7. Menjemput Khalil

“Lin, kamu yang mau menjemput, kok aku yang jadi deg-degan gini?” kata Felisha.

“Kamu tenang aja, ibu mertua ku baik kok, dia gak akan biarkan David nyakitin aku!” kata Merlin meyakinkan.

Mereka menempuh perjalanan malam. Kala dini hari mereka sampai juga ke rumah ibu David. Hal yang pertama ingin dilihat Merlin adalah anaknya.

“Khalil sudah tidur. Dia ada di kamar kalian. Sengaja ibu pindahkan, karena kata kak Wanda, kamu sudah di perjalanan!” jelas ibu mertuanya itu.

Merlin mengambil bayinya itu. Ia gendong. Ia peluk. Air matanya mengalir, tapi tak bersuara. Sepertinya air matanya juga jatuh ke hati. 

David yang baru masuk rumah juga hanya bisa terduduk di kursi ruang tamu.

“Kenapa lama sekali kamu kembali Merlin, apa kamu tak menyayanginya?” tanya David.

“Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau hanya berdiam diri saja di sini, kenapa kau tidak memperjuangkan kami!” kata Merlin melawan.

“Apa selemah ini kamu sebenarnya, Tuan David yang terhormat!” sambung Merlin.

Felisha yang melihat Merlin meradang agak sedikit takut untuk ikut masalah dalam rumah tangga mereka.

David hanya kembali diam.

“Kamu sudah makan Lin, ajak kawannya makan, itu teh hangat sudah ibu siapkan buat kalian, setelah itu tidurlah, tak baik memperpanjang perkara. Dari sini ke depan tetaplah bersama Khalil mu Lin!” kata ibunya.

“Iya, bu!” jawab Merlin.

“Hem, aku tidur dimana nih?” tanya Felisha pada Merlin.

“Samaku, di kamar, David tidur di kamar bujangnya!” kata Merlin.

Mereka masuk ke kamar, lalu mengunci pintunya.

“Untung ada ibu, kalau tidak, mungkin kami bisa perang, dan beruntung ada kamu, kalau tidak pasti aku sudah dipanjatnya malam ini!” kata Merlin.

“Hah, kamu yang adanya aku yang berdosa menghalangi orang yang statusnya masih suami istri!” kata Felisha.

“Sudahlah, tidur lagi!” kata Merlin.

*** 

Pagi itu langit tampak cerah, dan udarapun terasa sangat segar. Ya, menjelang subuh tadi hujan lebat turun sekitar satu jam. Merlin bersyukur, tadi malam Khalil tidur dengan tenang.

“Merlin, ayo sarapan dulu!” kata ibu mertuanya itu.

Di meja makan sudah ada David di sana. 

“Bagaimana tidurmu tadi, nyenyak?” tanya David pada Merlin. Sementara Felisha masih bersiap diri di kamar mandi.

“Alhamdulillah!” sahut Merlin sambil membuat susu formula buat Khalil. Khalil sudah lama tidak menyusu ASI, dan ASI dari payu*ara Merlin pun tidak mau keluar lagi. Tak tahu mengapa, padahal Merlin masih sering memompa ASInya.

“Makan dulu, sayang!” tawar David.

“Hem, iya!” balas Merlin. David memang begitu. Dia akan berlaku baik, jika hatinya sudah tenang. Rayuan inilah yang membuat Merlin jatuh hati padanya. “Pantas saja istrinya banyak!” kata Merlin dalam hati. 

“Nanti malam kami mau balik, aku bawa Khalil, ya?” tanya Merlin.

“Kenapa cepat sekali, menginaplah barang sehari atau dua hari lagi!” ajak David.

“Felisha mau kuliah!” kata Merlin.

“Dia saja yang pulang, kamu tinggal, atau jangan kamu bawa Khalil!” ancam David. Merlin agak takut mendengarnya. Terpaksa ia  menuruti perkataan David.

“Bagaimana tidurmu sayang setelah lama tidak tidur dengan ibumu?” tanya David pada Khalil yang sedang main itu. Seakan sudah bisa diajak bicara.

Hari itu, Merlin membawa Khalil ke Posyandu, kebetulan hari itu Posyandu memberikan pelayanan. Ia ingin memastikan kesehatan Khalil. Kemudian menanyakan, apa saja yang telah diberikan pada Khalil. Namun, sesampainya di sana Merlin menjadi sorotan banyak orang. Bisik-bisik tak sedap terdengar ke telinganya.

“Itu, itu menantunya buk Surya, udah dua bulan ninggalin anaknya, baru datang!” kata seorang warga dengan temanya, namun masih kedengaran dengan di telingan Merlin. Tapi Merlin tak mau menggubrisnya.

“Bagaimana keadaan bayi saya buk bidan?” tanya  Merlin. Merlin ingat bidan desa inilah yang membantu Merlin pada proses melahirkan.

“Tidak ada yang baik-baik saja bagi seorang bayi dan ibu yang terpisah, Merlin, bawalah pulang dia, jangan jauh-jauh dari dia lagi!” nasehat bidan itu di ruangan tertutup, hanya ada Merlin , Felisha dan bidan itu.

Beberapa bulir air mata itu keluar tanpa pamit dari sudut mata Merlin. Dua bulan bukan waktu yang sebentar bagi bayi mungilnya ini ditinggal sendiri. Namun, ia tak mau lagi mempersempit hatinya dengan dendam pada orang tuanya dan pada David. Dunia yang luas ini harus juga seluas hatinya. 

Selepas balik dari posyandu itu, Merlin dan Felisha menikmati pemandangan di sana. Hamparan sawah nan berbukit membuat sejuk mata yang melihat. Banyak orang yang bekerja di sana, termasuk ibu mertua Merlin.

Merlin menatap sawah-sawah tersebut. Air matanya turun lagi. Ia membayangkan selama ditinggal bayinya dibawa ke sana. Di letakkan saja di pondokan kecil di antara pematang sawah. Perih. “Percayalah, mama akan membawakan kamu kebahagiaan yang kakak-kakak tirimu tidak pernah dapatkan!” batin Merlin.

“Sudahlah, Merlin. Kamu harus kuat. Jangan lagi kamu pikirkan tentang ini. Sakit hati kamu, terpuruk, nanti malah kamu tidak bisa merawat Khalil dengan baik. Aku tunggu kamu di kota ya!” kata Felisha menyemangati.

“Kamu enggak apa-apakan, kalau pulang duluan!” tanya Merlin.

“Iya, enggak apa-apa!” kata Felisha.

Sore itu mobil travel mengantarkan Felisha ke kota mereka. Jujur Merlin canggung untuk tinggal disini kembali. Setelah Felisha pergi, Merlin mulai berkemas. “Mumpung David belum pulang!” batinnya.

“Sudah pulang Felisha nya, Merlin?” tanya David.

“Sudah!” jawab Merlin.

David memandang sudut ruangan. Dilihatnya pakaian beberapa tas sudah rapi, yang ia yakini itu adalah tas Khalil dan tas Merlin.

“Kamu tak ingin membawa barang ku juga?” tanya David membuat kaget Merlin.

“Apa abang mau ikut juga denganku?” tanya Merlin balik dengan tutur yang lembut.

“Apa kamu tega memisahkan aku dengan anakku, sementara sejak kamu pergi aku selalu ada buat Khalil, walaupun malam hari!” kata David.

“Baiklah, tetapi aku harus mengontrak lagi, abang tahukan ibu marah dengan abang!” kata Merlin merayu.

“Iya, nanti aku transfer ke rekening kamu sayang, kontrakan buat satu tahun. Tapi, jika dua hari ini kamu mau berangkat, abang tak bisa mengantar, abang ada keperluan juga lusa!” kata David membuat Merlin bahagia. “Mudah-mudahan ia tidak ikut, karena bisa gagal semua rencanaku!” batin Merlin.

“Oh, ya sudah, nanti aku kemas saja pakaian abang, untuk tidur di rumah!” kata Merlin lagi.

 Hari sudah pukul sembilan malam. Khalil sudah tidur. Merlin pun ingin tidur. 

“Abang boleh lihat Khalil?” tanya David.

“Ya, boleh!” kata Merlin. David masuk lalu mengunci pintu kamar mereka. “Aku tak boleh lengah, aku tak mau bercampur lagi dengan dia!” batin Merlin dalam hati. “Tapi bagaimana jika dia tak membolehkan Khalil dibawa, ah, sudahlah, lagian kami masih berstatus suami istri!” gumam Merlin dalam hati.

“Mengapa kamu berdiri di dinding itu Merlin?” tanya David mendekat.

“Ah, tidak-apa-apa?” kata Merlin.

Wajah David sudah berada tepat di muka Merlin.

“Apa kamu tak rindu sayang?” tanya David, lalu mulai melu*at bibir Merlin yang seksi. 

Otak Merlin menolak, namun badannya justru meminta. “Bagaimana ini!”

“Kamu tidak bisa berbohong Merlin, kamu kalah saat ini!” kata David memulai permainannya di ranjang.

Ya, Merlin kalah untuk saat ini. Tapi ia bertekad ini malam terakhir mereka bersama.

  

Terpopuler

Comments

La Vie Est Un Mystere

La Vie Est Un Mystere

mampir ninggal jejak n bw bom like thor, mampir kembali ke karyaku cinta dalam jarum kupu kupu

2022-02-04

1

Sedang Bersemedi

Sedang Bersemedi

udah masuk fav thor😘

2022-02-02

1

Butet Pekanbaru

Butet Pekanbaru

ayo merlin

2022-01-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!