13. David Sadar

"Hem, ngomong apaan Jeck?" tanya Merlin.

"Ah, enggak ngomong apa-apa kok, oh ya aku balik dulu ya!" jawab Jecko.

"Oh, ya, sudah, hati-hati di jalan!" balas Merlin.

"Maaf Merlin, tadinya aku memang mencoba untuk mencintaimu dengan tulus sekali lagi. Tapi kadang setan menggodaku untuk memusuhimu, kau dulu aku idam-idamkan dengan status perawan, kini hadir dengan status janda, sementara hatiku selalu terpaut padamu!" kata-kata ini selalu terngiang sepanjang jalan Jecko menuju kantornya.

Bagaimanapun Jecko itu polisi, bukan sopir truk yang selalu menuliskan "kutunggu jandamu" di belakang papan truknya. (Yang ini plesetan saja ya readers).

*** 

Kini Merlin tinggal hanya berdua di rumah bersama Khalil. Ia baringkan anaknya di kasur yang baru dibeli tadi. Kasur biasa berbahan busa yang tebal, karena untuk membeli spring bed rasanya masih terlalu memberatkan buat Jecko. Bagaimanapun dia harus berhemat.

Rumah yang ukuran 48 meter persegi ini memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, dan satu kamar mandi.

Ia lalu duduk di ruang tamu yang hanya di beri karpet. Ia ambil sebatang rokok dari bungkusnya. Ia bakar, lalu disulutnya. Ia sudah sering merokok memang. Hanya saat saat di tempat Maya ia enggan untuk melakukannya.

Hidup memang tidak bisa ditebak. Hari ini bisa sedih, besok bisa pula tertawa. Bahkan bagi seorang Merlin hidupnya bisa jungkir-balik dalam setahun belakangan ini.

Ponselnya berdering. Dilihatnya nomor Jecko memanggil. Ia angkat.

'Hello, Lin!' sapa orang diujung sana.

'Ya, ada apa Jeck?' tanya Merlin.

'Takut gak, tidur sendiri?' tanya Jecko.

'enggak kok, ya mulai hari ini dibiasakan saja!' kata Merlin.

'Oh, ya sudah, tidur lah dulu, besok selesai kerja aku belikan sarapan. Ka!' kata Jecko.

'Iya, terimakasih!' kata Merlin.

Merlin mematikan ponselnya. Sepi memang rasanya. Sepertinya Merlin membutuhkan televisi. Mungkin dia akan mengusulkan ini pada Jecko. Siapa tau dia bisa membawa teve yang ada di kosnya ke rumah ini. Toh teve nya itu juga jarang di hidupkan.

***

Rumah orang tua Merlin malam itu terasa l lengang. Sepertinya beberapa tetangga pun sudah menutup pintu rumah mereka. 

"Tok.. tok..tok!" suara ketukan di pintu rumah orang tua Merlin terdengar dengan kasar.

Papa Merlin gegas membuka pintunya. 

"Eh, kamu lagi, sudah saya katakan, Merlin tidak ada di rumah!" kata papa Merlin dengan tegas.

David yang tidak percaya langsung menerobos pintu yang ditahan oleh papanya Merlin itu. 

"Merlin... Merlin, keluar kamu!" David berteriak, sehingga tetangga yang berdekatan dengan rumah Merlin menjadi penonton kelakuan David. 

Memang di sekitar rumah orang tua Merlin, sudah banyak yang tahu bahwa rumah tangga Merlin sudah berantakan sejak kedatangan istri pertama David. 

"Merlin tidak ada David, sejak dia mengambil anaknya, dia tak kami perbolehkan tinggal di sini. Bahkan ibu saja tidak tahu jika kamu tak tahu Merlin berada, ibu kira kalian sudah baikan!"

kata ibu Claudia itu.

"Ah, sama saja kalian, tidak memikirkan masih anak bayi itu, saya ini ayahnya, dan saya masih suaminya Merlin, dengar kalian itu!" ancam David.

"Sekarang kamu keluar dari rumah saya, atau saya panggilkan polisi!" ancam papanya Merlin balik.

"Oke. Saya keluar, tapi jika suatu hari saya menemukan Merlin dan anaknya, jangan harap kalian akan berjumpa kembali dengan mereka.!" ancam David pula lalu keluar dari rumah itu.

"Brengs*k!" hujat David lagi.

"Merlin, kemana kamu Merlin, sudah seperti orang gila aku mencarimu!" kata David dalam hati.

"Apa aku tak bisa menerima maaf kamu?"

David ke kota Merlin hanya singgah sebentar. Ia memang kurang ada waktu belakangan ini. Bisnisnya terancam bangkrut. Belum lagi dua istrinya yang banyak menuntut waktu buat anak-anak mereka, David menjadi kalap dengan masalah-masalah yang ada. David sengaja mencari Merlin pada malam hari, karena ia berpikiran Merlin tak mungkin membawa anaknya malam-malam. Namun, pikirannya salah. Merlin benar-benar tidak ada di rumahnya. Penuturan tentang Merlin keluar kota oleh adiknya itu, tidak bisa David percayai.

*** 

Merlin menatap handphone nya yang berbunyi pagi itu. Panggilan masuk dari Dea adiknya Merlin.

'Assalamualaikum, kakak!' sapa sang adik dari ujung sana.

'Waalaikumussalam, dek, ada apa?' tanya Merlin pada adiknya itu.

'Iswh, kakak tahu gak, kak David tadi beneran mengamuk di sini. Dia mencari-cari kakak, sudahlah gak buka sepatu, masuk rumah menjerit jerit, ampun, malu papa dan mama, itu tetangga pada lihatin kak!" kata adik Merlin berapi-api.

'Ya ampun, itu orang memang sukar ditebak, sabar ya dek, kakak lagi ngumpulin uang buat ngurus cerai!' kata Merlin.

'Kalau cerai, emangnya gak bakalan jumpa kak David di pengadilan?' tanya adiknya itu.

'Ya, kakak bakalan bawa polisi untuk mengawal kakak, biar tobat dia beristri lagi!' kata Merlin geram.

'Iya deh, mudah-mudahan lancar ya kakak, kami rindu sama kakak, rumah sepi banget kalau enggak ada kakak!" kata adiknya dengan mengakhiri pembicaraan mereka.

Merlin menyulut rokoknya kembali. Ia tak juga berlama-lama dengan status istri yang tersakiti. Tapi David yang arogan sepertinya juga tak bisa dibilang mudah untuk berpisah.

*** 

Sementara itu ditempat berbeda.

"Gimana, sudah ada kabar tentang Merlin?" tanya ibu David kepada David yang baru pulang dari rumah orang tua Merlin. 

"Belum ada!" jawab David.

"Sudahlah Vid, tak baik engkau menahan Merlin. Kalau dia masih ingin bersamamu setidaknya dia masih mau menghubungi kamu!" kata ibunya.

"Aku tidak mau pisah Bu!, Aku sayang dengan anakku bu!" kata David balik.

"Vid, kalau kau benar sayang sama anakmu, jangan biarkan ibunya stres karena ulahmu. Tidak ada wanita yang ingin berbagi cintanya, apalagi kalau ia tahu ternyata kamu membohonginya, perbaiki saja hubunganmu dengan istri-istri mu yang sekarang, beri perhatian pada anak-anakmu. Lepaskan Merlin ibu yakin, dia akan bisa menghidupi anakmu itu. Ia terlalu baik buat kamu, lepaskan jika kamu memang benar menyayanginya!" tatar ibu David panjang lebar.

Sepertinya hati David baru kali ini rasanya tersentuh. Padahal sejak dia memilih untuk menikah dengan istrinya terdahulu, ibunya tidak banyak ikut campur. David memang egois kala itu. Ia tak mau mendengar nasihat orang-orang terdekatnya. Tapi cinta itu nyata dah telah ia bagi. Ia merasa berkuasa dengan uang yang ia miliki.

"Baiklah Bu, jika nanti Merlin ingin pisah, cukup ibu saja yang mengurusnya. Aku tak sanggup untuk melihat wajahnya, bukan hanya Merlin, jika Febri dan Viona ingin berpisah, katakan juga pada mereka, layangkan gugatan, aku akan tinggal tanda tangan!" katanya sambil berlalu pergi.

David tak punya kekuatan lagi ingin mempertahankan Merlin. Ia pasrah jika Merlin sudah tidak mau lagi bersamanya. Ia pun juga ingin membebaskan Viona dan Febri, jika mereka mau. Ia merasa kalah, selama ini apa yang dia inginkan pasti ia dapatkan. Tapi kali ini berbeda.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

mudah mudahan David gak berubah pikiran , atau David jadi baik deh

2022-01-21

1

VLav

VLav

yuk lanjut 👍

2022-01-14

2

Butet Pekanbaru

Butet Pekanbaru

jejak tot

2022-01-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!