 wib selesai ba'da isya gadis itu merebahkan tubuhnya, hatinya masih belum tenang dan pada akhirnya ia meraih ponsel di atas laci samping tempat tidur dan menulis rangkaian kata demi kata.
Untukmu yang telah hadir walaupun kehadiranmu hanya memberi luka tidak masalah itu aku sangat sangat tersentuh akan sakit yang pernah tercipta dan mungkin jika kau tak datang memberi luka ! aku tidak akan berubah seperti saat ini , mungkin pertemuanku denganmu adalah takdir namun memilih untuk tetap bersamaku atau pergi itu adalah pilihanmu, karna yang aku tahu jika aku telah berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan namun salah satu pihak ingin pergi ya dengan belapang hati,akan ku biarkan saja kepergianmu, karena kamu berhak bahagia walaupun bukan aku yang membuatmu bahagia, mungkin mengikhlaskan mu bersama yang lain itu adalah bentuk mencintaimu dengan tulus.
Caca mengirim pesan itu ke ponsel Yudha, ia mengenggam kedua tangannya seolah ingin menguatkan dirinya yang sangat rapuh.
Ia menarik diary kesayangannya.
Kau yang telah datang memberi pengharapan, pergi dan menghilang dari hidupku.
Terimakasih telah memberiku pelajaran akan sepedih pedihnya pengharapan. Terima kasih juga kau telah membuat ku berhayal dengan semua janji - janji manismu. Rasa sakit tidak memerlukan sebuah penjelasan
dan luka tak mengharapkan kehadiran
pergi lah jauh kau yang pernah menyakiti.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut baca👍
2020-07-16
0
Lenna Cristy
semangat terus Kakak 😊
2020-07-11
1
Angela Jasmine
Semangat kakak 👍👍
2020-07-10
1