Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini. Ternyata nasib percintaan si ganteng Steve menyedihkan ya.
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
-------------------
Steve kembali melantunkan lagu yang di request pengunjung. Dia ingin segera mengakhiri kerjanya malam ini. Di sudut sana masih terlihat Paula dengan pasangannya. Steve makin ji_jik melihatnya.
***
Sari sedang mengerjakan tugas kuliahnya, sudah cukup larut, tapi di dengarnya bel rumah berbunyi. Siapa ya yang datang selarut ini, jam 9 malam bukan waktu yang pas untuk bertamu kan, pikirnya. Dia keluar kamarnya dan menuju pintu depan. Ternyata mas Imron dan mbak Rina yang datang. “Mama sudah sare belum dek?” tanya mbak Rina menanyakan apakah mama mereka sudah tidur atau belum.
“Belum mbak, barusan aja habis nyiapin bahan kue buat pesanan besok pagi mbak, baru rampung nimbangin bahan,” jawab Sari, sambil berjalan ke dapur untuk membuatkan minum bagi kakak iparnya.
“Ma, belum istirahat,” Rina salim pada mamanya yang sedang beberes alat di meja makan.
“De minum mas Imron taruh sini aja, biar kita ngobrol di sini aja,” pinta mbak Rina pada Sari.
“Ma, aku barusan ke rumah Anto, karena mas Imron di telepon Anto,” lapor mbak Rina.
“Ada apa, apa Anto sakit, trus gimana sekarang?” mamanya membrondong pertanyaan karena khawatir anaknya sakit.
“Mama duduk dulu, mama rileks aja Anto ga sakit,” Imron mengajak mertuanya duduk agar tidak terjatuh bila mendengar cerita tentang Anto. Mereka memang sengaja akan menceritakan lebih dulu agar bila terjadi hal yang tak di inginkan Imron bisa mengantisipasinya, karena Imron adalah seorang dokter, dari pada Anto yang cerita lalu mama kaget tak ada yang menangani mama.
Rina menceritakan rinci peristiwa yang baru saja mereka alami di rumah Anto. Sari yang ikut mendengar itu sangat kaget. Dia tidak percaya nasib buruk menimpa kakak laki-lakinya. Bu Rahma hanya diam terpaku mendengar kisah tragis anak laki-laki semata wayangnya, dia tidak menyangka nasib percintaan Anto sangat buruk.
***
Hari ini Sari agak malas kuliah, dia sedih melihat wajah kuyu mamanya. “Ma, kalau ga sehat kuenya ga usah di buat, biar nanti Sari belikan aja buat memenuhi pesanan bu Santi kali ini,” saran Sari pada wanita cantik yang melahirkannya itu.
“Mama gapapa, kamu berangkat kuliah aja. Katanya kamu akan serahin tugasmu. Wis tho mama gapapa,” bantah mamanya. Memang mereka sekarang hanya tinggal berdua sejak mbak Rina kakak sulung Sari menikah 9 tahun lalu di susul Anto kakak laki-laki satu-satunya baru menikah 2 bulan lalu dan pindah pula ke rumahnya sendiri.
Sari segera bersiap kuliah, karena mamanya tetap memaksa. Sari sampai di kampus berbarengan dengan Endah dan Uswah. “Udah rampung makalahmu hari ini?” tanya Uswah gadis keturunan Arab yang sangat cantik dan putih.
“Kamu tanya ke aku atau ke Sari?” tanya Endah gadis manis yang kedua orang tuanya berasal dari desa kecil di Boyolali.
“Ke kalian berdua lah,” jawab Uswah.
“Aku hampir ga rampung, pas mau ngeprint mbakku datang sehingga kami ngobrol sampai larut” jawab Sari.
“Aku sejak kemarin siang sudah rampung, kan kamu tau kemarin aku pergi ngeprint di warung photo copy sore-sore karena printerku rusak,” jawab Endah.
“Aku lupa kemaren sore kita ketemu di tempat fotocopyan,” desah Uswah.
“Hallo bunga-bunga cantik, lagi ngobrolin apa nih pagi-pagi?” sapa cowoq yang buat ketiga gadis itu menyebalkan. Syarifuddin nama laki-laki tersebut. Entah siapa yang ingin di dekatinya di antara ketiga gadis ini, setiap dia melihat ketiganya saat bersamaan atau masing-masing sendirian, selalu saja Sa’i panggilan Syarifuddin mencoba merayu mereka. Itu membuat 3 sekawan ini tidak nyaman karena takut mereka saling menyakiti. Gara-gara kehadiran Sa’i di tengah-tengah mereka maka mereka berjanji tidak mau punya pacar teman satu jurusan.
“Yang pasti ga ngobrolin kamu,” jawab Sari ketus. Sebenarnya mereka tidak benci dengan pemuda pandai dan ganteng ini. Namun karena Sa’i selalu merayu mereka semua maka mereka menjadi tidak suka. Bila saja Sa’i menentukan pilihan pada salah satu dari mereka, pasti yang lain akan mendukungnya.
“Hallo, pagi-pagi koq cemberut,” Dion menyapa mereka. Dion setingkat dengan mereka namun beda jurusan. Mereka akrab karena saat perkenalan mahasiswa baru mereka tergabung dalam satu kelompok.
“Hahaha, pagi-pagi kami sarapan semut, kamu tau kan semut rasanya asam,,” jawab Endah asal.
Sari, Endah dan Uswah memang tiga sekawan bunga jurusan mereka. Mereka mahasiswi aktiv dan pintar, tidak sok cantik karena memang cantik dan ketiganya tak ada yang hobby dandan. Sebagai mahasiswi mereka tidak berbedak tebal maupun melapisi bibir mereka dengan lipstik tebal, hanya sapuan tipis lipgloss menghindari bibir kering. Mereka lebih sering ngumpul di perpustakaan dan taman belakang jurusan mereka untuk membaca dari pada ngumpul di kantin. Mereka juga tergabung sebagai mahasiswa pecinta alam. Banyak kumbang kampus mendekati mereka namun tak satupun dari mereka yang ingin punya pacar. Mereka ingin focus di kegiatan kampus dan belajar agar bisa selesai kuliah 7 semester saja.
“Us, sorry, aku dapat titipan ini,” sapa Dion memberikan amplop kecil pada Uswah.
“Makasih” sahut Uswah, menerima amplop tersebut tanpa melihat siapa pengirimnya, juga tidak menanyakan pada Dion siapa yang menitipinya surat. Sari dan Endah hanya nyengir saja melihat sikap Uswah. Mereka bertiga memang menyimpan semua surat yang mereka terima di kotak dan semua surat yang mereka dapat tak pernah mereka buka. Mereka hanya ingin focus pada mata kulaih, tidak ingin terganggu dengan surat cinta.
***
Teddy melaju ke kampus Bram sahabat SMA nya, dia ingin memastikan gadis yang kemarin di lihatnya adalah Riri nya, adik kelasnya di SMA 1 Budi Utomo dulu. Kemarin dia ke kampus Bram untuk diskusi latbar basket antara kampusnya dengan kampus Bram. Tak di sangka saat akan pulang dia melihat Riri di halte bus depan kampus, saat akan di hampiri sudah terlambat karena Riri sudah naik bus.
Dia sangat menyukai Riri, gadis ayu nan sederhana namun pintar. Pertama kali Teddy memperhatikannya ketika Riri mewakili kelasnya saat lomba cerdas cermat antar kelas. Dia memperhatikan gadis mungil juru bicara team kelasnya. Riri di dampingi 2 cowoq berkaca mata minus. Sedang pada wajah Riri tidak tampak keculunannya karena dia anak rajin baca, tidak pakai kacamata, namun hampir semua pertanyaan dia jawab tanpa menunggu masukan dari rekan kanan kirinya. Dan hebatnya kelas Riri menjadi juara pertama kelas 1 sedang kelas Teddy juara dua di kelas 2. Cerdas cermat memang pertingkat. Mereka berkenalan saat ramah tamah peserta yang juara. Teddy ingat nama gadis tersebut saat mengenalkan diri di lomba cerdas cermat adalah APSARI PUTRI SOEKARSO.
Teman-temannya memanggilnya Sari, namun Teddy lebih senang memanggilnya Riri. Tanpa sengaja dia sering bertemu Riri di perpustakaan sekolah. Sayang tidak sampai setahun mereka berteman karena Teddy terpaksa pindah sekolah ke Singapore karena mamanya harus di rawat intensif di sana dan tak ada yang mengawasinya di rumah, sehingga papanya membawa Teddy pindah. Teddy baru kembali ke Jakarta saat dia mulai kuliah 2 tahun lalu. Total 2 tahun dia menetap di Singapore.
---------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
yanktie ino
baru pengenalan tokoh
nanti mengerucut koq
terima kasih sdh baca kisah ini
kalau berkenan baca cerita ttg kakaknya sari di novel cinta kecilnya maz ya
2022-05-31
0
Mita Karolina
Sampai part ini agak binggung, apa karena terlalu banyak tokoh di dalamnya atau terlalu banyak kisah di dalamnya,,,
2022-05-31
2