“Waduh, selamat datang besan!” kata orang tua Jecko, pada orang tua Merlin.
“Iya, pak buk, kami datang mengantar Jecko!” kata papa dan mama Merlin ramah.
Semua orang menyalami orang tua Jecko.
“Wah, cantik sekali menantu ibu ini, pantes Jecko gak mau bilang-bilang sama kami kalau dia sudah menikah!” kata mamanya Jecko.
“Iya, ibuk, terima kasih atas pujiannya!” kata Merlin setelah menyalami mama Jecko.
“Aduh, jangan manggil ibuk, dong, panggil mama saja, kayak Jecko!” kata mama Jecko.
“Iya, ma!” kata Merlin.
“Ayo, masuk buk, istirahat saja dulu buk, nanti makan siang baru kita kumpul lagi!” kata papa Jecko.
Rumah batu khas daerah jawa itu bernuansa biru. Rumah yang cukup besar untuk ukuran kampung. Jecko memang besar di daerah pedesaan, namun berhubung posisi rumahnya berada diperbatasan kota, menjadikan Jecko tidak terlalu kecil pergaulan. Ia cukup mendapat banyak prestasi waktu sekolah. Hai ini dapat dilihat dari beberapa foto yang dipajang di ruang keluarga. Dari pajangan foto itu dapat dipastikan bahwa Jecko adalah anak yang begitu membanggakan bagi orang tuanya.
“Hem, hem, sudah tak perlu kagum, toh aku besok akan membuat kamu kagum lagi dan lagi!” kata Merlin yang menelusuri foto-foto yang ada di ruang keluarga itu.
Merlin yang gelagatnya diketahui oleh Jecko menjadi tersipu malu, “Ih, godain melulu!” kata Merlin.
Jecko memilki seorang adik perempuan. Adiknya sudah tamat SMA. Berhubung kamar depan sudah dibuat sebagai kamar pengantin, maka Merlin beristirahat di kamar adiknya Jecko yang bernama Diza itu. Sejenak Merlin mengintip kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh orang tuanya itu. Merlin suka melihat kamar pengantin yang sudah dihiasi dengan dominasi warna merah muda, warnanya dapat menjadikan kamar itu lebih hidup.
“Mbak, istirahat dulu ya, bareng Arzanya, adik-adik mbak tadi sudah istirahat di kamar belakang!” ajak Diza.
“Iya, sebentar, ada perengkapan yang masih tertinggal di mobil, sebentar mbak, ambil!” kata Merlin. Ia ingin mengambil minyak angin untuk Arza.
Setelah mengambil yang ia perlukan, ia bersih-bersih dulu di kamar mandi.
“Hem, segarnya!” kata Merlin pelan.
Lalu ia yang benar-benar sudah kelelahan menyegerakan istirahat. Ia khawatir akan berdampak buruk pada kehamilannya itu. Merlin mengurut-urut badan Arza. Arza yang tadi agak rewel mungkin karena sudah keletihan, dan badan merasa tidak enak, kini dapat tidur denga pulas.
“Mbak, tidur dulu ya, Diza, udah ngantuk banget ni!, nanti makan siang bangunkan mbak, gak enak dengan mama dan papa Diza!” kata Merlin.
“Iya, kakak, itu teh hangat sudah Diza siapkan di samping tempat tidur ya, Mbak!” kata Diza.
Merlin memejamkan matanya, ia berharap bisa meluruskan badannya.
Papa dan mama merlin juga istirahat di kamar yang sudah disiapkan oleh orang tua Jecko. Sementara itu Jecko menyapa keluarganya.
Akad nikah mereka akan dilaksanakan dua hari lagi. Sementara resepsinya akan langsung diselenggarakan setelah akad nikah. Jecko mengatakan memang ingin melangsungkan akad nikah. Namun administrasinya hanya keluarga Jecko yang tahu, Jecko benar ingin bahwa semua orang tahunya bahwa Arza adalah anak kandungnya. Sehingga untuk administrasi di buku nikah, tanggal ia menikah dibuat tanggal pernikahan pertama Merlin. Ia bersyukur, administrasi belum terkoneksi secara baik.
Di halaman rumah Jecko sudah terpasang tenda yang lumayan mewah. Bukan hanya itu, rewangnya juga kelihatan ramai. Beberapa tetangga sudah mengantarkan bahan-bahan yang perlu dimasak saat rewang.
Undangan pun sudah tersebar. Jecko yang melihat kondisi rumahnya, menjadi begitu kagum. Ia bahkan tak percaya, bahwa ia akan menilah dengan kekasih hatinya itu, meski diawali dengan kesalahan.
“Aa, gak istirahat?” tanya Diza adiknya itu.
“Iya, sebentar, aa ingin lihat-lihat dulu, kasihan Ambu!” kata Jecko. Ambu adalah panggilan kesayangan Jecko pada mamanya itu.
“Aa, maaf, Diza mau tanya?” mata Diza melirik ke kanan dan ke kiri, seolah takut akan ketahua orang.
“Nanya apaan, atuh?” kata Jecko.
“Beneran, si Arza itu anak, Aa?” tanya Diza lagi.
“Iya, beneran atuh, kenapa kamu nanya seperti itu Diza, emang kamu gak lihat, muka aa sama muka Arza mirip banget?” kata Jecko lagi. Sebenarnya ia takut sekali dengan perkataan adiknya itu.
“Oh, ya sudah atuh , A, istirahat aja lagi!” kata Diza. Lalu iapun nerlalu pergi dari hadapan kakak pertamanya itu.
Jecko sungguh tak enak hati sejak mendengarkan pertanyaan yang diajukan adikknya itu. “Ah, sudahlah, setidaknya jika semua harus diketahui, biarlah semuanya berjalan dengan waktu, waktu dimana tidak ada lagi yang mampu memisahkan kami secara agama dan hukum negara selain maut!” batin Jecko.
***
Satu hari menjelang akad nikah dan pesta, Merlin merasa deg-degan. Mau tak mau ia akan ingat juga pengalaman pernikahan pertamanya itu. Ia takut akan disia-siakan oleh Jecko.
“Ada apa sayang, kenapa kamu murung hari ini, padahal kamu sudah ada di rumahku?” kata Jecko yang masuk ke kamar Diza, yang di sana hanya ada Merlin dan Arza.
“Enggak, apa-apa kok, aku hanya takut, pernikahan ini berakhir seperti yang dulu!” kata Merlin.
“Sayang, aku dulu sayang sama kamu, aku pernah juga jadi bajingan di mata kamu, sekarang aku sudah berubah, jadi aku mohon, ubah juga pola pikir kamu itu, selalulah berdoa, agar aku selalu sayang sama kamu dan Arza!” kata Jecko meyakinkan Merlin lagi.
“Baiklah, sekarang aku ingin makan nasi padang, karena dari kemarin aku merasakan selalu yang manis-manis di rumah kamu ini, apa karena itu kamu selalu berjanji yang manis-manis!’ kata Merlin pada Jecko.
“Berapa bungkus, sayang?” tanya Jecko.
“Belikan saja buat aku, karena tadi kulihat,
papa dan mama, seta adik-adikku sudah makan di ruang makan tadi!” kata Merlin.
“Oh, ya sudah, bagaimana kalau kita keluar saja, sambil melihat kampungku nan indah ini!” ajak Jecko.
Merlin menitipkan Arza yang lagi tidur pada mamanya. Merlin mengatakan dia lapar dan ingin makan nasi padang. Mungkin bawaan dari janin yang ada di dalam.
Jecko membawa Merlin naik motor bebek milik papanya Jecko. Ia berhenti di rumah makan Padang.
“Pesan apa, sayang?” tanya Jecko.
“Ayam balado saja!” kata Merlin.
“Kak, ayam baladonya dua ya!” kata Jecko pada pelayan itu.
Pelayan itu memberikan makanan yang sudah dipesan oleh Merlin dan Jecko. Namun, belum sempat mereka menyicipi, seorang wanita datang menghampiri mereka.
“Aa, Zaki, benar aa, mau nikah?” tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
“Iya, Neng, eh, neng apa kabar?” tanya Jecko pada wanita itu.
“Selamat ya, Aa, semoga bahagia sampai kakek nenek!” katanya sambil berlalu pergi.
Merlin yang melihat gelagat wanita itu pun, mejadi tercengang.
“Sudah, dimakan saja dulu, jangan pikirkan dia, dia itu sudah nikah dua kali, sama siapapun dia suka!” bisik Jecko.
“Ow, benar ya jangan bohong!” kata Merlin mengancam dengan pelan.
Jecko hanya mengangguk. Sebenarnya dia kasihan dengan Neng, namun sikapnya yang mudah mendua dengan lelaki lain, membuat masyarakat kadang kurang sreg dengan wanita cantik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
YUKI
ayo Merlin
2022-02-01
1
YUKI
sip
2022-02-01
0
VLav
lanjut like 👍
2022-01-24
0