Em menyudahi panggilannya. Tak terasa suasana jadi melow dan mengingatkannya pada kejadian tragis itu. Buliran-buliran halus mulai membasahi pipinya. Menatap kosong ke arah luar dinding kaca itu.
"Anak papa kenapa ngelamun?" Tanya pria paruh baya itu seraya duduk pada kursi santainya.
"Ahhh tentu saja tidak papa." Dengan cepat menyeka air matanya. Lalu duduk tidak jauh dari papanya.
"Bagaimana dengan gadis itu?" Tanyanya datar.
"Rere sudah melewati masa kritis tetapi kedua kakinya mengalami kelumpuhan..Pa."
"Em minta maaf jika papa tidak suka dengan apa yang Em lakukan." Menunduk.
"Papa justru bangga punya anak sepertimu. Bantulah semampumu..sayang." Tersenyum bahagia. Tuan Sedat sangat paham sifat anaknya yang patuh dan berhati mulia.Sering menolong tanpa pamrih. Menolong tanpa memandang bulu.
"Terimakasih banyak."
"Sudah waktunya anak papa ini mengikhlaskan apa yang sudah terjadi pada mama sayang..ya! Berikanlah doa terbaik untuk mama." Pesan Tuan Sedat.
"Ya papa. Em hanya shock karena kejadiannya sama persis dengan mama waktu itu."
"Ya sudah nggak apa-apa .Yang penting kamu sudah buat yang terbaik."
Em tersenyum dengan bahagia dan sangat bersyukur dengan keadaannya. Ia masih ada Ayah dan yang lain.
Em dan papanya hidup berpindah-pindah bolak - balik dari J ke K dan sebaliknya. Dan itu sudah sejak Em masih kecil lagi. Dia merupakan anak bungsu dari mereka. Kehidupannya sangat tertutup dan hanya orang-orang tertentu saja yang mampu berbaur dengannya.
Kepekaan batinnya sangat tajam jadi Em sangat malas untuk meladeni para manusia bermuka dua. Sedikit saja berbohong atau membuatnya kecewa, maka sudah dapat dipastikan jika Em akan membuang dan tidak peduli lagi.
Papanya tidak pernah melarangnya bergaul dengan siapapun. Tetapi Tuan Sedat dan mendiang mamanya sangat protektif. Terbukti ia homeschooling sejak dari ia masih kanak-kanak dan hidup dengan pengawalan ketat.
Pertemanan dengan Rere hanya sebuah kebetulan saja. Saat itu Rere tengah menyambangi cafe and bar miliknya yang terletak tak jauh dari campusnya. Sebuah cafe menengah atas tempat para pria berkantong tebal menghabiskan uangnya.
Lantai bawah Em jadikan cafe dan lantai dua dan tiga adalah Bar. Bangunan tiga lantai yang papanya berikan sebagai hadiah ia mendapat nilai tertinggi di kelasnya.Sejujurnya ia jarang kesitu dan lebih banyak memantau dari jarak jauh saja.
Flashback on
Malam itu pengunjung bar sangat ramai. Em sengaja melakukan sidak dengan menyamar sebagai pelanggan. Karena sebelumnya ia mendapat laporan bahwa bar miliknya disewa semuanya oleh seorang gadis untuk acara ulang tahun.
Hampir lantai dua dan tiga full dengan pelanggan. Dari penuturan asistennya ada serombongan anak-anak muda yang sangat mencurigakan.
Em dengan cermat mengamati kondisi di dalam tak terkecuali seluruh bagian bar tersebut.Dengan sistem keamanan dan security tinggi .Ia dari awal sudah mengantisipasi jika akan ada hal-hal yang tidak baik terjadi.
Dengan didampingi Winda dan Willy yang sudah tiba lebih dulu, Em mendapati seorang gadis cantik yang tengah mabuk berat sedang dilecehkan oleh tiga anak-anak muda.Posisi mereka terpisah dengan yang lain.
"Abang-abang ganteng semua ,nggak etis donk masak satu perempuan mau dibuat rame-rame?" Dengan gaya centilnya Em sengaja bergabung dengan mereka bersama Winda.
Dengan sengaja mendaratkan bokongnya tepat disamping Rere yang sudah tak sadarkan diri.
"Hahahaha mau ikutan?"
"Ya. Bolehkan?"
"Sangat boleh donk." Terlihat antusias .
"Ayo kita mulai sekarang." Merangkul dan ingin mulai menciumnya.
"Eeeeeit tunggu dulu. Sebagai ucapan terimakasih mari kita habiskan minuman ini dulu." Em dengan rencana liciknya mampu merayu mereka yang sudah setengah mabuk.Begitupun juga Winda. Sementara Willy bersiap dengan para bawahan yang lain seandainya terjadi sesuatu.
Em memberikan minuman dengan kadar alkohol tertinggi dengan sesuatu di dalamnya.
"Cepat habiskan, setelah itu kita ..pakai mereka bergantian hahahaha." Salah satu dari mereka memberi instruksi agar minuman itu dengan segera di habiskan.
Em dan Winda terus menerus membantu mereka meneguk minumannya sampai tandas.Dan langsung melumpuhkan mereka hingga ketiganya pingsan di tempat.
"Bang bawalah dia ke rumah." Willy langsung mengangguk.
Setelah menghubungi security dan manager bar ,Em dan Winda langsung pamit.
"Gila loe memang hebat ."
"Halah paling juga nyindir ya kan?"
"Hahahahha..iya."
Mereka tertawa di dalam mobil.Sesekali Em melirik gadis yang terlelap di sampingnya.
"Tapi ngomong-ngomong dia seperti gadis yang kemarin mencoba bunuh diri itu kan?" Winda bertanya kepada Em sambil menoleh ke belakang.
"Ya kak.Miris ya..cantik..cantik tapi otaknya dodol." Dengan santainya mencibir.
"Terus mau loe apain dia?" Tanya Willy dengan polosnya.
"Jadiin pacar aja Bang..abang kan jomblo." Jawab Em ngawur.
"Nggak demen gue." Dengan sombongnya.
"Hahahahhaa. "
Canda tawa mereka menemani perjalanan sampai ke mansion Sedat.
Flasback off.
🙏🙏🙏
Salam tuk semuanya. Terima kasih banyak atas dukungannya dan dengan senang hati author menunggu masukan dan komentar dari pembaca semua.❤❤❤🙏
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments