......HAPPY READING......
maaf kalau ada yang typo
kawan bantu dengan vote, like, dan berikan hadiah secangkir kopi biar mimin semangat..
..." Terkadang kita harus berterima kasih karena sudah sampai dititik ini, bahkan untuk mencapai dititik ini, banyak rintangan rintangan yang sudah dilalui"...
Sambil mengelus kepala dinda dengan rasa sayang dalam mimpi dinda, bunda pun berkata
“Dinda, anak bunda yang cantik, yang sabar ya nak. Dinda harus jadi dokter yang hebat, bunda yakin dinda kuat. Dinda harus bangkit dari keterpurukan, masa depan dinda juga masih panjang." suara bunda dengan nada sangat lembut terngiang ngiang antara ada dan tiada. namun tampak jelas di mata dinda, mungkin hanya halunasi saja, bunda ada didepannya memakai baju putih yang begitu bersih dan memancarkan cahaya nya
“Tidak bund, dinda ingin ikut bunda, dinda disini sudah tidak kuat.” saat dinda berkata seperti itu ibunda dinda pergi menuju jalan yang sangat indah.
"Bun, bunda, bunda..!!!, dinda ikut bunda. Jangan tinggalkan dinda." kata dinda mengigau teriak teriak di kamar, seharusnya jika orang ngaigau seperti ini ada orang tua yang menghampiri kita untuk menenangkan , namun saat ini dinda nihiltidak ada siapa siapa
Tiba tiba dinda terbangun dari mimpinya. “ternyata hanya mimpi. kenapa juga aku harus bangun, kalau memang ber mimpi aku bisa bertemu bunda, lebih baik aku tidur biar bisa bertemu bunda kembaki ah" kata dinda berbicara sendiri.
Ke esokan harinya, Dinda mulai membuka matanyadengan perlahan ia melihat sinar matahari yang masuk melalui celah celah jendela yang tidak tertutup dengan korden. kamar bernuansa putih duduk lah seorang gadis,di pinggir ranjang nya
“ arghh, dinda memegang kepalanya merasakan pusing," dinda baru ingat kalau tadi malam ia nanagis sejadijadinya karena mengingat mendiang ibundanya tercinta
Setelah pusingnya hilang, Dinda pelan pelan berdiri lalu menuju kearah balkon kamarnya, lalu tapannya lurus kedepan, sesaat ia termenung sambil menatap lurus kedepan, saat itu ia melihat ada 3 burung yang sedang bercengkrama dibalkon kamar dinda.
Burung tersebut terlihat begitu bahagia. seolah ia sedang bercengkrama dengan anggota keluarganya, terlihat seperti keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
“cuit cuit cuit cit” suara burung itu bersautan satu sama lain, mereka juga terlihat mematuk matukan paruh nya ke dahan pohon seperti menyapa dinda. dinda pun terlihat sedikit terhibur
"Waah indahnya, burung itu sepertinya terlihat seperti keluarga harmonis, tidak seperti keluargaku sekarang yang sudah sangat sangat berantakan, aku memiliki ayah tetapi tak seperti memiliki ayah, karena ia rela menjual anaknya, yang kupunya hanya bunda, walaupun bunda sudah tiada tapi aku yakin bunda diatas sana selalu ada disekitarku.
“ kata dinda bergumam sendiri sambil memandangi burung burung tersebut. selain burung terlihat sepasang kupu kupu yang masih mengitari burung tersebut
Dinda teringat kalau dia harus bangkit, harus bisa menjadi wanita kuat, untuk menyemangati dirinya sendiri ia bergumam lagi
“semangat dinda, raih cita citamu, kamu harus jadi dokter hebat seperti keinginan ibunda, jika memang takdirmu besok harus menikah itu juga sudah digariskan oleh allah. Yang kamu bisa hanya berdoa semoga dipernikahanku aku bisa hidup bahagia.” kata dinda menyemangati dirinya sendiri. karena setelah ibundanya meninggal, rasa semangat dan menggebu gebu dinda seakan luntur. ia merasa tidak ada tempat untuk bersandar,
Hari ini kebetulan hari libur, sehingga hari libur dinda hanya dihabiskan di dalam kamar, hanya sesekali saja dia keluar kamar. dinda hanya berleha leha di dalam kamar
Kruncuk krucuk terdengar suara perut dinda sangat keras
“ wah lapar sekali perutku, ada makana nggak ya..?”. Lalu dinda turun kebawah mencari bahan makanan untuk dimasak. Dinda sedari kecil sudah dibiasakan oleh bundanya untuk mandiri. Saat bundanya masih hidup disaat bundanya sudah sering mengakjarkan dirinya untuk memasak.
Bahkan dulu disaat usianya 10 tahun dia sudah pandai membuat brownish.
Ketika dinda membuka lemari pendingi, dinda hanya menemukan sebutir telur sama satu mie instan.
“ ah semua bahan makanan sudah habis semua, hanya ada ini yaudah lah ya makan ini aja. Besok setelah kekampus mampir ke super market dulu." gumam dinda sendiri sambil memulai memasak
Saat dinda memasak mie instan sam telur yang hanya tinggal satu tersebut tiba tiba dinda merasakan ada tangan melingkar dipinggang dindadan tak lama terdengar siara ditelinga dinda, masak apa sayang, hemm baunya wangi sekali sewangi badan kamu
” bintang berkata sambil mengendus leler jenjang dinda.
“hah." dinda terperanjat kaget , karena itu refleks dinda langsung menghentakkan tangan bintang. sebentar ia tertegun menatap bintang, bintang memilihi paras yang sempurna, badan nya tinggi, memiliki rupa yang ganteng, ditambah lagi hidung yang mancung dan mata bulat yang berwarna biru muda.
Dinda membalikan badan nya lalu pun berkata “ jangan kurang ajar kamu ...!!, kamu siapa berani mengancam saya ingat ...!! tidak punya hak atas diri saya. Lagian kita bukan muhrim..!!." kata dinda sambil menunjukan jari telunjuknya didepan mata bintang
Bintang yang dibentak seperti itu oleh dinda merasa geram ia melengkinkan sudut bibirnya. lalu ia memojokkan tubuh dinda ke meja dapur. Sambil mencengkram dinda bintang berucap
“ jangan sok suci sayang..., aku sudah berhak atas tubuhmu....., ingat, ayahmu sudah menjual kamu kepada saya....!! Kalau pun saya mau saya bisa melakukannya sekarang...!!!. Namun, karna saya menghargai anda, sehingga satu minggu lagi kita akan menikah sayang...., persiapkan diri dengan baik.., "Bintang melepas cengkraman didepan muka dinda dan beralih pergi.
bintang pun beralih pergi, dengan santai ia berjalan menjauhi dinda namun saat beberapa melangkah, bintang kembali lagi ia mulai mendekati dinda lagi, dinda yang dari tadi sudah terpojokan bisa bisa berkutik lagi
“ ingat jangan coba coba anda kabur. Kalau anda sampai kabur ke ujung dunia pun saya bisa menemukan anda...!!. Oh ya nanti sore kita akan fitting baju..., nanti sore kamu akan dijemput oleh asisten saya...” kata bintang dengan kata kata mengintimidasi yang masih menatap dinda.
binang yang notaben nya seorang mavia ahu, bagaimana cara nya untuk menggertak para musuhnya yang berhadapan dengan dia.
dinda pun merasa kesal. ia yang tadinya lapar, sekarang menjadi tak selera, ia memaksakan diri untuk memakannya, walau pun sekarang rasanya tidak enak.
sedikit demi sedikit mie tersebut masuk didalam perut dinda, cacing cacing yang dari tadi demo untuk menurunkan harga minyak sekarang sudah pada berdiam diri, cacing tersebut seolah seperti para penguasa yang baru mendapatkan suap dari orang yang curang
..."Dimanapun kita berada, kita harus bisa menjaga harkat martabat seseorang."...
..." jika kita ingin dihargai, maka harus menghargai orang lain dahulu."...
bersambung...., jangan lupa vote nya, komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments