Taksi yang membawa Jecko dan Merlin akhirnya memasuki rumah sakit. Sesampainya mereka di pintu UGD, mereka di sambut oleh petugas dengan bankar. Jecko dengan sekuat tenaga menggendong Merlin ke bankar itu.
"Apa yang terjadi, Pak!" kata perawat di ruang itu.
"Istri saya pingsan sus, setelah...!" kata Jecko terputus. Ia terlalu malu untuk mengakui kesalahannya.
"Setelah apa pak?" kata perawat yang bertugas itu.
"Setelah meminum obat penggugur kandungan!" kata Jecko pelan.
"Astaghfirullah!" kata petugas itu beristighfar.
Lalu petugas itu menelepon dokter kandungan.
Sembari menunggu dokter kandungan datang, perawat mengukur tekanan darah dan detak jantung janin Merlin itu.
Merlin perlahan sadar setelah diberi obat oleh perawat yang ada di ruangan UGD itu.
Dokter kandungan yang datang lalu memeriksa kondisi Merlin. Stetoskop yang ia tempelkan di telinganya itu, sepertinya menyampaikan informasi yang kurang nyaman di lihat oleh Jecko. Dokter itu geleng-geleng kepala sedari tadi.
Kondisi Merlin yang masih sangat lemah, membuat dokter tidak ingin bertanya pada pasiennya itu. Lalu dokter memanggil Jecko ke ruangannya.
"Bagaimana kondisi istri saya dok!" tanya Jecko.
"Benar dia istri Anda?" tanya dokter itu.
"Iya, dok, mengapa dokter berkata seperti itu?" tanya Jecko lagi.
"Istri Anda terlihat depresi. Istri bapak yang tadi malam kontrol di klinik saya, bukan?" tanya Dokter itu lalu membuka masker rumah sakitnya itu.
Jecko tak kalah terkejutnya, hanya bisa menunduk malu.
"Kok, bisa suami ingin menggugurkan kandungan istrinya, bersyukur kandungan istri Anda kuat, tapi saya meragukan kondisi istri Anda. Mesti istri Anda sadar, namun pendarahan yang keluar belum bisa diatasi dengan cepat, Anda tahu, kondisi ini justru membahayakan nyawa istri Anda!" kata dokter itu lagi.
Setelah memberikan penjelasan, dokter itu mempersilahkan
Merlin mendapat perawatan yang intensif. Jecko tak mau kehilangan momen seperti ini. Jecko sudah meminta izin pada atasannya untuk tidak datang hari ini. Beruntung, atasannya mau mengerti.
"Puas kamu, Jeck!" kata Merlin.
"Lin, minta maaf aku, aku janji gak bakalan nyuruh kamu gugurin kandungan kamu lagi. Aku sayang banget sama kamu, maaf, egoku menutupi kasih sayangku. Aku janji sebelum kamu keluar dari rumah sakit ini, semua persyaratan pernikahan kita, sudah selesai!" kata Jecko memohon.
"Terserah kamu, Jeck aku dah pasrah, kalaupun kamu gak mau nikahin aku, aku ikhlas, anggap aja selama ini kamu tidur dengan pelacur!" kata Merlin.
"Enggak, Lin, kamu kesayangan aku, kamu bukan pelacur, kamu impian aku, aku khilaf, Lin!" kata Jecko sambil terisak-isak.
Selang beberapa waktu, orang tua Merlin datang. Ada raut rindu dimata mama dan papanya itu.
"Mama!" kata Merlin pelan.
Mamanya memeluknya dengan perasaan rindu.
"Merlin, kamu gak apa-apa kan?" tanya mamanya.
Merlin menangis terisak.
"Maafin Merlin, ma?" kata Merlin.
"Om sudah dengar semuanya, cepat nikahin Merlin atau om hancurkan karir kamu!" kata papa Merlin ke Jecko.
“Maafkan, papa Merlin, selama ini papa ego, sehingga papa tidak bisa menjaga kalian, seharusnya papa enggak boleh membenci cucu maupun anak papa sendiri!” kata papanya itu menyesali apa yang ia perbuat pada anak dan cucunya itu.
"Baik, om, saya janji dalam tiga hari ini, saya urus semua berkasnya, saya mau nikahin Merlin karena memang saya memang cinta, buakn karena ancaman om tentang karir saya!” kata Jecko.
“Oke, om tunggu janji kamu!” kata papanya Merlin.
Papa dan mamanya Merlin senantiasa menunggu Merlin hingga sehat. Sementara itu, Jecko sudah membawa berkas-berkas buat mereka menikah. Jecko pun sudah memberitahukan pada keluarganya yang berada di pulau seberang. Orang tuanya terkejut mengetahui jika Jecko sudah menikah siri dan punya anak. Jecko berdalih bahwa ia hanya ingin meresmikan pernikahannya. Orang tuanya menyetujui dengan syarat pernikahannya harus diadakan di rumah orang tua Jecko. Jecko dan keluarga Merlin pun menyetujui. Namun, mengingat kondisi Merlin yang baru sehat pasca pendarahan, jadi acara pernikahan diundur sekitar dua minggu kemudian. Segala persiapan pernikahan di sana sudah dipersiapkan oleh orang tua Jecko.
Setelah keluar rumah sakit, Merlin tinggal kembali bersama mama papanya, semua demi kesehatan Merlin. Papa Merlin pun ternyata sangat menyayangi cucunya itu. Setiap pagi, sekarang Arza lah yang paling dicarinya. Kalau keluar kompleks, papanya juga yang membawa Arza jalan-jalan.
Jecko juga tidak pernah alpa ke rumah. Membelikan kebutuhan-kebutuhan ibu hamil bagi Merlin. Jauh di lubuk hatinya, ia benar-benar mencintai Merlin. Ia hanya kecewa dengan penolakan yang merlin lakukan dahulu, yang justru membawanya ke kehidupan yang menyengsarakan dan sulit untuk di duga.
Merlin dan Jecko juga sudah mempersiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk dibawa ke pulau seberang.
“Kamu senang, Merlin?” tanya Jecko saat berpergian memenuhi kebutuhan pribadi yang akan dibawa.
Merlin tersenyum mendengar yang dikatakan Jecko.
“Sudah lama aku menantikan hari seperti ini, Jeck, namun sayang anak ini harus hadir sebelum kita menikah!” kata Merlin.
“Iya, sayang, aku kan sudah janji sama papamu, kamu tidak akan aku ganggu hingga anak ini lahir, dan nanti aku akan nikahin kamu dengan sebagaimana mestinya lagi, begitukan yang kamu mau?” Jelas Jecko.
“Iya!” kata Merlin lalu tersenyum pada Jecko.
Hari yang mereka tunggu-tunggu sebentar lagi tiba. Mereka berangkat dengan mobil dengan seorang supir pribadi, karena mereka mengkhawatirkan kondisi Merlin. Jadi perjalanan harus dibawa santai.
“Sudah siap semua, sayang?” tanya Jecko.
Merlin mengecek semua perlengkapan. “Sepertinya sudah sayang, semoga perjalanan kita lancar sampai tujuan, ya, nanti bawa mobilnya hati-hati, kalau ngantuk gantian!” kata Merlin.
“Siip!” kata Jecko.
Di dalam mobil itu semua keluarga Merlin yang berjumlah enam orang itu turut serta berangkat. Jarak tempuh yang berkisar hampir 1500 kilometer itu mereka tempuh hampir dua hari dua malam. Perjalanan yang mesti harus melewati selat Sunda itu, ternyata penuh kebahagian di antara mereka yang ada di mobil. Arza yang tidak begitu rewel mampu meringankan beban Merlin yang sedang hamil muda itu. Mereka telah sepakat untuk satu suara untuk menutupi aib yang ada di depan orang tua Jecko. Bukan tidak mau, Jecko sangat berharap Merlin benar-benar dapat diterima oleh orang tuanya. Ia tak mau Merlin menjadi menderita akibat ulahnya. Fokus Jecko terkini adalah membahagiakan Merlin, Arza, dan anak yang sedang dikandungan Merlin.
Kesalahan-kesalahannya yang dulu, sudah dari hati-kehati dibicarakan diantara keduanya. Tidak ada orang di muka bumi yang tidak pernah punya kesalahan. Sekarang bagaimana memperbaiki kesalahan itu menjadi sebuah kebahagiaan hingga rambut mereka memutih. Ada cinta yang harus ditegakkan di istana hati mereka. Membuang ego itu lebih baik dari pada hanya sekedar memposisikan diri sebagai orang yang lebih hebat dari pasangan.
“I love you, sayang!” bisik Jecko, dikala hampir sampai di depan rumah Jecko.
“I love you, too!” balas Merlin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Aris Pujiono
semangat
2022-01-21
1
Conny Radiansyah
gue nya tetap jengkel sama Jecko ... sorry ya 🙏
Ada ga laki" lain yang baik untuk Merlin, ikhlas menerima masa lalunya ...
2022-01-19
0
Tara Kece
lanjut ya for...
2022-01-18
2