Terimakasih masih ngikutin cerita ini, saat ini. Woow ternyata Shita seperti itu!
Biar ga penasaran kita langsung baca bab berikutnya yok
--------------
Rumah di Jogja sekaligus butik maminya masih ada di kelola tante adik dari maminya. Hasil butik inilah yang di pegang opanya sejak dulu. Sedang papi Steve tak meninggalkan apapun karena hanya pegawai swasta sehingga tidak mendapatkan pensiun, hanya uang duka saat kematiannya. Selain itu juga ada uang asuransi papi, mami serta adiknya yang di pegang opanya sebagai walinya. Opanya adalah mantan pelaut yang berhenti karena lulus di departemen kehakiman. Jadi opa adalah pensiunan hakim.
Sejak kuliah Steve mulai mencari income sendiri, dia tidak mau ambil jatah bulanan yang di sediakan opanya. Dia pun belum mau memegang usaha maminya yang memiliki usaha butik khusus batik di Jogja, walau tantenya berkali-kali hendak menyerahkan tanggung jawabnya. Ketika Steve kecil memang tinggal di Jogja karena maminya asli Klaten namun besar di Jogja, dan papinya pun mengenal maminya saat papinya kuliah di UGM sedang maminya kuliah di UII Jogja.
“Hallo Opa, Oma,” sapa Cindy saat dia dan mami papinya tiba di sana. Cindy sangat cantik, darah Menado murninya dominan sekali, kulit mulus putih dengan tinggi di atas rata-rata gadis Indonesia, kaki jenjang, hidung mancung bibir tipis dengan lipstik yang sayangnya menurut Steve sangat menor, rambut panjangnya yang di warnai pirang sangat menggoda kaum lelaki yang normal. Saat ini Cindy memakai atasan dari brokat berlengan pendek yang pas di tubuhnya dengan paduan mini skirt senada dengan warna brokatnya. Sangat cantik, namun sayang Steve sudah tidak tertarik lagi setelah tahu bila Cindy ternyata simpanan seorang boss.
“Cindy ga telat kan?” tanyanya sambil mencium oma dan opa calon tunangannya. Steve dan Cindy sudah 5 tahun kenal, yaitu tahun terakhir Steve kuliah, saat itu Cindy baru naik tingkat 2, mereka bertemu di acara seni di kampus. Dan baru setahun terakhir mereka pacaran. Cindy memeluk erat Steve seakan sangat merindukannya, dia juga mencium pipi Steve dengan sangat mesra. “I miss you honey” bisiknya.
“Engga telat koq sayang, Steve juga baru datang walau kami lebih dulu tiba di sini,” jawab oma Angeline. “Apa khabar kalian?” sapa oma pada orang tua Cindy.
“Kami sehat oma,” jawab maminya Cindy yang juga sangat cantik, rupanya kecantikan Cindy menurun dari wanita elegan ini.
“Maaf kami meminta bertemu di sini karena besok kami harus kembali ke Malaysia,” papinya Cindy mengucap kata-kata awalnya sambil bersalaman dan mencium pipi oma dan opa Steve. Papinya Cindy bekerja sebagai staff di konsulat Indonesia di Kuala Lumpur, kedatangannya kali ini ke Jakarta karena ada saudara sepupunya yang menikahkan anaknya, untuk itulah dia sekalian meminta ketegasan dari Steve terhadap hubungan dengan putrinya.
“No problem, sekarang kita pesan makan dulu saja,” jawab opa Stefano. Dulu maminya Steve memberi nama Steve di ambil dari nama Stefano, sedang adiknya Steve bernama Angella di ambil dari nama omanya yaitu Angeline.
Steve bersikap manis terhadap Cindy dan mami papinya, dia masih bercanda dengan akrabnya di sela makan siang mereka. Tidak ada yang tahu kejutan apa yang akan dia berikan sebagai titik penutup pembahasan pertunangan siangini.
Sehabis makan papi Cindy tidak membuang waktu, “Jadi bagaimana keseriusan kamu terhadap anak saya Stev?”
Semua melihat Steve yang terlihat bahagia tanpa tekanan, “Kalau di tanya serius, Steve sangat-sangat serius om, bisa tanya ke Cindy apa selama ini Steve pernah menodai hubungan kami dengan bermain-main dengan orang lain atau tidak menanggapi hubungan kami.”
Pancingan Steve di tangkap oleh semua yang hadir dan meminta Cindy untuk menjawabnya karena saat ini pandangan semua orang tertuju pada Cindy.
“Steve ga pernah berbohong Mi, Pi, dia ga pernah main-main, selalu serius bila Deedee (baca DIDI ya) menanyakan kelanjutan hubungan kami. Kami juga sudah membahas konsep petunangan serta pernikahan yang akan kami lakukan nanti,” tegas Cindy menjawab keraguan papinya. Nada suaranya sangat bahagia karena membayangkan sebentar lagi dia dan Steve akan resmi menjadi pasangan legal.
Steve terlihat lega dan mengangkat bahunya mendengar pernyataan Cindy, dia memberikan senyum manisnya. Senyum yang membuat Cindy klepek-klepek. Pandangan Steve menuju sudut ruangan, di sana terdapat 2 orang perempuan yang sedang makan dengan santai. 2 wanita cukup umur, sekitar 40 tahunan, bukan sebaya dengannya. Melihat keduanya di sana Steve menarik nafas lega.
“Great, kalau gitu bagaimana kelanjutannya?” opa Steve tentu sangat senang atas info terbaru yang baru saja dia dengar.
“Bagaimana bila kita tentukan tanggal lamaran resmi dari pihak opa Stefano ke keluarga besar kita, opa mau di adakan di Jakarta atau di KL?” tanya mami Cindy antusias.
“Di Jakarta saja, agar keluarga besar kita semua bisa hadir, sangat jarang kan kita bikin pertemuan dua keluarga besar?” sahut opa antusias.
“Maaf, sebentar saya potong!” sela Steve.
“Tadi saya tadi bilang saya selalu serius menjalani hubungan dengan Cindy, namun di sini perlu di perjelas bagaimana keseriusan Cindy terhadap hubungan kami,” sela Steve memotong kebahagiaan, dan antusias dari dua pasang orang tua di depannya.
“Sayaaaaaaang, tentu saja aku serius menjalani hubungan denganmu,” rajuk Cindy manja. Sedang oma Angeline mulai menangkap akan terjadi sesuatu di luar harapannya tatkala mendengar kata-kata Steve barusan, juga melihat mata Steve yang terlihat penuh dendam. Walau Steve bukan anak yang keluar dari rahimnya, namun dia hafal karakter cucunya karena Steve adalah pengganti Paulus anak semata wayangnya.
“Nah dengar, Cindy juga serius koq menghadapi hubungan kalian,” jelas mami Cindy kali ini.
“Ok, saya minta waktu sebentar,” jawab Steve. Dia mengeluarkan 2 buah photo yang di cetak 10R agar agak jelas terlihat oleh mata tua oma dan opanya.
“Kamu kenal pria ini?” tanya Steve pada Cindy sambil meletakkan selembar photo dirinya dengan seorang pria mapan seumuran dengan papi Cindy. Dia taruh photo itu di tengah meja. Saat itu juga Steve melihat dua perempuan di ujung ruangan sudah selesai makan dan sedang berbincang santai sambil menikmati juice.
Cindy kaget melihat Steve berpose akrab dengan pria yang dia kenal. Namun dia berupaya menutup rasa khawatirnya dengan bertanya seolah tidak kenal siapa laki-laki tersebut. “Siapa dia Steve, mengapa kita bahas dia saat kita sedang membahas tentang hubungan kita?”
“Rasanya opa pernah kenal, bukankan dia Fauzi, pengusaha kayu dari Kalimantan? Beberapa kali dulu pernah ketemu saat papimu masih ada karena dia teman SMP papimu,” sahut opa Stefano.
“Wah, malah dia teman papi? Great nanti di meeting berikut akan Steve beritahu dia opa!” sahut Steve.
“Benar kata Deedee, apa hubungannya dia dengan pembahasan pertunangan kalian?” tanya mami Cindy yang juga ikut bingung (padahal Cindy tidak bingung karena dia tahu apa hubungannya).
“Hubungannya sangat erat tante, kelanjutan hubungan kami tergantung jawaban Cindy,” jelas Steve pasti.
“Bagaimana Cindy, bisa jelaskan pada oma?” tanya oma Angeline minta kejelasan pada Cindy.
“Cindy ga kenal pria itu dan ga tau apa hubungan orang tersebut dengan kelangsungan hubungan kami Oma, Mami” kilah Cindy lirih.
“Fine, maaf kalau saya terpaksa memperlihatkan photo yang lain karena jawaban kamu seperti itu,” Steve menggantung kalimatnya dan melihat wajah Cindy yang mulai memucat.
Steve masih memegang beberapa lembar photo yang sejak tadi sengaja dia balik agar tak terlihat oleh siapapun. Dia mencoba melihat wajah oma dan opanya, dia tidak ingin mereka sedih, namun bila cara ini tidak dia tempuh, dia takut info yang akan mereka dengar adalah info yang salah. Dia tidak ingin wajahnya tercoreng dari berita yang di buat oleh Cindy atau mami papinya. Cindy tentu akan membuat berita bohong untuk menyelamatkan karirnya sebagai photo model yang gagal tunangan bila persoalan ini tidak Steve buka di depan kedua belah pihak orang tua.
Steve juga memperhatikan wajah kedua orang tua Cindy yang tidak tahu apa-apa, namun dia yakin kedua orang tua Cindy akan membabi buta membela Cindy bila fakta ini tidak dia beberkan di muka oma opanya.
------------------------------------
Terima kasih telah membaca cerita ini, nantikan update bab berikut ya. Namun jangan lupa kasih like, bintang dan vote ya
Salam manis dari yanktie di Jogja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments