10. Membuka Kenyataan

Merlin benar-benar tak dapat bicara. Setiap dia menarik nafas air matanya seakan hendak keluar. Lalu ditatapnya wajah anak yang digendongnya.

“Sudah tak sanggup kamu bicara Merlin?” tanya David.

Maya yang sudah sejak lama dekat dengan Merlin menengahi dua insan yang pernah saling memiliki rasa ini.

“Jecko, Merlin sudah menikah sekitar satu tahun lalu. Hem, tidak sampai lah!” ucap Maya pelan.

“Trus!” tanya Jecko.

“Trus”. Maya menatap muka Merlin yang masih tergugu di sudut kursi di samping Maya.

“Dia ternyata istri ke tiga dari lelaki yang menikahinya!” perkataan Maya sontak membuat darah Jecko semakin berdesir.

“Ah!” Jecko melayangkan tangannya geram.

“Apa itu alasan kamu tidak mau menikah dengan ku dulu, kamu sudah punya yang lain?” tanya Jecko pada Merlin.

“Tidak, Jeck, kamu pergi tanpa alasan, kamu tidak mau menghubungiku lagi saat itu. Aku kira kamu yang tak cinta aku lagi, hingga aku mencoba membuka hati buat yang lain!” balas Merlin dengan hati yang sudah agak tenang.

“Lalu, dimana suamimu sekarang, kenapa kamu harus bekerja sekeras ini, sementara kamu masih punya bayi yang harus diperhatikan!”. Tanya Jecko kembali.

Merlin memberikan Khalil pada Maya. Maya membawa Khalil ke kamar.

“Kamu tak perlu tahu itu. Yang perlu kamu sadari sekarang adalah aku, Merlin, sudah mendapat balasan dari melepaskan cinta seseorang yang begitu mencintainya!” kata Merlin dengan berurai air mata.

Jecko yang melihat Merlin menangis hanya diam. Bagaimanapun Merlin saat ini masih berstatus istri orang.

“Sekarang silakan kamu pergi Jecko. Kamu berhak bahagia dan mendapatkan wanita yang pantas untuk mendampingi kamu, maafkan aku yang pernah menyia-nyiakan cintamu dulu!”

Jecko melangkah gontai menaiki motornya itu.

Hatinya hancur. Wanita yang ia sayangi ternyata tidak mampu menjaga cintanya. Tidak sabar. “Ah, mungkin ini jalan hidup yang harus mereka lalui!” gumam Jecko dalam hati.

Lelaki beralis mata tebal dengan senyum khasnya akhirnya menangis juga. “Aku bukan lelaki cengeng kawan, aku hanya prihatin, orang yang ingin aku bahagiakan dan berdampingan denganku justru hidup dengan baji*gan, dan dia telah menghancurkan Merlinku!” erang Jecko dalam hati.

***

Di rumah Maya, Merlin masih melanjutkan tangisannya.

“Aku pantas kehilangan Jecko, May, aku pantas!” kata Merlin seperti orang frustasi.

“Sabar ya, Lin, semoga ini tanda Allah untuk kamu menemukan cinta sejati kamu yang mau menerima kamu apa adanya!” kata Maya sembari merangkul tubuh Merlin.

“Aku kasihan lihat Jecko tadi, sepertinya dia berharap sekali dengan aku, tapi aku tak akan mungkin bersamanya, aku sudah punya anak!” kata Merlin mulai agak tenang.

“Ya sudah, kamu bersih-bersih lagi ya, habis itu makan!”

“May, terimakasih banget atas bantuannya nya ya, kalau bukan kalian mungkin aku sudah mati bunuh diri!”

“Hus, jangan ngomong gitu, semua pasti ada jalannya, dan kita selaku manusia hanya menjalankan saja!” kata Maya menenangkan.

“Iya, eh ngomong-ngomong suami mu kok enggak pulang-pulang?” tanya Merlin.

“Eh, anu, dia ada tugas ke luar kota!” jawab Maya gugup.

Merlin enggan bertanya kembali, namun sepertinya ada yang Maya sembunyikan darinya.

***

Di kamar kos nya Jecko memeluk bantal gulingnya. Hendak tidur. Ia letakkan tangan kirinya ke kening. “Merlin, apa aku masih bisa berharap kamu menjadi milikku, kamu menjadi istriku, mendampingiku menjadi seorang wanita Bhayangkari?” kata-kata itu terlintas dipikirannya.

“Sedang apa kamu di sana, apakah bayimu mengganggu tidurmu, bolehkah aku menjaganya hingga kau bangun dengan pulasnya?” Jecko mulai senyum-senyum sendiri.

Jecko akhirnya tidur dengan segala pertanyaan yang dia sendiri tak akan tahu apa jawabannya.

Yang ia tahu sekarang adalah, ia masih mencintai Merlin. “Aku akan rebut dari siapapun dia, jika hanya penderitaan yang ia berikan pada Merlinku, camkan itu!” katanya. Hingga malam purnama ini dia lalui bersama dengan mimpi-mimpinya membahagiakan Merlin.

***

Upacara bendera pagi Senin ini berlangsung dengan hikmat di kesatuan tempat Jecko bertugas.

“Hai , Jecko, kamu habis bergadang ya, tadi malam, mata kamu kelihatannya bengkak?” kata seorang rekannya.

“Ah, tidak, aku tidur tepat waktu!” balas Jecko.

“Atau kamu menangis di waktu tidurmu, ibuku dulu sering juga seperti itu, sering mengingat mendiang ayahku, dan ia menangis dalam tidurnya, apakah kamu demikian!” tanya rekannya lagi.

“Hem, mungkin saja, soalnya beberapa kali ia mendengar ibu kos nya membangunkannya” katanya dalam hati.

“Hahaha, lucu ya, polisi kok menangis!” elak Jecko.

“Jangan naif bro, kita ini manusia, punya hati punya rasa, jangan samakan dengan pisau belati!” kata temannya sambil meledek.

“Ah, ya sudah tidak usah dipikirkan si ceweknya, tapi dinikahi!” kata rekannya lagi.

“Iya, mudah-mudahan!’ setidaknya kata yang Jecko lontarkan tadi mampu menghentikan pertanyaan dari rekannya itu yang bertanya mengenai matanya yang sembab atau bengkak itu.

***

Sore sepulangnya Jecko kerja, jecko menyinggahi toko pakaian anak. Jecko ingin memberi pakaian buat anaknya Merlin.

“Untuk anaknya ya, pak?” tanya seorang pelayan di toko babyshop itu.

Jecko yang awalnya tampak gugup menjawab,

“Iya, tolong carikan saya pakaian lengkap bayi untuk anak ukuran dua bulan!” kata Jecko.

“Baik pak, ibu bayinya tak dibawa pak, biasanya kalau dua bulan ibunya sudah bisa belanja sendiri?” tanya pelayan itu basa basi.

“Ibunya ada di rumah, ini untuk kejutan saja!” kata Jecko dengn bangga.

“Wah, sepertinya bapak bisa masuk dalam kandidat Hot Daddy Indonesia pak!”

Kata yang disampaikan pelayan toko itu membuat Jecko tampak malu.

Beberapa pakaian sudah ia bungkus dengan plastik toko itu. Ia membayar dengan harga yang pantas. Harga yang wajar jika dibandingkan dengan kualitas kain yang dijual.

Setelah selasai membayar belanjaan untuk bayi Merlin tadi, Jecko mengarahkan motornya ke rumah Maya. Hari ini dia merasa bahagia, ia merasa dirinya seperti seorang ayah yang pulang ke rumah dengan cepat karena hanya ingin bertemu anak yang baru dilahirkan istrinya. “Ah, romantisnya, jika anak itu adalah anak dari darah dagingku sendiri!” gumam Jecko dalam hati.

Di perjalanan tak lupa pula ia membawa buah tangan buat anaknya Maya.

“Assalamuaikum!” sapa Jecko.

“Waalaikumsalam!” jawab Maya.

“Eh, Jecko!” sambung Maya.

“Iya, May, Merlinnya ada?” tanya Jecko berbasa-basi padahal ia tahu, motor Merlin tidak ada di halaman rumah Maya.

“wah, Merlinnya belum pulang, atau kamu tunggu di luar saja!” tawar Maya.

“Hem, kalau bayinya Merlin lagi ngapain?” tanya Jecko lagi.

“Lagi main, dia, soalnya baru bangun tidur dan dimandikan!” jawab Maya.

“Aku boleh gendong enggak?” tanya Jecko.

“Boleh, tapi cuci tangan dan cuci muka dulu ya, di depan ada kran air, bolehlah cuci di sana!” kata Maya.

Maya yang melihat kelakuan Jecko merasa geli, bagaimana bisa Jecko tiba-tiba mau menggendong anak dari Merlin. “ah, hati memang sulit di tebak!” gumam Maya dalam hati.

Terpopuler

Comments

Yuli Fitria

Yuli Fitria

Dan Jecko punya Cinta yang tulus 😢 kenapa dulu tidak di terima saja ya Merlin...
Mungkin kah Merlin ini yang dinamakan takdir? bertemu lagi setelah kamu menyia nyiakan nya, dan menikah dengan lelaki beristri 😢

2022-02-28

0

Nasi Kaput

Nasi Kaput

the best

2022-02-08

1

Reni

Reni

semangat.

2022-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!