Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini.
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
---------------------
“Kamu ga perlu bersandiwara gitu Steve, aku tau kamu baru aja putus ama Cindy, jadi ga mungkin kamu sudah bertunangan dengan dia,” kilah Paula tak mau kalah.
“Kalau gue baru putus ama Cindy lalu lo mau apa? Mau balik gitu? Lo tau kenapa gue putus ama Cindy? Karena dia marah gue udah punya tunangan! Iya kan honey?” Steve meminta kerjasama Andin bersandiwara.
“Udah sayang biar aja, dia pengen ganggu lunch kita, kamu lanjut makan ya sayang, nanti maag mu kambuh lagi,” Andin membalas Steve sambil mengusap punggung tangan kiri Steve lembut. Steve pun mengambil tangan kanan Andin yang barusan mengusap tangannya, serta membawanya ke bibirnya.
Paula keqi melihat kemesraan yang Steve perlihatkan. Dia bergegas meninggalkan resto itu.
Steve tertawa dan mengucapkan terima kasih pada Andin.
***
2 minggu sudah pesta pernikahan Shinta, hari ini pembubaran panitia, Steve jadi teringat gadis kecil berkebaya silver. Dia mendatangi seksi dokumentasi dan meminta ijin melihat photo-photo yang ada. Banyak photo yang memuat bidadarinya itu, namun hanya ada 4 photo sendirian candid yang sangat menggoda pemandangan Steve. Steve meminta 4 photo itu di cetakkan untuknya. Siapakah dikau gadis kecil? Mengapa aku bisa merasakan seperti jatuh cinta ketika pertama kali? Jatuh cinta yang akhirnya berakibat menyakitkan dan membuatnya menjadi sulit mempercayai cinta.
Selesai sudah tugas sebagai panitia pernikahan anak boss, mereka tidak menyangka mendapat bonus 1 bulan gaji selain dapat hadiah souvenir.
***
Setiap Jumat malam dan Sabtu malam Steve menjadi penyanyi di pub. Sehingga sekarang sehabis pulang kantor tadi dia bersiap untuk side job nya. Tak disangka saat sedang akan naik stage dia kembali melihat Paula. Kali ini Paula mengenakan rok mini ketat dengan atasan berupa kamisol saja, dia terlihat bergayut manja pada seorang pria sedikit berumur, yang lebih pendek darinya berwajah seperti orang Jepang. Mengapa aku mesti melihatnya lagi? pikir Steve. Dia berupaya meredam kemarahannya, di seruputnya seteguk soda dari kaleng kecil yang di sediakan untuknya. Di sapanya para pengunjung pub dan dia mulai bernyanyi untuk menghibur para tamu. Paula yang merasa mengenal suara Steve memicingkan matanya memperhatikan penyanyi di panggung.
Flash back on
Hari ini Steve dan teman-teman akan berlomba lagu-lagu daerah antar sekolah. Steve dan teamnya sudah lengkap dalam satu kelompok di gelanggang remaja Bulungan. Mereka bersenda gurau untuk menghilangkan ketegangan mereka. Kak Arie pelatih mereka memompakan semangat anak didiknya.
“Kak ijin ke toilet dulu, saya takut ga bisa nahan saat dipanggung nanti, serius saya grogi kak,” pinta Steve dan Himawan pada kak Arie.
“Kalian gantian ya dua-dua, agar ga kosong disini, yang putri juga berdua,” perintah kak Arie mengatur anak asuhnya.
Saat akan kembali ke rombongannya Steve dan Himawan di tanya seorang gadis berpakaian baju dayak, “Lo tau lokasi buat lomba folksong ga. Gue telat jadi gue ga tau sekolah gue ngumpul dimana,” tanya gadis itu.
“Lo dari sekolah mana?” tanya Himawan.
“Dari Yapentara,” jawab si gadis.
“Lo bareng kita aja, kita berdiri di lokasi peserta, nanti di sana lo bisa cari kelompok lo” Himawan berinisiatif menolong gadis tersebut.
Saat akan pulang sehabis lomba, Steve kembali bertemu dengan gadis tadi yang sedang menunggu jemputan. Lalu mereka berkenalan. Sejak saat itu mereka sering bertemu karena sekolah mereka berdekatan. Paula nama gadis itu, dia sudah kelas 3 SMEA, sedang Steve kelas 2 SMA. Karena seringnya jalan bareng dan sering ketemu akhirnya Steve merasa tertarik dengan Paula, dia pun menyatakan cintanya yang ternyata tak di tolak oleh Paula. 2 bulan sejak perkenalan mereka jadian, Steve sangat menyayangi gadisnya, bahkan dia sangat memujanya. Paula sangat manis dan lembut, dia gadis yang penurut, tidak cemburuan dan tidak banyak menuntut. Semua yang di larang Steve akan di patuhinya. Sering Steve yang cemburu karena banyak pemuda yang mendatangi Paula, wajar saja karena Paula sangat cantik. Namun dengan lembut dan sabarnya Paula bisa membujuk Steve dan memberi pengertian bahwa dia hanya mencintai Steve saja.
6 bulan sudah Steve menjalin kasih dengan Paula, tak ada larangan dari papa mama Paula bila Steve berkunjung atau mengajaknya menonton bila malam Minggu. Kali ini Steve dan Paula menonton film romantis, ada adegan cium yang sangat memukau di film tersebut. Steve memeluk bahu Paula erat, Paula menoleh dan melihat Steve yang juga sedang memandangnya, tanpa di duga Paula lebih dulu memajukan wajahnya dan mulai mengecup bibir Steve. Ini adalah pengalaman pertama bagi Steve, namun sebagai lelaki dia mengikuti nalurinya, maka sisa film sudah tidak mereka tonton lagi karena mereka membuat film sendiri.
Hari ini hari ketiga Steve tidak bertemu dengan Paula. Steve berencana mengunjungi Paula di rumahnya karena takut kekasihnya sakit, sebab sahabat-sahabat Paula pun tidak tahu mengapa Paula tidak masuk sekolah sudah 3 hari. Itu info yang Steve dapat ketika barusan mencari Paula di sekolahnya. Steve memacu sepeda motornya menuju rumah Paula. Di pencetnya bell di pagar rumah besar itu.
“Selamat siang bik, apa Paula ada?” tanya Steve pada ART yang membukakan pintu.
“Non Paulanya ga ada nyo (dari kata sinyo), dia di bawa ibu dan bapak ke Cimahi, katanya sih mau di tinggal di sana,” kata si bibik menerangkan kondisi Paula.
“Apa Paula sakit? Mengapa di bawa ke Cimahi bukan di rawat di rumah sakit?” tanya Steve.
“Maaf nyo, non Paula itu … itu,” si bibik sulit melanjutkan ceritanya.
“Kenapa bi? Ada apa dengan Paula?” cecar Steve.
“Non Paula hamil, jadi di sembunyikan dulu di Cimahi sampai melahirkan,” cerita si bibik.
“Hamil? Bagaimana bisa?” tanya Steve pada si bibik. Dia bingung karena mereka belum pernah melakukannya? Siapa yang menghamili Paula?
“Bisa lah nyo, kan tiap hari non Paula tidur dengan si Om Hendrik. Sudah lama bibik tau tapikan bibik ga berani lapor ibu,” kata si bibik lagi.
Steve lemas, dia duduk di kursi teras. Pantas Paula sangat pandai memainkan lidahnya saat mereka pertama kali berciuman. Steve beruntung belum pernah berbuat lebih pada Paula, bila sudah pernah maka bisa saja dia yang akan di minta pertanggung jawaban. “Lalu bagaimana dengan om Hendrik? Apa mereka akan menikah?” pancing Steve lagi.
“Enggak nyo, di Singapore om Hendrik sudah punya istri dan seorang anak, jadi ga mungkin non Paula di nikahkan dengan om Hendrik, karena om Hendrik juga ga mau menikahi non Paula. Itulah sebabnya bapak dan ibu membawa non Paula ke Cimahi, di bawa ke rumah omanya di sana.
Steve pulang dari rumah Paula dengan perasaan campur aduk. Ada rasa syukur, marah, kecewa, sakit hati dan entah rasa apa lagi. Sejak hari itu hati Steve tertutup untuk cinta. Bagaimana dia bisa percaya pada cinta, sedang gadis selembut dan sepenurut Paula saja ternyata begitu menjijikan. Apalagi gadis yang bebas dan tidak lembut?
Flash back off
Steve kembali melantunkan lagu yang di request pengunjung. Dia ingin segera mengakhiri kerjanya malam ini. Di sudut sana masih terlihat Paula dengan pasangannya. Steve makin ji_jik melihatnya.
-----------------------------------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments