Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini ………..
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
--------------
Semua yang hadir menyanggupi akan bekerja sebagai team yang solid.
3 hari lagi pelaksanaan pernikahan. Artinya panitia hanya punya 2 hari waktu kerja lagi. Steve harus melihat ke siapan di lapangan. Ada 2 lokasi yang harus dia pantau yaitu rumah bu Gita sebagai lokasi ijab kabul dan di gedung sebagai lokasi pesta mewah. Dia sedang on the way menuju rumah bu Gita, kali ini dia di temani Sishy, staffnya yang bertugas sebagai sekretaris dalam kepanitiaan pernikahan ini. “Kamu gapapa banyak bergerak seperti ini Shy?” tanya Steve penuh attensi.
“Gapapa Pak, saya kalau diam di kantor malah sering pening, tapi kalau saya bergerak, saya aman-aman saja, mungkin nanti anak saya akan seperti ayahnya yang hobby ngelayap, ga betah duduk diam,” jelas Sishy mengenai dirinya yang sedang hamil muda.
“Kalau kamu cape kamu bilang ya, saya ga mau di salahkan suamimu bila terjadi masalah dengan kandunganmu,” perintah Steve.
“Iya pak, makasih attensinya,” Sishy senang karena semua teman di kantor termasuk managernya sangat baik padanya dan memberi support pada kehamilannya.
“Data yang mau di cek sudah di kamu kan? Begitu sampai sana langsung kamu cek ya biar ga ada yang terlewat,” lanjut Steve. Terdengar bunyi HP berdering, Steve melihat ID caller di sana, lalu membuka tombol terima panggilan.
“Met siang juga pak,” balas Steve membalas salam orang yang menghubunginya.
“Wah belum pak. Ok saya akan hubungi mbak Miranda setelah ini. Ada hal lain yang ingin bapak sampaikan?” tanya Steve lagi. Tidak lama kemudian dia mengakhiri pembicaraan telepon tersebut.
“Kamu turun duluan saja Shy, saya menghubungi bu Miranda dari PT Abierandu Forest dulu karena barusan pengacaranya meminta saya menghubungi beliau,” perintah Steve pada Sishy.
“Met siang mbak, pa khabar?” sapa Steve ramah mengawali pembicaraan dengan Miranda.
“Hai Steve, maaf ganggu waktumu. Ini berkas kerjasama kita sudah selesai saya pelajari, ada beberapa item yang perlu kita diskusikan walau itu ga prinsipil sih perubahannya. Tapi sebenarnya saya minta kamu menghubungi saya tu tentang Cindy,” terang Miranda lugas. Karakternya sebagai pemimpin sangat jelas dan tegas.
“Ada apa dengan Cindy mbak, mengapa harus memberitahu saya?” Steve bingung, karena dia sudah tidak mau tahu tentang perempuan yang sudah mengkhianati mereka itu.
“Pengacara saya banyak mendapat bukti dia meminta dana selain yang memang di gelontorkan Fauzy sebagai hadiah baginya. Sehingga jelas dia akan mendekam di penjara agak lama dan saat ini dia mulai masuk di sel. Mbak kasih tau kamu agar kamu punya data kalau orang tuanya tanya ke kamu keberadaaan Cindy saat ini,” jelas Miranda pada Steve.
“Ok mbak makasih, nanti saya akan njawab sesuai info itu bila memang orang tua Cindy masih punya muka menanyakannya pada saya,” jawab Steve.
***
Sejak jam 6 pagi Steve sudah berada di gedung yang akan di gunakan sebagai lokasi pesta. Dia melihat nama pengantin sudah di pasang di depan. Shinta Maharani dan Prasetyanto Soekarso. Dia memperhatikan semua secara detil agar tak ada celah kegagalan dalam tugasnya kali ini. Sesekali dia memantau via telepon kondisi di rumah bu Gita kepada pak Untung sebagai penanggung jawab Lokasi 1.
Acara di gedung baru akan di mulai pukul 19.00 malam nanti, rombongan pengantin dan keluarga akan mulai datang pk 14.30 siang ini. Steve mengecek kamar yang akan di gunakan pengantin untuk istirahat dan berias. Dia juga mengecek kamar untuk para keluarga pengantin.
Steve dan seluruh panitia di lokasi 2 baru saja selesai ishoma. Steve meminta semua berkumpul sebelum mereka kembali dengan aktivitas mereka yang sebentar lagi akan di mulai dengan datangnya rombongan keluarga pengantin.
“Ada yang masih belum selesai makan dan sholat ga?” tanya Steve memulai brieffing terakhir mereka. “Kita lanjut sesuai plot yang sudah kita susun ya, bila ada sesuatu yang mendesak segera menghubungi kepala seksi sebelum ke saya, karena kalau semua langsung ke saya malah takutnya ga optimal. Saya ingatkan kembali kita kerja team, bukan kerja perseorangan, jadi jatuh satu artinya jatuh semua.”
Sampai saat ini Steve belum bisa melihat pengantin laki-laki pilihan putri bossnya. Dia masih super sibuk menangani semua yang dia harus pantau. Pengantin sudah sejak tadi di atas panggung mempelai. Sejak tadi sudah di mulai sesion photo.
Steve bergerak menuju lokasi panggung hiburan, dia ingin melihat nuansa lokasi itu dari jarak agak jauh, saat dia sedang mundur untuk sedikit memandang panggung penyanyi dari jauh, tanpa sengaja dia menabrak gadis kecil berkebaya silver seperti keluarga pengantin laki-laki.
“Maaf dek, maaf, ada yang sakit?” tanya Steve pada gadis kecil tersebut.
“Ga papa om, maaf juga karena saya mengejar keponakan saya. Sekali lagi maaf om,” balas gadis kecil tersebut lalu kembali mengikuti anak kecil yang berusia sekitar 5 tahunan dengan kebaya serupa dan sedang berlari menuju saung ice cream.
Apa aku setua itu ya sehingga dipanggil om oleh gadis tadi? pikir Steve mendengar panggilan gadis kecil itu. Siapa dia, wajahnya begitu mempesona, dia ga cantik, aku lebih senang menyebutnya manis, ga ngebosenin, pikir Steve lagi.
Aduuuuuuh apa sih, ayo balik mikir kerjaan, otak Steve langsung menepis gambaran senyum anak kecil tadi. Dia segera memperhatikan panggung hiburan. Semua sudah terkontrol, saat nya dia memberi ucapan selamat pada putri pemilik perusahaan, biar bagaimanapun sebagai ketua panitia dia juga harus ada photo dengan mempelai untuk bahan dokumentasi pekerjaannya.
Steve bergegas menaiki panggung pengantin. Ternyata dia mengenali pengantin laki-laki yang mendapatkan Shinta. Dia adalah teman main basketnya di lingkungan Rawasari dulu. Ya dia ingat, namanya Anto, ternyata nama lengkapnya Prasetyanto, haha mana dia tau, kan banyak nama yang sama. Ternyata pengantin laki-laki adalah teman lamanya.
“Hai bro, selamet ya,” Steve mengucapkan selamat sambil menepuk bahu Anto.
“Hei, pa khabar loe, seneng gue ketemu lo,” balas mempelai pria yang tak menyangka bertemu dengan Steve temannya di lapangan basket dulu. Teman Dini, Robby dan Harry juga tentu saja.
“Lo tinggal dimana, kasih no HP lo, nanti kita ngobrol ” sahut Steve.
“Ok, save nomor gue, 0818 … “ jawab Anto menyebutkan nomor HP nya.
“Kita ngumpul yo, kita reunian,” jawab Steve antusias.
“Siap, lo atur lah, gue ikut aja,” balas Anto.
***
Steve sampai rumah jam 3 pagi. Sangat melelahkan namun dia puas karena teamnya bekerja sangat memuaskan. Dia menuju kamar mandi, ingin mandi membuang peluh yang membuat badannya serasa lengket. Dia ingin tidur puas-puas. Sehabis mandi dia menuliskan pesan yang di tempelnya di pintu kulkas. Pesan untuk pembantunya yang menemaninya tinggal di rumah ini.
Mereka memang hanya tinggal berdua di rumah milik almarhum orang tua Steve ini. namun sayang badan lelah Steve tidak sinkron dengan pikirannya. Dia masih belum bisa melupakan gadis kecil di pesta tadi, gadis kecil berkebaya silver dan sangat cantik. Besok dia akan meminta seksi dokumentasi untuk mencari tahu siapa gadis tersebut juga sekalian meminta photonya. Walau badan teramat lelah namun pikirannya belum mau tidur karena masih terbayang wajah imut gadis berkebaya silver tadi.
Sabtu pagi Steve mencoba menghubungi Anto, sejujurnya dia masih penasaran bagaimana Anto yang lurus dan alim bisa menjadi suami Shinta yang player.
“Assalamu’alaykum,” sapa Anto lebih dulu saat Steve menghubunginya.
“Hallo, nTo, ni gue Steve,” jawab Steve.
--------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments