17 ANAK SIAPA DIRAHIMMU?
“Makan dulu ma, nanti dilanjut lagi, jangan sampai aku dimarahin mas Imron karena mama telat makan. Mas Imron adalah kakak iparnya, suami mbak Rina kakak sulung Sari. Mas Imron seoraI ng dokter di rumah sakit Persahabatan.
Sehabis membereskan bekas makannya, Sari memasuki kamarnya untuk mempersiapkan buku-buku kuliahnya esok hari juga pakaian yang akan dia pakai besok. Sari lebih nyaman menyiapkan pakaian sejak malam, sehingga pagi saat mau mandi ga bingung mau pakai baju apa.
Jam 10 malam Sari mendengar ada mobil masuk ke halaman rumahnya. Diintipnya dari jendela, dilihatnya mobil mas Imron sudah parkir di halam rumah dan mbak Rina keluar lebih dulu. Sari membukakan pintu untuk kakak sulung dan suaminya yang berkunjung saat sudah cukup larut malam
“Assalamu’alaykum de, mama sudah sare?” sapa Rina pada adik bungsunya
“Wa’alaykumsalam mbak” Sari mencium tangan kakaknya. “Tadi waktu aku masuk kamar mama masih nimbang bahan kue mbak”
Rina masuk ke ruang makan, biasanya mamanya menimbang bahan kue disana. Dilihatnya mamanya baru saja selesai beberes meja sehabis menyiapkan bahan-bahan kue pesanan konsumennya.
“Assalamu’alaykum ma, kenapa sudah malam belum istirahat? Jaga kesehatan dong ma” sapa Rina sambil mencium tangan mamanya dan dilanjut mencium pipinya
“Wa’alaykumsalam, ini sudah rampung koq” jawab bu Rahma lalu dia mencuci tangannya
“Assalamu’alaykum ma, sehat kan?” tanya Imron sambil mencium pipi mertuanya, baru dilanjut cium tangan, hehe dia memang seperti itu, mendahulukan cium pipi bila ke mertuanya yang sudah dianggap ibu kandungnya sendiri itu
“Wa’alaykumsalam, alhamdulillah mama sehat” jawab bu Rahma
“Ma, aku ama mas Imron mau cerita sedikit, ini sudah malam jadi kami ga ingin basa-basi dan ga bisa berlama-lama biar istirahat mama ga keganggu” Rina to the poin menyatakan niat mereka malam itu
“Ono opo? Koq mama jadi takut” balas bu Rahma
“Kami ga mau mama dengar dari orang lain dan kami ga yakin Anto akan cerita dengan rinci ke mama seperti yang akan kami sampaikan” Imron melengkapi pernyataan istrinya
Sari yang meletakan teh hangat untuk kedua kakaknya ikut penasaran dengan berita yang akan mereka sampaikan, dia pun ikut duduk di meja makan.
Imron menyampaikan peristiwa yang baru saja mereka alami di rumah adik laki-laki mereka yang masih pengantin baru.
Flash back on
Imron mengangkat telpon dari adik iparnya “ Assalamu’alaykum de”
“Wa’alaykum salam mas. Lagi sibuk ga mas? Bisa kerumahku, Shinta pingsan” jawab Anto adik iparnya
“Ga de, mas baru aja pulang dari rumah teman, habis nengok bayinya baru lahir. Ya sudah mas kesitu, kebetulan ini dekat dengan rumahmu dan mas bareng dengan mbak Rina juga”
“Ya mas, aku tunggu” balas Anto
Imron datang bersamaan dengan bu Gita, mertua adik iparnya
“Shinta kenapa de?” tanya Rina gugup
“Duduk dulu bu” sapa Anto sambil salim kepada mertuanya. “Duduk mbak, mas” ajak Anto pada kakaknya
“Ga periksa Shinta dulu?”tanya Rina pada adiknya
“Biar mas Imron aja yang periksa, ibu dan mbak duduk saja di depan, aku bikinkan minum dulu ya,” balas Anto sambil mengajak kakak iparnya ke kamarnya, lalu meninggalkannya dikamar untuk membuat teh dan membawanya ke ruang depan sambil menunggu mas Imron selesai memeriksa.
“Gimana pa?” seru mbak Rina pada suaminya yang sudah selesai memeriksa adik iparnya. Suaminya duduk disebelahnya, meminum teh hangatnya lalu tersenyum
“Selamat ya de, kamu bakal jadi seorang ayah” jelas mas Imron bahagia
“Alhamdulillaaaaaah” seru mbak Rina dan bu Gita bersamaan. Mereka bertiga ga sadar Anto dan Shinta baru menikah hampir 3 minggu saja, 2 minggu lebih lah.
“De, koq diem, koq ga bahagia sih dapet rejeki cepet?” tanya mbak Rina, dia sadar dirinya kosong 1 tahun aja rasanya berat, karena mertuanya tiap bulan selalu tanya sudah hamil belum? Saat melihat wajah kaku adiknya
Anto mengangkat wajahnya, menarik nafas panjang. Ditatapnya mertuanya dengan datar. “Kita tunggu Shinta sadar ya, dan aku minta ga ada yang bertanya apapun, apalagi kasih tau kehamilan ini padanya. Tunggu sampai aku selesai bertanya padanya” jawab Anto lirih
“Diminum bu tehnya, sama ini martabaknya aku taruh sini, ibu sempet-sempetnya lho bawa martabak,” kata Anto
“Pas kamu telpon, pak Budi sedang antri martabak, jadi ya wis ibu bawa kesini aja sekalian” jawab bu Gita. “Ayo lho nak Rina, dicicipi martabaknya, ini martabak kesukaan Shinta”
Shinta mendengar suara percakapan di ruang depan, dia berusaha bangkit dan berjalan keluar kamarnya
“Sudah bangun de” sapa mbak Rina yang kebetulan duduknya menghadap pintu kamar, bu Gita menoleh kebelakang, melihat Shinta yang sedikit terhuyung berjalan menuju ketempat mereka duduk, dia bingung mengapa Anto tidak membantu istrinya yang baru sadar dari pingsan?
“Kamu gapapa?” tanya bu Gita lembut sambil mengusap puncak kepala anak semata wayangnya itu
“Gapapa koq bu” jawab Shita pelan
“Ini barusan mas Imron sudah periksa kamu, katanya kamu terlalu lelah” kata Anto memulai percakapannya. “Saya jadi ga enak, apa kamu sangat lelah sehingga bisa pingsan? Apa tugas rumah tangga yang saya berikan terlalu berat?” tanya Anto menatap tajam istrinya
Shinta tak berani mengangkat kepala, dia hanya menggeleng kepalanya lemah. “Kamu ga masak, kamu ga cuci piring, kamu ga cuci baju dan setrika, juga ga ngepel serta bebersih rumah, lalu apa yang membuat kamu lelah?” cecar Anto didepan bu Gita, membuka kedok bu Gita yang selama ini bermain kotor dalam urusan rumah tangganya
“Kecapean lembur ya Shin” canda mbak Rina yang ingin membuat suasana menjadi hangat karena dia hafal karakter Anto yang kaku, dia tau saat ini Anto sedang sangat marah, terlihat rahangnya mengeras.
“NAH” teriak Anto, “Mumpung ada perwakilan dari keluarga Shinta dan dari keluarga saya, mohon di jawab, apa kamu kecapean karena kita melakukan hubungan suami istri?” lanjut Anto yang malah senang mendapat jalan untuk membuka jebakan yang dia terima.
“De, ga pantes ah tanya gitu” sanggah Rina, “Tadi mbak hanya becanda aja”
Bu Gita masih diam, dia sudah tau di hal masak dan cuci baju dia salah, karena ide nya lah untuk selalu men suply makanan setiap hari, juga membawa baju kotor yang disiapkan Gita ke rumahnya agar dilakukan oleh ART nya di rumahnya. Semua hal itu menyalahi peraturan yang Anto berikan saat sebelum menikahi Shinta
“Diem mbak, biar Shinta jawab” kata Anto agak keras. Imron memegang telapak tangan istrinya seakan mengatakan jangan melanjutkan debat kali ini, ditatapnya mata istrinya lembut
“Kenapa ga jawab Shin, kamu kecapean melakukan hubungan suami istri dengan saya?” tanya Anto.
Lama tak ada jawaban. Akhirnya Anto menarik nafas panjang dan berujar tegas walau lirih. “Bu” kata Anto menatap bu Gita, “Coba jelaskan bagaimana Shinta bisa kelelahan berhubungan badan dengan saya, wong sejak menikah saya belum pernah menyentuhnya!” kata Anto dalam sambil tetap menatap mata bu Gita, sementara Rina menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar dia ga berteriak
Bu Gita, shock mendengar pertanyaan Anto yang ditujukan pada dirinya. Bagaimana bisa Shinta hamil sedang Anto belum pernah menjamahnya. Lalu anak siapa di rahim Shinta?
“Anak siapa di rahimmu Shin, jawab ibu” kata Gita sambil mengguncang bahu Shinta. Rina mendekap bu Gita, berupaya agar bu Gita tidak menyakiti Shinta lebih jauh.
“Jawab Shin, siapa lelaki itu?” tanya Gita lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Udah 2 minggu lebih nikah apa alasannya gak nyentuh istrinya,,???
Kan Sinta pemain ulung dgn mana2 pria,,,
2023-01-03
0
Qaisaa Nazarudin
Rina seharusnya diem aja gak usah ikut campur,,
2023-01-03
0