Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini. Kita mulai kenalan dengan tokoh utama wanita ya.
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
---------------------
Teman-temannya memanggilnya Sari, namun Teddy lebih senang memanggilnya Riri. Tanpa sengaja dia sering bertemu Riri di perpustakaan sekolah. Sayang ga sampai setahun mereka berteman karena Teddy terpaksa pindah sekolah ke Singapore karena mamanya harus dirawat intensif disana dan tak ada yang mengawasinya di rumah, sehingga papanya membawa Teddy pindah. Teddy baru kembali ke Jakarta saat dia mulai kuliah 2 tahun lalu. Total 2 tahun dia menetap di Singapore.
“Ngapain lagi lo?” tanya Bram yang bingung saat sahabatnya di SMA Singapore itu kembali mendatanginya.
“Kemaren pas pulang dari sini gue ngerasa liat teman gue pas di Boedoet, makanya gue penasaran,” jelas Teddy.
“Jurusan apa? Angkatan tahun berapa?” Bram bertanya untuk membantu Teddy.
“Mana gue tau dia jurusan apa, angkatannya setahun di bawah kita,” jelas Teddy.
“Lo bego apa gila? Nyari orang ga tau namanya, jurusannya apa lagi tahunnya. Itu sama aja lu cari jarum di jerami,” runtuk Bram.” Kalau kemaren lo liat dia kenapa ga lo ikutin?”
Iya juga ya, kemaren kenapa dia ga ikutin bus nya sampai liat Riri turun, pikir Teddy
“Kalau namanya gue tau, cuma jurusannya aja yang gue ga tau,” balas Teddy. “Namanya adalah APSARI PUTRI SOEKARSO”
“Hahaahahaahaaaa,” Bram hanya tertawa saat mendengar nama Sari di sebut. Bagaimana dia tidak tertawa, sejak semester kemarin dia berupaya mendekati pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang terkenal dingin pada lawan jenis itu.
“Kenapa lo ngakak gitu? Ada yang aneh dengan nama itu?” tanya Teddy.
“Putri Mount Everest, itu nama lain dari Apsari Putri. Cewek kampus paling dingin ama cowoq,” jelas Bram.
“Lo kenal dia? Bisa anter gue ketemu dia ga? Dia jurusan apa?” berondong Teddy.
“Dia anak Akuntansi, jarang sih gue ketemu dia, karena udah ga ada matkul umum yang sama-sama di ambil. Lagian kan gue ama dia beda jurusan dan beda tingkat,” jawab Bram yang mengambil jurusan Manajemen. “Ayo gue anter ketemu dia, gue tau tempat mangkalnya.”
***
Sari, Uswah dan Endah baru selesai kuliah dan segera menuju taman kampus tempat mereka biasa mojok sambil memakan bekal mereka dan mendiskusikan materi yang baru saja mereka dapat.
“Hai Ri, masih inget aku?” sapa seseorang yang tetiba berdiri di sebelah kursi yang Sari duduki.
Sari mendongakan wajahnya, dia melihat wajah maskulin yang barusan bertanya padanya, dan di sebelahnya dia melihat Bramantyo, laki-laki macho yang sedikit dia suka namun bukan suka untuk menjadi kekasih. Dia suka pada Bram karena laki-laki tersebut gentle berani mengungkapkan perasaannya secara langsung, tidak by phone atau surat.
“Maaf, apa kita saling kenal?” tanya Sari hati-hati.
“Cerdas cermat Boedoet!” Teddy memberi kata kunci.
“Astaga Teddy???” Sari berdiri dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Teddy menyambut tangan Sari dan menariknya sehingga Teddy bisa memeluknya.
“Kangen tau, kemana aja kamu?” Sari tidak menolak pelukan Teddy malah bertanya akrab. Bram, Uswah dan Endah sampai bingung Sari bisa akrab dengan lawan jenis seperti itu.
“Panjang ceritanya,” tukas Teddy saat melepas pelukan singkat mereka, dia sadar ini kampus, bisa tidak baik citra Sari. Segitu pun sudah sangat aneh bagi yang tahu reputasi perempuan puncak gunung es itu.
“Duduk Ted, kenalin ini teman-temanku,” ajak Sari pada Teddy sambil menunjuk Uswah dan Endah. “Hai Bram, pa khabar?” sapa Sari pada Bram.
Bram benar-benar tidak menyangka bisa melihat salju meleleh dari puncak gunung Everest saat melihat Sari bicara hangat pada Teddy. Teddy tak mau mengganggu diskusi Sari dan teman-temannya terlalu lama, cukup dia sudah bertemu Riri dan memiliki nomor teleponnya untuk bertemu lain kali.
“Ri aku pamit dulu, sorry udah ganggu waktu diskusi kalian, nanti malam aku telepon kamu ya, pengen cerita panjang,” pamit Teddy.
“Kalau mau cerita panjang ketemu ajalah, jangan by phone” sahut Sari, dia tidak sadar kata-katanya melukai Bram yang selalu dia tolak bila Bram mengajaknya jalan atau minta ijin main ke rumahnya.
“Iya, nanti malam kita bahas kapan bisa makan pangsit rebus tanpa kuah dan tanpa daun bawang buat ngobrol,” kata Teddy menggoda Sari mengingatkan makanan kesukaan Sari.
“Ih masih inget aja sih” Sari tersipu malu.
“Hahaha, masih lah,” Teddy tertawa lepas melihat wajah Sari yang malu.
***
“Lo harus jelasin apa hubungan lo ama Sari!” pinta Bram saat mereka duduk di kantin kampusnya Bram.
“Dia dulu masih kelas 1 SMA waktu gue kenal, dia team cerdas cermat kelasnya, ga tau otaknya di bikin dari apa, hampir semua pertanyaan juri dia lalap tanpa masukan dari temen di sebelahnya. Seakan teman sebelah kanan kiri cuma pelengkap regu aja, karena peserta harus 3 orang bukan sendirian. Saat itu gue kagum banget ama dia, gue nyaman kalau ngobrol ama dia, ga seperti ceweq-ceweq yang ngedeketin gue karena gue anak jendral. Dia ga perduli gue anak siapa, dia cuma perduli bertemen ama gue dia bisa diskusi, itu kata dia. Dia juga ga ribet jajan gorengan yang di pikul, ga kaya temen-temen laen yang borju,” jelas Teddy tentang sahabat lamanya itu.
“Dia ceweq pertama yang maksa mbayarin gue makan, saat temen-temen lain maunya di bayarin gue. Pas nyokap sakit gue ga sempet pamit ke dia waktu berangkat ke Singapore, bokap langsung aja bawa gue berangkat sebelum ngurus surat pindah sekolah. Urusan pindah sekolah di handle aspri bokap. Jadi gue ga sempat kabarin dia. Gitu ceritanya,” jelas Teddy.
“Lo suka ma dia kan? Itu ceweq yang lo bilang ga bisa lo lupain waktu lo di taksir Olivia dan lo tolak Olivia, juga gadis-gadis lainnya di Singapore kan?” desak Bram.
“Jujur gue suka ma dia, tapi dulu kan gue masih kecil, belom tau gue cinta apa enggak ama Olive atau ceweq lainnya. Cuma gue ga nyaman aja ama mereka, ga seperti kalau gue ngobrol ma Riri,” Teddy memberi alasan tentang pertanyaan Bram barusan.
“Bahkan lo punya panggilan special buat dia, semua di sini panggil dia Sar atau Sari, bukan Riri. Itu artinya sejak dulu dia special di hati lo,” Bram mencoba menyadarkan Teddy. “Lagian kalau dia ga special, lo ga bakal balik lagi kesini hari ini saat lo liat dia kemaren kan?”
Iya juga ya, ngapain aku mencarinya hari ini bila memang Riri ga menempati hatiku? pikir Teddy
***
“Kamu koq akrab banget ama Teddy, apa dia mantan pacarmu?” tanya Uswah.
“Hahaahaa, kami kenal saat SMA, aku kelas 1 dan dia kelas 2, baru kenal sebentar dia langsung menghilang, yang aku dengar dia terpaksa pindah ke Singapore karena ikut orang tuanya pindah ke sana. Aku baru kelas 1 SMA, baru ganti dari seragam biru ke abu-abu, ga pacaran lah. Kami dekat karena sama-sama pecinta buku dan sama-sama ikut club science di sekolah,” jelas Sari pada kedua sahabatnya yang bingung melihatnya bisa akrab dengan laki-laki, karena sejak mereka kenal dan akrab di kampus ini, Sari tidak pernah mau di dekati teman cowoq.
***
Sari baru saja selesai membereskan buku-buku yang habis dia pakai untuk referensi tugasnya, sambil nge print saat HP nya yang dia letakkan di meja bergetar. Terlihat nama Teddy di sana. Teddy Ardiansyah nama lengkap teman masa SMA nya itu, anak tunggal jendral Soekardi, begitu data yang Sari ingat saat SMA dulu. Walau anak tunggal seorang jendral namun perilaku Teddy sangat humble, dia berteman dengan siapa saja, tidak pernah di antar dengan mobil atau bawa mobil sendiri, dia lebih asyik dengan motor biasa yang juga bukan motor jenis terbaru.
----------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
💞DARRA💞💖
jujur kak baru kali ini aq baca novel bingung bgtz sama alurnya
2022-05-30
1