Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini. Sari bakal terima Galih atau Teddy ya?
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
----------------------
“Hehe, santai aja kenapa sih?” balas Teddy sambil menyerahkan tas berisi buku-buku yang di beli Sari tadi.
“Kita mau makan di mana bro, takutnya kita ke pisah lampu merah,” tanya Bram pada Teddy.
“Bakmi GM (Gajah Mada) jalan Medan Merdeka,” jawab Teddy pasti.
“Siap” jawab Bram.
Sari dan Endah berjalan beriringan, awalnya mereka memang ingin ke Senen buat minum es teler 77. “Ndah gapapa kan kita ikut mereka dulu?” tanya Sari meminta pendapat Endah.
“Santai aja Sar, kan tadi kita emang niat ke Pasar Senen buat makan,” jawab Endah menghilangkan rasa tidak enak yang Sari rasakan.
Sesuai dugaan Bram, mereka tiba di tempat makan yang di tuju selisih 15 menit. Bram dan Endah datang duluan. Untungnya mereka sudah tahu tujuannya sehingga tidak saling cari. “Kalian udah pesan?” tanya Teddy yang baru saja datang.
“Sudah” jawab Endah
Teddy menulis pesanan tanpa bertanya pada Sari. Bram dan Endah memperhatikan kalau Teddy sudah sangat hafal apa yang di inginkan Sari. “Kamu mau nambah sesuatu?” tanya Teddy pada Sari.
“Pangsit goreng deh,” jawab Sari..
Pesanan Bram dan Endah datang bersamaan Teddy selesai menulis pesanannya. “Kalian makan aja duluan gapapa, nanti dingin lho makanannya,” Sari mempersilahkan Bram dan Endah makan duluan.
“Hahaha, emang berapa lama sih nungguin kalian, biar aja kita makan bareng,” jawab Endah. Tadi Bram minta aku pesanin kamu duluan, tapi aku takut salah, aku kan ga sehafal Teddy tentang seleramu,” goda Endah.
Sari yang di goda seperti itu hanya menunduk. “Hahaha, kalau rumah makan mie daerah Senen dan Pasar Baru, gue hafal seleranya Riri, karena saat kami sekolah dulu kan kalau makan rame-rame ama teman2 dia selalu pesan menu yang sama,” kilah Teddy menjelaskan mengapa dia hafal selera Sari.
Bram memperhatikan Sari yang tersipu. “Kalau gitu gue juga bakal ngapalin menu yang kalian pesan” godanya.
Menu pesanan Teddy datang, mereka mulai makan sambil terus berbincang.
“Rumah lo di mana Ndah?” tanya Bram.
“Petogogan,” jawab Endah.
“Wah kebetulan, kita sejalur, nanti gue yang anter lo pulang aja,” Bram menawarkan tumpangan pada Endah.
“Kalaupun ga searah ya lo wajib anterin dia lah, kan Sari gue yang anterin. Masa Endah mau di suruh nge bus sendirian,” Teddy menegaskan.
“Gue mana tau lo mau nganter Sari!” kilah Bram.
“Memang rumahmu di mana Bram?” tanya Sari.
“Terogong” jawab Bram, “Kamu mau main ke rumahku, ketemu camer?” goda Bram pada Sari.
“Ngaco!” jawab Sari sambil memukul lengan Bram.
“Aku pulang sendiri aja Ted, ga perlu antar aku,” pinta Sari.
“Aku pasti anter kamu, lagian kan kita searah koq. Jangan ngucap ngerepotin!” perintah Teddy yang sudah tahu Sari akan berkilah tidak mau ngerepotin.
Bram dan Endah tertawa karena Teddy sudah lebih dahulu nebak kata-kata yang akan di katakan Sari.
Mereka kembali berpisah di parkiran, menuju rumah masing-masing.
“Ada yang marah ga kalau gue nganter sampe rumah lo?” tanya Bram pada Endah saat mereka akan keluar dari parkiran GM.
“Maksud lo? Pacar? Atau orang tua? Kalau nanya yang jelas agar gue ga salah jawab!” Endah meminta Bram memperjelas pertanyaannya lebih spesifik, karena akan beda jawabannya.
“Semuanya lah!” Bram bingung bila harus lebih spesifik, walau sesungguhnya dia bertanya untuk memastikan pacar Endah.
“Kalau orang tua pastinya ga marah, mereka akan senang anaknya ada yang membantu. Kalau pacar kebetulan gue ama Sari berkomitmen ga mau pacaran, lebih-lebih ama anak kuliahan dan satu kampus,” jawab Endah enteng.
“Wah wah wah, gue jadi penasaran, kenapa kalian ga mau punya pacar anak sekampus atau anak kuliahan?” Bram jadi penasaran.
“Menurut kami anak kuliahan itu harusnya orientasinya ke pelajaran, kalau dia udah ngajak pacaran berarti tujuan ke kelulusannya sudah berkurang 25% atau bahkan bisa jadi berkurang 50%. Itu sebabnya kita ga mau. Apalagi kalau se kampus, bisa 75% berkurangnya karena maunya ketemu terus atau maunya marah-marah terus akibat liat kita becanda atau ngerjain tugas bareng teman cowoq lain!” Endah menerangkan argumen mereka tentang pacaran versi mereka.
“Ga semua gitu kan? Bisa aja karena pacaran lalu jadi makin giat ke kampus dan ngerjain tugas biar cepat selesai karena berpikir agar cepet married,” sanggah Bram.
“Kami ga bilang semua, dan itu hanya asumsi kami, jadi ga perlu ada bantahan!” kilah Endah.
“Gimana kalau gue puter balikin tu teori kalian, gue buktiin semua pemikiran kalian itu keliru,” Bram merasa tertantang akan memutar balik pemikiran itu.
“Silahkan aja lo buktiin, yang penting ga sama gue dan Sari,” jawab Endah enteng.
“Makasih ya udah anterin sampe rumah, masuk yok,” ajak Endah pada Bram saat mereka sampai di rumahnya.
“Gue langsung aja deh, by the way bisa minta nomor HP lo?” Bram menampik ajakan Endah karena dia merasa akan bingung apa yang hendak mereka perbincangkan bila mereka ngobrol nanti.
“Ok, paling ga salam ama ibu, itu beliau lagi di luar, nanti di kira gue berteman ama orang yang ga tau sopan santun kalau lo ga turun kenalan ma beliau,” Endah menyarankan Bram untuk berkenalan dengan ibunya yang sedang prunning tanamannya.
“Selamat sore tante,” sapa Bram sambil memberi salam hormat pada ibunya Endah.
“Ini temannya Sari Bu, ketemu di Gramedia lalu antar mbak karena searah,” Endah menerangkan tentang Bram pada ibunya.
“Ajak masuk mbak, bikinkan minum,” ibunya Endah membalas sapa an Bram lalu memerintah Endah mengajak tamunya masuk.
“Ga usah tante, saya langsung aja, lain kali saya mampir,” tolak Bram ramah.
“Buru-buru tho nak, terimakasih sudah antar anak saya ya, kamu hati-hati,” Ibu Endah memberi nasehat pada Bram.
“Iya tante, permisi,” Bram pun segera pamit sambil memberikan HP nya pada Endah untuk memasukan nomor HP Endah di HP nya.
***
Hari ini Endah Sari dan Uswah sedang mengambil nilai mata kuliah semester ini, dan mereka membahas mata kuliah apa saja yang akan mereka ambil di semester depan. “Sar, jangan lupa meeting HMJ jam 2 siang ini ya,” salah seorang senior Sari memperingatkan jadwal meeting hari ini
“Siap mas, aku ga pulang koq,” balas Sari.
“Gimana persiapan pernikahanmu Us, lamaran kemaren sukses kan?” tanya Sari pada Uswah.
“Kami nikah 3 minggu lagi, jadi ga ganggu kegiatan kuliah. Semester depan aku tetap kuliah. Kemaren juga aku udah bahas minta tunda kehamilan biar ga pakai cuti hamil selama aku kuliah,” jelas Uswah pada kedua sahabatnya. Saat itu HP Uswah dan Endah berbarengan bunyi. HP Uswah panggilan dari tunangannya yang sudah menunggunya di parkiran kampus. Mereka harus mempersiapkan kebutuhan pernikahan mereka.
HP Endah hanya sms, dari nomor baru yang belum tersimpan di phone book nya ‘Hai, ini nomor gue’ bunyi sms tersebut
‘Gue siapa? lo pikir gue cenayang yang bisa tau siapa lo?’ Endah menjawab jutek
‘Galak amat sih? PMS ya lo’ jawab nomor tersebut. Endah langsung malas menjawab nomor tersebut. Di simpannya kembali HP nya di tas lalu kembali focus pada pembicaraan dengan para sahabatnya.
------------------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Elwi Chloe
semangt tor
2022-02-20
1