16. Akhirnya Gugur Juga

Sesampainya di rumah, Merlin segera menidurkan Arza. Ia lalu melakukan pekerjaan rumah. Sementara itu, Jecko telah berangkat untuk dinas pagi. Biasanya dia akan pulang tengah hari untuk makan siang. Hari ini dia akan memasak makanan kesukaan Jecko. Ayam dan Tahu kecap pedas. Walaupun Jecko dulu suka makanan yang manis-manis, karena daerahnya makan seperti itu, namun lama-kelamaan ia bisa mengikuti selera masakan yang dibuat Merlin. Bahkan Jecko sering mengatakan bahwa Merlin cocok jika membuka usaha kuliner. 

"Ah, kenapa aku tidak membuka usaha katering saja ya? sekalian masak, kalau sambil laundry kan bisa ya, apalagi buat pemula, laundry juga tak langsung ramai bukan? apalagi rumah ini tidak berada di jalan poros?" Ide Merlin dalam hati.

"Ah, nanti sajalah, Jecko lagi banyak pikiran, apalagi masalah kehamilan ini!" Merlin tak pernah berbicara pada siapapun mengenai kehamilannya ini. Menceritakannya sama saja membuat malu dirinya dan Jecko. Terlebih lagi orang tua Merlin. Sejak kembali berhubungan dengan Jecko, perlahan hubungan Merlin dengan ibunya semakin membaik. Merlin sesekali mampir ke rumah mamanya itu. Bahkan, papanya juga sudah menyambut hangat kedatangan Merlin dengan cucunya itu. Tapi demi menjaga keharmonisan Merlin tidak mengatakan bahwa ia dan Jecko sudah tinggal serumah. Sepertinya orang tua Merlin menaruh harapan pada Jecko.

Selesai memasak ia tak memiliki nafsu untuk makan. Merlin duduk di kursi makan yang hanya terdiri dari kursi plastik dan sebuah meja plastik bundar. Lalu disiapkannya air seteko dan sebuah gelas. 

Dengan hati yang hancur, ia minum ragi dan obat pelancar haid yang dibelinya di apotik tadi. Perasaan hampir muntah, ia lanjutkan dengan minum air putih hangat. Beruntung apa yang dia minum tidak dimuntahkannya.

Tengah hari, suara motor Jecko terdengar dari dalam.

"Merlin, buka pintu!" kata Jecko.

"Iya!" jawab Merlin lalu membuka pintu ruang tamunya itu. Jecko seakan acuh tak acuh padanya.

Jecko langsung duduk di meja makan. Merlin melayani makan siang Jecko.

Ia biarkan Jecko menyantap masakan yang dihidangkannya.

"Akta cerai sudah aku ambil, tadi pagi, dan aku sedang berusaha untuk menggugurkan kandunganku, mudah-mudahan berhasil, karena mungkin umurnya baru satu bulan. Kalau ada rezeki belikan lagi durian yang banyak!" kata Merlin lagi.

"Iya, nanti malam saja kita keluar, sudah lama kita berdiam diri di rumah sepertinya!" kata Jecko.

Merlin diam. Setelah selesai makan, Jecko dan Merlin duduk di ruang tamu yang dijadikan juga ruang tivi.

Tak lama setelah duduk, Merlin merasakan sakit yang teramat sangat di sekitar perut bawahnya.

"Aduh, Jecko, sakit banget!" kata Merlin merintih.

"Sebentar, aku ambilkan air hangat!" kata Jecko tak kalah khawatirnya. 

Merlin lalu meminum air hangat yang diberikan oleh Jecko.

Merlin merasakan ada cairan menjalar di sekitar vagi*anya. Dengan tertatih ia pergi ke kamar mandi. Sepertinya bakal janinnya sudah keluar. Apakah ia harus bersyukur atau beristighfar, bahkan ia pun tak tahu.

Setelah membersihkan dan mengambil pembalut yang ada di kamarnya. Merlin terbaring. Arza sudah bangun dan digendong oleh Jecko.

"Sebentar ya Jecko, aku benar-benar sakit banget ini!" kata Merlin khawatir melihat Jecko akan terlambat masuk kerja.

"Aku ke apotek di depan ini dulu ya, biarku beli obat pengurang rasa sakit!" kata Jecko lalu keluar membawa sekalian Arza. 

Jecko memang pandai mengurus anaknya itu. Setidaknya Merlin bertahan karena Jecko memperlakukan Arza memang seperti anaknya sendiri.

Merlin menangis dalam hati

, "Jeck, yang sakit bukan hanya disini, tapi juga di hati aku, Jeck, tega kamu!" 

Tak beberapa lama, Jecko datang dan memberikan obat pengurang rasa sakit. "Teleponlah adikmu, bilang kamu lagi sakit, susah kamu jika akan menjaga Arza juga!" kata Jecko.

"Iya, kamu sudah puas, kan?" kata Merlin sambil mendorong tubuh Jecko, lalu menangis lagi.

"Sabarlah sayang, aku janji bakal nikahin kamu!" kata Jecko sambil memeluk dan mencium Merlin.

"Kamu jahat, Jeck!" kata Merlin.

"Aku dinas lagi, ya!" kata Jecko melepas pelukannya itu. Lalu berlalu pergi. 

***

"Kamu kenapa kak? Sakit?" kata Dea adik Merlin yang baru tiba.

"Iya, dek, sakit kali perut kakak, halangan kakak kali ini luber banget!" kata Merlin berkilah.

"Ya sudah, nanti aku temani sampai malam ya, soalnya masih banyak tugas sekolah yang harus diselesaikan kak!" kata Dea.

"Iya, mudah-mudahan Arza gak rewel biar cepat tidurnya!" kata Merlin.

Mata Merlin mulai mengantuk sore itu. Efek obat pengurang rasa sakit yang diberikan Jecko tadi.

"Tidurlah, kak, biar Arza aku yang jaga!" kata Dea lagi.

***

Merlin terbangun menjelang magrib. Rasa sakitnya yang tadi mulai berkurang. Merlin merasa gerah dan ingin mandi. Sementara Arza sudah dimandikan oleh Dea. Merlin sangat bahagia melihat perkembangan Arza yang tumbuh dengan subur. Kebutuhannya sangat dipenuhi oleh Jecko, baik materi maupun kasih sayang. Hal inilah yang membuat Merlin mampu bertahan dengan rasa sakit ini.

"Sabar ya sayang, mama akan rebut kembali hati papa Jecko!" kata Merlin dalam hati.

Serasa badan Merlin sudah segar, Ia memperbolehkan adiknya itu untuk pulang.

Setelah Dea pulang, tak beberapa lama, Jecko pulang dari kantornya.

"Bagaimana perasaanmu sekarang, Merlin?" kata Jecko sambil mencium pipi Merlin.

"Sudah agak enakanlah!" jawab Merlin.

Melihat gelagat Jecko yang sudah kembali normal, Merlin merasa senang, namun ia tak mau terburu-buru untuk menodong pertanyaan seputar pernikahan. Pasti ada waktu yang tepat untuk membicarakannya nanti.

"Masih mau beli duriannya?" tanya Jecko.

Dengan senyum Merlin menjawab. Merlin sangat suka dengan durian.

"Ih, kamu senyum-senyum, bilang mau aja susah begitu, aku mandi dulu ya!" kata Jecko sambil memeluk dan mencium Merlin yang sudah wangi itu.

"Ih, sudah cepetan mandinya!" kata Merlin.

Merlin menyiapkan teh hangat untuk kekasihnya itu. Ia kini selalu memberikan yang terbaik buat Jecko. Jecko adalah harapan satu-satunya kini.

Selesai mandi dan minum teh hangatnya, Jecko menghidupkan motornya. Merlin menggendong Arza. Arza sangat senang jika naik motor, ia pasti akan berdiri dan memeluk Jecko. Di usianya yang hampir sembilan bulan ini, untuk sepatah kata ma dan pa ia sudah bisa mengucapkannya. Jecko selalu memanggil dirinya papa di hadapan Arza.

Malam ini mereka membelah jalan kota. Walau durian tidak begitu musim, namun ada warung yang selalu punya stok durian. Dan di beberapa ruas jalan ada seperti mobil bak terbuka yang isinya penuh dengan durian mangkal. 

Merlin dan Jecko lebih tertarik dengan penjual durian di bak terbuka. Selain murah, bisa duduk di pinggir jalan sambil menikmati lalu lintas yang ada. 

Malam ini mereka lalui dengan penuh kehangatan. Merlin dan Jecko tampak bahagia. Tidak seperti malam malam kemarin. Seperti itulah manusia, hati dan sikapnya dapat berubah sekejap saja.

Terpopuler

Comments

Rohati Gusty

Rohati Gusty

semangat tuk sll berkarys... 💪💪💪

2022-02-13

1

YUKI

YUKI

gugur ndeh...

2022-02-01

0

🥀Acihlicious 🥀

🥀Acihlicious 🥀

💪💪💪💪💪❤️

2022-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!