Dalam hening, terdengar nyanyian binatang malam Lirih menyapa, berusaha memecah kebekuan jiwa.
Balantistar sedang memasuki musim dingin, kabut pun mulai menebal, pepohonan di depan rumah Arumbi tidak terlihat jelas , nampaknya malam ini Arumbi tidak bisa tidur nyenyak, di depan teras rumah, dia duduk sejenak menikmati indahnya kenangan.
lima tahun sudah berlalu sejak saat itu, kenangan masih membekas jelas di benak Arumbi, batinya menyirat menusuk angannya, api itu tergambar jelas, dalam Tabir hitam yang seolah tak berujung.
Lamunannya pun seketika terhenti pada sebuah panggilan
"ibuuuu" Nandra menghampiri ibunya di teras depan
"Nandraa" sambut arumbi sambil memeluknya
" hmmm..anak ibu dah ngantuk... " sambil mencium kening Nandra, Arumbi menggendongnya menuju ke kamar tidur
setelah sampai dikamar, Nandra yang masih berusia tujuh setengah tahun itu dengan polosnya meminta ibunya untuk mengajari ilmu sihir, entah apa yang ada dalam benak pikiran anaknya ini, Arumbi pun tersenyum dan sedikit geli.
"Nandra, kenapa nandra tidak belajar saja sama paman Trisoka" ujar Arumbi, dengan kata yg lembut
"ibuu, Nandra kan udah belajar silat sembilan puluh sembilan jurus, pokoknya Nandra pengen belajar sihir" Nandra menatap ibunya dengan sorot mata yang tajam dan penuh harapan
kedua tangan arumbi memegang pundak Nandra sambil sedikit mendekatkan wajahnya lalu berkata "Baiklah ibu mengijinkan nandra tapi Nandra harus benar benar serius yaa"
" Asikkk...!!! " seru Nandra sambil memeluk ibunya dengan erat
Arumbipun membalas dengan pelukan erat, setelah itu Nandra bersiap untuk tidur karena hari sudah mulai larut.
Arumbi mencium kening putranya dan mengucapkan salam sambil menuju ke kamar tidurnya.
Arumbi memikirkan permintaan anaknya yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, dia Sedikit heran dengan permintaan Nandra, akhirnya Arumbi berencana untuk menitipkan Nandra ke nenek Sasambi, untuk menjadi muridnya.
………………..............................
Diperkemahan dekat danau, Candagi dan paman Tamso sedang berada di dalam Tenda, mereka sedang berbincang.
"paman, kira kira apa ya? yang menyebabkan bencana di kadipaten Galuhpanuntun" tanya candagi
"paman juga belum tau, hanya menduga duga saja,mungkin itu bisa saja ulah siluman"
"siluman..? " kata candagi sedikit kaget
sontak paman Tamso tertawa "hahaha kenapa, raden takut?"
sambil berdiri dan sedikit berjalan menuju ke pintu tenda, candagi menjawab pertanyaan paman Tamso dengan nada yang terbata bata
"mmm ndak takut, cuma anu paman, ini... maksudnya, nanti ak bisa mengatasinya, kan ada Paman, hahaha..." Candagi tertawa sambil menuju ke luar tenda
"dasaarrr raden ..... hahahaha" sembari menggelengkan kepala, tawa paman Tamso pun berlanjut
mereka pun mengakhiri pembicaraan, karena candagi keluar untuk mencari angin segar, disana candagi melihat Arsita dan kepala prajurit sedang duduk di depan api unggun, Candagi pun menghampiri mereka.
"Arsita, paman " sapa Candagi
"silahkan duduk candagi,kita lagi ngobrol tentang situasi kadipaten GALUHPANUNTUN" Arsita menawarkan Candagi untuk duduk bersama
sembari berdiri paman kepala prajurit menyela percakapan
"beruntung raden kesini, bisa menemani tuan putri, hamba mau ijin pamit berkordinasi dengan pasukan buat perjalanan besok pagi, salam hormat saya tuan putri, Raden"
Dengan setengah membungkukan badan, paman kepala prajurit melangkah pergi meninggalkan Arsita dan Candagi
"iyaa paman" jawab Candagi dan Arsita
Suasana malam benar benar terlihat indah, bintang bintang nampak terlihat dengan jelas kilaunya, Candagi dan Arsita pun melanjutkan pembicaraan, diawali Candagi yang bertanya pada Arsita.
"Arsita apakah kamu sudah makan?" Candagi menatap Arsita dan sedikit tersenyum
"sudah, tadi bareng paman kepala prajurit" jawab Arsita tegas
" kamu sudah belum"
dengan senyum ramahnya dan nada yang halus Arsita menanyakan hal yang sama
"sudah, sama paman Tamso" Candagi merunduk sambil mikir mau ngobrol apa lagi
Arsita berniat mau meledek Candagi lagi
"km kelihatan gelisah Candagi?" tanya arsita sambil melempar batang kayu kecil kebadan candagi
"aduhh..." Candagi sdikit kaget terkena lemparan Arsita
"sebenarnya aku blm menguasai ilmu kanuragan, ini yang membuatku gelisah, tapi tenang saja aku akan melindungimu" ucap Candagi begitu yakin
" benarkah Candagi " Arsita menatap Candagi dengan penuh tanya
"kita sudah menjadi teman pastinya aku akan menjagamu" meyakinkan Arsita dengan penuh semangat
..."hahahaha.... " Arsita pun tertawa dan lanjut melempari candagi dengan batang kayu kecil...
...mereka pun bercanda sampai larut malam, sampai mereka pergi ke tenda masing masing untuk beristirahat....
...................................................
Dwipangga dan Palaga datang ke tempat Empu Catra memang sama sama berniat mau mengambil pusaka yang pernah di pesan sebelumnya, namun sampai larut malam mereka masih berada disana, mereka bertiga melanjutkan memperbincangkan persiapan Upacara peresmian candi Asokma beserta pemindahan kristal biru ( KARUTA ).
"Saudaraku Pembangunan candi Asokma sebenarnya sudah mendekati sempurna, beberapa komponen pendukung lainya juga sudah ada, kira kira apakah ada yang tau kapan pelaksanaannya?"
Palaga dan Empu Catra hanya menggelengkan kepala dengan pertanyaan itu
Sambil menyandarkan bahunya di kursi Palaga pun berkata
"itulah romo kita saudaraku, banyak yang belum kita ketahui tentang beliau, aku sendiri juga berpikir semua sahabat Balantistar juga di undang untuk menyaksikan mungkin ada hal yang sangat penting untuk di sampaikan"
"benar saudaraku" saut Palaga dan menyambung pembicaraan
"Dulu waktu terbunuhnya suami dinda Arumbi, terjadi di kerajaan BRAMUSTI yang di kuasai oleh Kerajaan Iblis, letaknya dari balantistar sangat jauh, mungkin romo mau membuat persekutuaan untuk melawan kerajaan IBLIS, agar semua bisa saling melindungi"
Dwipangga mengepalkan tangan kanannya menyatakan sependapat dengan pemikiran palaga lalu berkata "baguslah jika demikian, semua bersatu melawan kerajaan IBLIS"
"tapi tidak semuanya.. saudaraku" Catra memotong perkataan Dwipangga
Dwipangga dan palaga mengerutkan dahinya dan memandang Catra dengan penuh tanya
Catra pun menjelaskan perkataannya "Ada dua kerajaan di sebelah barat yang letaknya sangat jauh,mereka bersaudara dan sudah bersekutu sejak lama,kerajaan itu bernama LASDAR dan BASGAR, semua daftar kerajaan ada padaku dan semuanya memesan pusaka yang aku buat, namun kerajaan itu sama sekali tidak memesan, aku pernah membicarakanya pada romo tentang ke anehan itu, romo Satajagad pun merasa ada hal yang janggal di sana, romo menggunakan ajian penerawangan namun tak mampu melihatnya karena kerajaan itu di selimuti energi sihir yang tidak bisa di tembus dengan mata batin."
"hmmmss..." Dwipangga menghela nafas panjang "ini akan menjadi pertanyaan bagi kita semua untuk waspada, Romo pernah menghentikan semedinya waktu menolong Suami Arumbi di kerajaan BRAMUSTI namun terlambat , saat itu romo tidak berhasil meringkus DRAGASPATI panglima perang kerajaan iblis karena sebagian energinya sedang di gunakan untuk melindungi KARUTA, sehingga para iblis berhasil kabur, sekarang kerajaan BRAMUSTI sudah aman, karena romo memberi perisai pelindung di negeri itu, agar iblis tidak bisa memasukinya,tapi entah sampai kapan perisai itu bertahan"
dalam pemikiranya palaga pun mengira hal yang sama dengan saudara saudaranya
(kebimbangan sejalan dengan keyakinan, jika puncak gunung dianggap paling tinggi mengapa puncaknya harus di ukur. selaras dengan pemikiran mereka bertiga, berusaha menjaga kedamaian di alam semesta yang di huni dari berbagai makhluk yang ada)
tidak terasa perbincangan mereka ber tiga sampai menjelang fajar, karena sudah di rasa cukup diskusinya, Dwipangga dan Palaga berpamitan kepada Catra untuk kembali ke pondoknya masing masing.
…..............................................
Sementara itu Rombongan Trisoka sedang berada di perjalanan pulang, dengan menggunakan Salah satu Kapal terbaik Buatan Dwipangga, dengan gagahnya kapal itu memecahkan gelombang air laut seperti pedang yang tajam, seolah hanya badai besar yang mampu menandinginya.
Air laut telah membiaskan sinar matahari yang mulai mengintai, warna air menjadi ke emasan, Trisoka berdiri di ujung dek kapal depan memakai baju jubah hitamnya, nampak berkibar tertiup angin, keindahan saat menjelang pagi pun tak terbantahkan, alam menyuguhkan segala kebutuhan bagi penghuninya, namun pesonanya menjadi incaran makhluk yang serakah.
Kapalpun terus bergerak menuju ke Pulau BALANTISTAR, perjalanan ini membuat TRisoka berpikir bahwa kehidupan yang damai layak untuk di perjuangkan.
Saat TRisoka sedang berjalan kembali masuk ke dalam dek kapal, tiba tiba muncul bayangan melesat di atasnya dengan kecepatan tinggi, Trisoka pun menadahkan kepalanya keatas dengan cepat, dia merasakan energi yang sangat besar melaju menuju pulau yang kecil dan tak berpenghuni.
Karena rasa penasaran Trisoka memerintahkan semua rombongan menuju ke pulau itu, saat itu fajar baru saja menyingsing, energi apa yang ada di sana entahlah, rasa itu membuat Trisoka semakin yakin untuk mengetahuinya, kapal pun segera berbelok arah menuju pulau itu.
Perlahan kapal layar Trisoka mendekati pulau kecil itu, pulau itu memiliki tepian bebatuan yang menjulang tinggi dan tidak memiliki bibir pantai, disana tidak ada daratan pasir yang landai, kapal pun tidak bisa bersandar dengan baik, hanya bisa mengapung di dekat pulau, Trisoka memerintahkan awak kapal untuk menurunkan jangkar agar kapal tidak terombang ambing, Trisoka berniat untuk menyelidikinya seorang diri, dia terbang melompat dari kapal menuju ke atas tebing batu yang berada di pulau itu.
Suara jubah trisoka saat terbang melompat terdengar "berrrr..breerrrgghh" saat sampai dipuncak batu , mata Trisoka bergerak menyelusuri celah celah bebatuan, dengan penuh kewaspadaan.
"Tolong akuu" suara itu terdengar oleh Trisoka tepat di arah kanan trisoka" letaknya di pinggir danau kecil yang di kelilingi bebatuan gadis itu berdiri dengan sempoyongan
alangkah terkejutnya Trisoka melihat seorang gadis memakai jubah putih, wajah gadis itu sangat cantik, rambutnya panjang lurus, namun tak beraturan, di lehernya ada Kalung api besar yang melingkar, dengan level kanuragan yang tinggi Trisoka dapat merasakan bahwa itu adalah siluman, dalam hati trisoka bertanya kenapa dia minta tolong. ( siluman dengan level yang tinggi mampu merubah wujudnya menjadi manusia, dia juga memiliki perasaan sama seperti manusia pada umumnya,.. dan kekuatan energinya juga sangatlah besar ). Tanpa rasa takut Trisoka menghampiri siluman itu namun dia tetap waspada.
"siapa kamu, kenapa kamu berada di sini" trisoka menanyakan pertanyaan itu dengan nada yang penasaran
"aaaku...siluman elang putih namaku ZAIN" dengan menahan rasa sakit di lehernya dia berusaha berkata "Tuan kalung ini menyiksakku.... tolong aku untuk melepaskanya"
Trisoka tidak langsung percaya dengan siluman ini dan tetap waspada "kenapaa lehermu terikat kalung api?"
"Raja iblis dan panglimanya, memimpin penyerangan terhadap kaum kami secara besar besaran, memaksa kami untuk menjadi pengikutnya, mereka kekurangan bala tentara dan ingin memperdaya kaum kami dari siluman elang, beberapa bisa melarikan diri dan ada yang tertangkap, aku sendiri tertangkap oleh mereka, di perjalanan menuju ke kerajaan Iblis ak berhasil melarikan diri"
mendengar cerita itu Trisoka teringat peperangan saat melawan Panglima iblis Dragaspati, yang menewaskan suami ARUmbi, kebencian terhadap iblis pun semakin memompa hatinya dia juga merasa bersalah tidak bisa menolong adik iparnya, dengan rasa itu Trisoka pun mulai lunak hatinya.
"Baiklah aku percaya padamu, namun bagaimana kamu bisa lolos?" tanya Trisoka masih sedikit curiga (Trisoka merasakan energi kalung itu sangat kuat)
masih menahan rasa sakitnya siluman itu pun menjawab "Tuan, pada saat itu aku berada di barisan belakang, semua siluman yang tertangkap berjejer di ikat dengan kalung yang terhubung oleh rantai api dan akan di masukan kedalam tungku besar,namun aku dengan sekuat tenaga memutuskan rantai itu dan merobohkan beberapa penjaga tentara iblis, lalu aku melarikan diri tanpa tujuan"
"berapa usiamu" kata trisoka tegas
"usiaku seratus ribu tahun tuan, aaa !!! uhhh!!! sakkkittttt aaa!!! sakit sekali" suara siluman itu memekik pelan terdengar tersiksa dalam keadaannya
Trisokapun percaya siluman itu tidak berbohong karena dengan usia siluman mencapai ratusan ribu tahun pastinya dia memiliki kekuatan yang tinggi untuk meloloskan diri. Trisoka berjalan mendekati siluman itu dan mengeluarkan kanuragannya untuk menghancurkan kalung besar yang menutupi leher siluman itu
"bersiaplah aku akan melepaskan kalung itu"
siluman itu pun bersiap dia menadahkan kepalanya keatas sambil menutup matanya
Trisoka menyalurkan energinya dengan jarak satu meter di depan siluman itu, dengan sekuat tenaga., energi itu dilepaskan mengenai kalung, usaha yang dilakukan Trisoka cukup menguras energinya, sampai beberapa saat energi itu tak mampu menembusnya, Trisokapun menghentikan penyaluranya dan sejenak beristirahat, kalung itu sangatlah kuat dalam benak pikiranya Trisoka menyangka bahwa si pembuat kalung ini memiliki energi yang sangat tinggi (benar saja kalung ini dibuat langsung oleh Raja Iblis GARANGPATI menggunakan inti lahar gunung berapi)
Cara terakhir untuk melepasnya adalah Trisoka harus menyentuh kalung itu langsung tanpa jarak, diapun melakukan cara itu walaupun berbahaya, dengan sangat hati hati Trisoka pun menjalankan cara terakhirnya, energinya pun di perbesar dan di transver di kedua tangannya, lalu kedua tangan Trisoka menempel pada kalung itu, dan?
" Dummmmss..!! " (kalung itu pun hancur) ledakan pun terjadi trisoka terhempas masuk kedalam danau
" byyurrrrrr........!! " Trisoka pun tak sadarkan diri dan mulai tenggelam ke dalam danau yg dalam, energi Trisoka terkuras habis setelah kejadian tadi, Tubuhnya melemah
ZAIN adalah siluman yang sangat kuat ledakan itu memang membuat memar lehernya, namun dia mampu tetap berdiri, saat itu Zain melihat Trisoka jatuh ke dalam danau dan dia pun bergegas menyelamatkanya
" byuuuurrrrr " Zain berenang masuk kedalam air dengan cepat, dia melihat trisoka tak berdaya, air di danau itu sangatlah dingin tapi tak membuat Zain patah semangat, kedua tangan zain memeluk tubuh Trisoka,dengan kekuatanya Zain meluncur ke atas dan terbang di atas danau, sambil menggendong Trisoka, lalu mereka menepi di bebatuan.
Zain meletakan tubuh Trisoka di atas bebatuan tapi kepalanya masih berada di pangkuannya, Zain melihat Trisoka dengan rasa khawatir, walaupun Zain seorang siluman, namun tau bagaimana caranya berbalas budi.
Zain berpikir Trisoka terlalu minum banyak air, dia pun memiliki ide untuk mengeluarkan air dengan menyedot menggunakan mulutnya, Tanpa ragu Zain melakukanya.
Saat mulut mereka beradu sejenak Zain merasakan hatinya sangat damai, seolah berada di kehidupan yang baru, dengan perasaan itu Zain perlahan mengeluarkan air dalam saluran pernafasn Trisoka.
Zain melakukan adegan itu berulang kali sambil menatap wajah trisoka yang cukup tampan, entah kenapa Zain merasakan kebahagiaan yang tak pernah dia rasakan selama hidupnya.
Bersambung......................
...................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments