8. Selamat Tinggal

David sepertinya tak puas bermain-main dengan Merlin. Merlin sudah menyangka dari awal sejak David menyuruh Felisha untuk pulang. Ia sudah menggunakan kontrasepsi dengan cara suntik tadi pagi sewaktu mengantar Khalil ke posyandu. 

“Sayang, aku masih rindu!” kata David yang masih memeluk dan mencium tengkuk Merlin penuh na*su.

“Ah, dasar lelaki, lakukan sesukamu, masih punya istri yang lainnya pun, masih seperti kehausan, tidak pernah diberi hingga berbulan-bulan!” gumam Merlin dalam hati. Ia sudah tidak ingin menangis lagi.

*** 

Merlin berangkat habis zuhur nanti. Semua barang yang sudah dipersiapkan di ruang depan agar tidak kerepotan lagi membawanya dari kamar.

David menunggu istrinya berangkat, karena nanti malam ia akan keluar kota. Uang yang dijanjikan David pun sudah dikirim ke rekening Merlin. Biaya kontrakan dan biaya hidup. Dana  yang diberikan mudah-mudahan bisa ia gunakan hingga tiga bulan ke depan. Ia sudah mendapatkan pekerjaan. Walau hanya menjadi sales, dari toko ke toko. Mudah-mudahan ia bisa melanjutkan hidup.

“Hati-hati di jalan ya sayang, nanti pulang abang langsung ke rumah kita, jangan lupa telepon kalau sudah sampai!” kata David sambil mengecup kening Merlin.

“Iya, abang juga hati-hati ya!” balas Merlin.

Ibu mertuanya menangis melepas cucunya itu. “Jaga baik-baik cucu ibu ya Merlin, ibu sayang sama dia!” Ibunya mencium bertubi-tubi cucunya itu.

Merlin menaiki travel yang sudah ada di depan rumah itu.

“Aku tak akan kembali ke sini lagi!” tekad Merlin sudah bulat. Meskipun sayang dengan keluarga suaminya itu, tapi mempertahankan pernikahan ini tak bisa juga dilakukan oleh Merlin. Terlalu banyak penderitaan yang hadir setelah ia berkenalan dengan seorang David.

Lewat magrib dia sudah tiba di kotanya kembali. Ia sengaja tidak meminta supir travel itu untuk menurunkannya di rumah Maya. Tapi di depan swalayan yang ramai di kota itu. Beruntung bawaan Merlin tidak begitu menyusahkan. Khalil pun tidak rewel. Seturunnya dia dari mobil travel itu, ia langsung membuang kartu provider telepon genggamnya. Di sana Merlin sudah melihat Felisha yang sudah siap dengan taksi yang mereka pesan.

“Kamu baik-baik sajakan, gimana Khalil rewel gak?” tanya Felisha.

“Ih, nanyanya satu-satu dong, iya kami baik-baik saja, si David sudah aku abrakadabrakan, biar dia enggak ngamuk kayak dulu lagi!”

“Abrakadabra atau ehem eheman?” ledek Felisha.

Merlin tertawa lebar seakan tiada beban lagi. Mereka mengarahkan taksi ke rumah Maya. Untuk saat ini temannya yang satu itu sangat bisa diandalkan.

“Assalamu'alaikum!” Merlin dan Felisha memberi salam setibanya di rumah maya.

“Waalaikumsalam!” jawab Maya.

“Alhamdulilah, sudah nyampai kalian! Sini aku beresin ini bocah, kamu bersih-bersih gih, aku sudah siapin makan malam!” kata Maya.

“Ih, manis kali nih, Khalil, kayak mamanya!” kata Maya setelah Merlin memberikan bayinya itu.

*** 

“Terimakasih ya Maya, sudah mau menerima kami di sini. Aku sudah kerja besok ya Maya, minta tolong jaga Khalil dulu sampai aku bisa menggaji orang buat menjaganya!”

“Ya sudah, tidak perlu kamu pikirkan. Kita ini sudah teman dari lama, tidak usah sungkan!”

Merlin benar-benar merasa sedikit lega. Selalu ada jalan buat orang yang mau keluar dari masalahnya. 

Maya memberikan sebuah kamar buat Merlin dan anaknya. Tidak terlalu besar sih, namun cukuplah membuat mereka nyaman. Malam itu berlalu dengan tidur nyenyak mereka berdua.

*** 

David berkali-kali menekan nomor telepon  Merlin. “Nomor yang Anda tuju berada di luar jangkauan!”. David berpikir seharusnya mereka sudah sampai di kota asal Merlin. Supir travelnya pun sudah di telepon. Supir itu berkata bahwa dia telah menurunkan Merlin.

“Awas kamu Merlin, aku akan buat perhitungan dengan kamu!” erang David dalam hati

“Apa yang terjadi dengan kamu Merlin, hingga kau berubah begitu cepat!” pikir David lagi.

David memang memiliki sikap tempramen, terkadang berpikiran cepat marah dan cepat pula berubah ke arah perhatian.

Ia juga menelepon adik Merlin. 

“Ada Merlin disitu?”

“Eh, kalau nanya orang itu yang sopan ya, Kak Merlin tidak ada di rumah, malam ini dia langsung berangkat ke kota lain. Dan jangan lagi hubungi kak Merlin, dia sudah dapat kerja di sana!”

“Baik, kalau itu yang keluarga kalian mau, suatu hari aku akan kembali dan mengacaukan hidup kalian!” balas David.

*** 

“May, aku titip Khalil ya, ada kerjaan yang menanti, doakan biar aku tahan di sana ya, semoga rezeki lancar, bisa menghidupi Khalil!” 

Merlin sudah bangun dari pagi. Ia membantu pekerjaan rumah Maya. Perlengkapan Khalil pun sudah ia siapkan, takut merepotkan Maya.

“Iya, kamu hati-hati ya!” 

Merlin mengarahkan motornya ke kantor distribusi itu. Motor itu ia beli sejak ia kerja sebelum menikah kemarin. Mamanya memperbolehkan ia membawa aset miliknya. Keluarganya pun tahu keadaan Merlin terkini. Ia hanya tidak diperbolehkan membawa anaknya itu ke rumah orangtuanya.

“Selamat pagi pak, saya karyawan baru, yang melamar beberapa hari lalu!” kata Merlin ke sekuriti yang ada di pos kantor itu.

“o, silakan masuk mbak, tunggu saja, sebentar lagi HRD nya datang!”

“Terimakasih infonya, pak!” kata Merlin. Maklum nomor telepon yang dia gunakan untuk melamar pekerjaan ini sudah dia buang kemarin.

Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya Merlin dipanggil.

“Kamu pernah jadi sales?” tanya HRD itu.

“Belum bu!” jawab Merlin.

“O, mau belajar?”

“Mau, bu!” Merlin sudah tak tau lagi mau kerja apa, ia harus bekerja demi menghidupi Khalil. Uang yang diberikan oleh David akan habis jika tidak ada gantinya. Ia tak akan meminta lagi pada David. 

HRD itu mengajarkan Merlin tentang standar operasional prosedur kantornya ini. Tak sulit baginya untuk melakukan hal yang disebutkan oleh HRDnya itu.

“Kalau sudah paham, kamu coba antar barang ini ke toko-toko ini ya!” 

“Baik bu!” jawab Merlin.

Merlin membawa tas besar yang bisa diletakkan di belakangnya. Ia berhati-hati sekali mengikatnya agar tidak terjatuh. Di bacanya secara seksama catatan itu. Diperkirakan dia akan sampai di toko yang pertama sekitar dua puluh menit. Ada sepuluh toko yang harus ia antar di catatan itu. 

“Ya, Allah, kuatkan aku!” pinta Merlin dalam hati.

Sesampainya di toko pertama, ia menjalankan pengantaran sesuai dengan catatan itu. Hingga sampai ia ke toko ketiga semuanya berjalan lancar.

Ia mencermati toko ke empat. 

“Selamat siang, maaf mau ngantar barang dari Distributor Hany. Bisa dicatat mbak!” kata Merlin.

“Maaf, bisa tunggu sebentar, yang mencatatnya lagi ke belakang sebentar ya mbak?”

“Iya bisa!” Merlin menunggu dengan sabar.

“Duh, lama lagi tak ya!” tanyanya dalam hati. Ia tak sabar ingin cepat pulang bertemu dengan Khalil nya.

Saat dia sedang menunggu seseorang menyapanya, “Kamu Merlin kan?” 

Merlin sangat mengenali orang yang ada di hadapannya itu. Ia hanya bisa tertunduk ketika melihat Jecko. 

Sedari tadi Merlin memang resah jika harus ke toko ini. Toko ini hanya berseberangan dengan kantor Jecko. 

Jecko yang melihat Merlin sedikit kurus lalu bertanya kembali “Kamu Merlin kan?, kenapa kamu sampai ke sini?”

Tiba-tiba pegawai toko yang mencatat barang dari kantor Merlin pun tiba. 

“Mana Mbak?” tanya pegawai itu.

“Ini, 35 kotak ya mbak?” kata Merlin.

“Iya, mbak, silakan tandatangani disini!” pegawai itu pun menandatangani faktur itu.

Merlin berlalu pergi dengan cepat. Tanpa memperdulikan Jecko yang dari tadi menatapnya dengan tatapan rindu.

Ribuan pertanyaan terbersit di pikiran Jecko. “Ada apa denganmu Merlin?” 

Terpopuler

Comments

Butet Pekanbaru

Butet Pekanbaru

lanjut aku ya tor...

2022-01-14

3

YUKI

YUKI

semangat tor

2022-01-12

3

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

semoga kedepan hidup loe lebih baik Merlin ...

2022-01-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!