Enam bulan sudah berlalu. Usaha yang Merlin buat cukup ada hasilnya. Ia membuka usaha katering dan laundry. Pelanggan nya memang tidak lebih dari dua puluh orang untuk katering, dan untuk usaha laundry nya itu tidak pula terlalu banyak. Semuanya masih bisa ia kerjakan sendiri. Untuk antar jemput Merlin sudah bisa mengantarnya sendiri. Merlin bersyukur setidaknya uang yang diberikan oleh Jecko bisa ia simpan.
"Kamu gak istirahat, sayang?" kata Jecko.
"Iya, nanti saja, lagi tanggung!" kata Merlin.
"Jangan terlalu capek, coba lihat badan kamu agak kurusan!" kata Jecko.
"Iya, biarlah agak kurusan, dari pada gemuk, nanti kami protes, lagian aku kurus karena mikirin hubungan kita ini Jeck, mau dibawa kemana?" tanya Merlin.
"Terus, aku kok gak lihat usaha kamu untuk nikahin aku?" tanya Merlin lagi.
"Sabar ya sayang, aku akan urus secepatnya!" kata Jecko.
"Kamu janji-janji saja Jecko, aku bosan buat dosa terus tiap hari!" kata Merlin agak meninggi.
"Iya, nanti aku coba lagi!" Jecko berbohong. Ia tak pernah sekalipun mengajukan permohonan pernikahan ke kantornya.
Ia malah seakan mengundurkan waktu. Entah apa yang ia tunggu maupun ia cari.
***
Pagi ini Merlin merasakan aneh pada dirinya. Ia merasa mual dan selalu ingin muntah. "Apakah aku hamil? Bukankah aku sudah menggunakan kontrasepsi?" kata Merlin dalam hati.
Kontrasepsi yang ia gunakan, ada yang berefek dia tidak akan menstruasi setiap bulan.
Segera Merlin ke apotek terdekat. Jecko dan Arza masih tidur di kamarnya. Lama juga ia mencari tes pack, karena belum ada yang buka. Setelah mendapatkan alat tes kehamilan tersebut, ia singgah ke pasar untuk sekedar berbelanja kekurangan bahan makanan di rumah.
Sesampainya di rumah, Merlin buru-buru ke kamar mandi untuk tes urin. Alangkah terkejutnya ia, garis merah dua muncul pada benda pipih itu.
"Ya Tuhan, apa ini?" Merlin menangis di ruang makan.
"Kenapa lagi, kamu nangis sayang!" kata Jecko.
Merlin yang mulai jijik dengan kata-kata Jecko, menggebrak meja.
"Aku hamil, Jeck, aku hamil, kapan kamu nikahin aku!" kata Merlin pada Jecko.
Jecko sedikit kesal dengan nada suara Merlin.
"Kamu hamil lagi? bukankah kata kamu kamu suntik KB?" tanya Jecko.
"Iya, kamu kira aku mau hamil hah, bukankah kamu yang bilang, liangku kering karena aku suntik, trus kamu pasti akan bilang aku menjebak kamu kan, brengsek kamu Jecko!" kata Merlin, diakhiri dengan tangis.
"Sudah berapa bulan?" tanya Jecko pelan.
"Aku tak tahu, karena sudah lama memang aku tak halangan, karena efek suntik itu!" kata Merlin lagi.
"Ya, nanti kita cek kandungan kamu itu lagi!" kata Jecko sambil membuat kopinya sendiri.
***
Antrian ke dokter ini belum ramai sore itu. Merlin dan Jecko turut antre di sana.
Setelah Merlin cek tensi dan ukur berat badan ia dipanggil masuk ke ruangannya.
"Ada keluhan apa, pak Buk?" tanya dokter itu.
"Saya KB dok, tetapi kenapa kok bisa hamil juga ya, tadi saya tes urin?" tanya Merlin.
Dokter itu tersenyum.
"KB itu ikhtiar nya manusia Bu, sementara Allah-lah yang menetapkan takdir, tidak ada yang tidak mungkin bagiNya!" kata dokter itu.
"Ayo buk kita periksa!" kata dokter itu lalu membawa Merlin ke banker dan perutnya dioles gel oleh perawat yang mendampingi dokter itu.
"Wah, ini kandungannya sudah dua bulan, sudah ada detak jantungnya!" kata dokter itu sambil menggeser USG itu ke kiri dan kana perut Merlin.
"Hem, anak kami kan masih kecil dok, kira-kira, maaf bisa tidak digugurkan dalam usia kandungan segini?" kata Jecko setelah pemeriksaan.
Merlin yang masih hendak turun dari bankar itu mendadak nyeri hatinya mendengar perkataan Jecko itu.
"Astaghfirullah, janinnya itu sudah ada detak jantung pak, lagian apa alasan bapak tidak menerima anak itu!" kata dokter itu geram.
Merlin hanya diam mendengar perkataan Jecko. Bukan tempat yang tepat jika harus berdebat di sini. Jecko mengomel dalam hati. "Kok bisa kebobolan sih?".
"Baiklah pak, ini vitamin untuk ibu!" kata dokter itu.
Jecko lalu keluar. Tangan Merlin ditarik oleh dokter itu. "Jangan mau ibu menggugurkan kandungan ibuk itu, nyawa taruhannya Bu!" kata dokter itu lagi.
"Terimakasih dok, semampu saya akan ko menjaga kandungan saya ini!" kata Merlin.
***
Mereka kembali ke rumah dalam keadaan hening. Sampainya di rumah, Jecko mengultimatum Merlin.
"Pokoknya aku gak mau tahunya Merlin, tolong gugurkan anak itu, kalau tidak...!" Jecko menghentikan kalimatnya.
"Kalau tidak apa?" tanya Merlin.
"Ah,.,. !" Jecko berlagak kesal lalu keluar dari rumah.
"Mau kemana kamu Jeck?" tanya Merlin lagi.
"Keluar, di rumah pusing aku!" kata Jecko.
Merlin memperhatikan Jecko keluar rumah, lalu mengunci pintu rumahnya itu.
***
Jecko pulang hampir tengah malam, lalu tidur di kamar belakang. Tidurnya gelisah. Seandainya memang ia harus menikahi Merlin, apa yang akan dia katakan pada orang tua maupun atasannya nanti. Walaupun ada beberapa rekan-rekannya mempercayai bahwa Jecko telah nikah siri dua tahun yang lalu. Hal itu dilakukannya untuk menghindari gosip panas yang akan timbul di kantornya itu.
Jecko bangun pagi-pagi sekali. Ia melihat Merlin yang baru keluar kamar mandi mengambil wudhu. Matanya yang sembab seolah ada tangis yang lama ia uraikan semalam.
Merlin seolah enggan bicara pada Jecko. Selesai solat ia kembali ke meja makan. Di sana sudah tersedia dua gelas teh hangat. "Benarkah Jecko membuatnya?" tanya Merlin dalam hati. Merlin masih menggunakan mukenanya ke ruang makan.
"Kamu sudah baikan, Lin?" tanya Jecko pada Merlin, setelah menyeruput teh yang ia buat.
"Apa yang baikan, jika orang yang aku percayai akan dapat membahagiakan aku, ternyata tak lebih dari seorang pembunuh!" kata Merlin, lalu meminum teh yang dibuat Jecko itu.
"Aku tidak mau berdebat pagi ini!" kata Jecko.
Merlin yang hatinya sudah hancur, hanya diam meratapi nasibnya.
Selang beberapa menit dia minum teh, Merlin merasakan perutnya benar-benar melilit. Lalu ia merasakan ada cairan yang keluar dari perut bawahnya itu.
"Apa yang kamu masukkan pada minuman itu, Jeck!" tanya Merlin dengan geramnya.
"Aku belum ingin anak itu ada!" kata Jecko.
"Brengsek kamu Jecko!" kata Merlin sambil memegang perutnya yang semakin terasa keram.
Tiba-tiba, Merlin hilang kesadaran. Badannya yang masih dalam keadaan lemah karena kondisi hamil muda, harus lebih lemah lagi akibat perasaannya yang kacau balau.
Jecko yang melihat Merlin pingsan menjadi panik. Ia menggendong Merlin ke ruang tamu yang masih di alasi permadani itu.
"Lin, bangun, Lin!" Jecko menepuk-nepuk pipi Merlin.
Jecko memesan taksi. Menjelang taksi datang, Jecko meminta tolong dengan tetangganya untuk menjaga Arza yang masih tertidur lelap menjelang adik Merlin datang.
"Lin, bangun, aku sayang banget sama kamu!" kata Jecko, tak terasa ada bulir di pipi Jecko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
auliasiamatir
aku harap Jecko kapok deh
2022-01-21
1
Zєє wallupattma
semangat thor
2022-01-21
1
Aris Pujiono
banyak anak banyak rejeki
2022-01-19
0