6. Mencari Jalan Keluar

Suasana dingin mencekam di kediaman ibunya David. David benar-benar berang. Tapi dia juga tak punya kuasa. Ia sadar akan kesalahannya. "Khalil, maafkan papa nak!" kata David melihat wajah anaknya itu dengan sendu.

Ibunya dengan sigap memberikan susu formula buat cucunya itu. "Malang benar nasibmu cucuku, nenek sayang sekali sama kamu dan mamamu, kita doakan ya semoga mamamu cepat pulang!"

Acara syukuran telah usai. Tak banyak kata yang terlintas dari para tamu. Mungkin mereka segan untuk bertanya pada David. Takut menambah kesedihan di keluarga itu. Mereka menyesalkan tindakan mama Merlin yang memisahkan ibu dengan bayinya yang masih merah itu.

***

Merlin bangun dengan mata yang sembab. ia tak henti-hentinya menangis, sesekali ia tersentak dari tidurnya, dan ia kembali menangis. Belum lagi payu*aranya yang harus mengeluarkan ASI. Ia melangkah ke kamar mandi. Dipencet-pencetnya payu*aranya itu agar keluar ASI dan bengkaknya berkurang.

"Ini seharusnya jadi milikmu, Khalil ku, sedang apa kamu sekarang, sayang, apakah yang sedang kamu lakukan sayang, sudahkah kamu minum susu hari ini?"

"Merlin, kita sarapan dulu nak, dari kemarin kamu belum makan, sayang?" ajak mamanya.

Merlin duduk di kursi makannya. matanya yang sembab menatap menu sarapan yang biasa ada di rumah ini. Dulu setiap pagi mereka akan merasakan kebahagian dengan menu sarapan yang ada di atas meja ini. Kini hanya kewajiban mengisi perut saja yang ada.

"Makan sayang!" ajak mamanya.

Merlin hanya menyendokkan beberapa kali nasi goreng khas buatan mamanya itu.

Iya makan lagi dengan buliran air mata yang jatuh ke pipinya. Hatinya terasa menggigil mengingat kembali bayi yang tidak berdosa itu.

"Sudahlah, Merlin, tak usah diingat lagi anakmu itu, kalau keluarga David baik, pasti mereka tidak akan menelantarkan bayimu itu!" kata mamanya santai.

Merlin hanya diam saja mendengar kata mamanya itu. Badannya terasa lemah untuk melawan kali ini. Dalam hatinya dia harus mendapatkan cara agar bisa mengambil anaknya, tanpa harus hidup bersama kembali dengan David.

"Ma?"

"Ya, sayang?" jawab mamanya.

"Mama sayang sama Merlin?" tanya Merlin.

"Iya, makanya Merlin enggak mama biarkan hidup bersama lagi dengan David?" jawab mamanya.

"Terus mengapa mama biarkan anak Merlin sendiri ma, Merlin sekarang kesakitan menahan ASI yang tak keluar?" kata Merlin sambil terisak kembali.

"Maafkan mama Merlin, mama tau rasanya bagaimana seorang ibu, tapi David benar-benar keterlaluan!" kata mamanya dalam hati, ia tak sanggup menjawab pertanyaan dari anaknya itu.

"Biarkan saja payu*aramu membengkak. Beberapa hari lagi ASI mu juga akan berhenti!" kata mamanya lagi.

Merlin bertanya dalam hati "Apa mamanya tak pernah merasakan sakitnya menahan ASI, sehingga dengan mudahnya berkata seperti itu?"

Merlin memanggil adiknya ke dalam kamarnya.

Ia memastikan mamanya tidak menguping pembicaraan mereka.

"Dek, bantu kakak mau?" tanya Merlin pada adiknya itu.

"Nanti kalau mama sudah lengah, belikan kakak pemompa ASI ya, tak tahan kakak rasanya ini. Mau mendemam rasanya, uang kamu adakan? beli yang murah saja ya!" Merlin tak membawa apa-apa, kecuali dompet yang ada di sakunya kemarin.

"Jangan sampai mama tahu ya!" kata Merlin lagi.

Adiknya yang juga kasihan lihat keadaan kakaknya itu akhirnya menurut. Dipeluknya kakaknya. Bagaimana pun adik pasti bersedih melihat kakaknya yg juga bersedih.

***

Merlin memompa ASI di kamar dengan pompa yang dibeli adiknya. Di kuncinya rapat pintu itu, agar tidak ada yang melihat.

Merlin mencari cara untuk menelepon ke rumah mertuanya itu. Ia panggil kembali adiknya itu

"Dek, kakak pinjam hapenya dong, mau menelpon ibu mertua kakak?"

Adiknya menyodorkan telepon genggamnya itu.

Ditekan nya nomor yang ia miliki.

"Telepon yang Anda tuju berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi!" kata operator provider itu.

"Ah, sepertinya hapeku kehabisan baterai!"

"Ya Tuhan, bagaimana ini, sementara ia tak hapal nomor David, eh tunggu mungkin ada di hape ini!"

"Dek, ada nomor kak David enggak?" tanya Merlin.

"Ada, sini coba kulihat!" kata adiknya mengambil hape itu.

"Nih!" Ia memencet nomor hape itu.

Merlin memperhatikan nama kontak yang terpanggil.

"Abang PK, apaan tu dek!"

"Penjahat Kela*in, masa' gitu aja tak tahu!" kata adiknya.

Merlin tertawa mendengar kata adiknya itu.

"Halo, bang, ini Merlin, pakai hape Dafi!"

"Iya, ngapain kamu nelpon, apa mamamu tidak marah?" kata David.

"Mama ke luar. Eh, gimana Khalil bang?" tanya Merlin dengan terisak lagi.

"Nangis terus dia, sudah dikasih susu bantu, baru diam. Kurang aja* mama kamu itu, gak sopan, aku akan buat perhitungan sama orang tuamu, dengar kamu itu Merlin!" ancam David.

"Maaf bang, nanti Merlin cari cara biar bisa keluar dari rumah ini. Abang jaga anak kita baik-baik ya!" kata Merlin menenangkan David.

David sungguh merasa iba dengan keadaan anaknya kini. Bayi mungil yang tak berdosa harus menerima kenyataan atas kesalahan dari ayahnya. David berpikir, jika memang orang tua Merlin yang tidak menyukainya, sebaiknya anak ini tetap bersama Merlin untuk dijaga. Ia pasti akan menafkahinya.

***

Merlin berjalan ke sana kemari mencari pekerjaan secara diam-diam. Ada sih pekerjaan buatnya, tapi mungkin hanya cukup buat makan dirinya dan Khalil. "bagaimana ini ya?" Merlin sadar iya tak akan bisa tinggal serumah dengan mamanya itu. ini sudah hampir dua bulan ia di tempat mamanya.

Merlin melangkahkan kakinya ke rumah sahabatnya yang baik hati. Maya namanya. Sahabatnya sejak putih dongker.

Ia menceritakan semuanya. Tangisnya yang henti-henti membuat Mata juga ikut menangis. Ia tahu betul perasaan sahabatnya itu.

"Tinggallah di rumah ini Merlin, biar aku yang jaga anakmu saat kerja, suamiku juga sering ke luar kota!" ajak Maya.

Merlin yang sudah habis akal berterimakasih dengan Maya.

"Terimakasih Maya, semoga Allah membalas kebaikanmu!"

Merlin benar-benar tidak tega, ketika kak Wanda menelepon dirinya, mengatakan bahwa Khalil, sudah dibawa ke sawah, terkadang tak lepas dari sengatan matahari.

"Bawalah bayimu pulang Merlin. Tak iba kamu, sekarang David banyak keluar kota. Terkadang bayimu dititipkan ke Viona dan Febri. Sekarang Viona saja baru melahirkan, dan di rumahnya ada orang tuanya. Febri juga sibuk menjaga tokonya. Hanya ibu sekarang yang bisa menjaga Khalil. Kakak bukan tak mau, suami kakak tak baik dengan David!"

Kata-kata itu terngiang, dan menjadi motivasi buat Merlin mengambil bayinya itu.

Tekadnya sudah bulat. Biarlah orang tuanya mencampakkan dirinya jika tetap ingin merawat bayinya itu.

Malam ini ia akan menjemput Khalil bersama Felisa. Sahabatnya juga dari putih dongker. Ia sengaja membawa teman agar David juga merasa segan. Dan tidak berani bertindak yang tidak wajar.

Terpopuler

Comments

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

hadir lagi nih support selalu

2022-02-26

0

Reo Hiatus

Reo Hiatus

waduh kenapa dipisah

2022-01-19

1

Butet Pekanbaru

Butet Pekanbaru

merlin... sabar ya

2022-01-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!