5. Bayi Mungil Merlin

“Ibu, ibu!” Merlin memanggil ibu mertuanya itu, ketika perutnya sakit, hari perkiraan lahir memang sudah mendekati. Perutnya terasa tegang. “Ah, apa ini tanda-tanda kontraksi?” tanya Merlin.

“Ada apa Merlin?’ tanya ibunya melihat menantunya itu memegang perutnya dengan muka pucat.

“Sakit bu!” rintih Merlin. David baru saja pergi kerja. Iba rasanya hati Merlin, seharusnya mama juga yang mendampingi dia ketika akan melahirkan. 

“Kita ke bidan sekarang ya? Nanti ubu akan telepon David, biar langsung ke sana!” kata ibu mertuanya yang juga tak kalah paniknya.

Ibunya memanggil kak Wanda yang rumahnya tak jauh dari rumah ibu David ini. Kak wanda dengan sigap memanggil transportasi yang ada di dekat situ.

Setibanya di tempat Bidan, Merlin langsung ditangani. Merlin sudah pembukaan lima rupanya, mungkin tak sampai sore ia akan melahirkan. David datang setelah beberapa Merlin berada di tempat bidan itu.

“Bu, Merlin minta tolong, teleponkan mama!” pinta Merlin pada mertuanya itu.

Ibu mertuanya menelpon besannya itu. Setelah tersambung ibu David memberikan telepon itu pada Merlin.

“Assalamualaikum!” sapa mama Merlin dari seberang telepon.

“Waalaikumussalam, mama ini Merlin, Merlin mau lahiran, Merlin minta doanya Ma, Merlin minta maaf udah banyak buat kesalahan sama mama!” kata Merlin sambil terisak.

“Iya, sayang, mama doakan kamu baik-baik saja ya di sana, selamat emak, selamat bayinya!” kata mamanya.

“Udah, dulu ya ma, salam sama papa, Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam!” kata mamanya seiring ditutupnya telepon.

David dan ibunya memberikan semangat pada Merlin. 

“Ayo, Lin, nih kepala anaknya udah keluar”! Merlin menuruti apa yang dikatakan bidan desa itu.

“Oek, oek!” suara tangisan bayi memecahkan ketegangan yang ada sedari tadi. Bayi mungil dengan berat 3,1 kg dan panjang 49 cm itu terlihat sangat tampan. Sepertinya mewarisi kecantikan Merlin. Lesung pipinya pun terlihat walau hanya sedikit. Kulitnya yang sawo matang sepertinya mengikuti kulit dari David.

Setelah bayi mungil itu dibersihkan, David menyegerakan mengazani buah hatinya itu. Merlin yang masih terlihat lemah selalu didampingi kak Wanda. Sementara ibu mertua sudah pulang untuk mempersiapkan kedatangan cucu barunya ini.

“Makasih, ya Lin, kamu udah ngelahirin bayi yang tampan. Coba lihat ini, hidungnya persis seperti kamu!” kata David, mukanya terpancar penuh kebahagiaan.

Merlin bingung, harus bahagiakah dengan ekspresi David saat menimang bayinya itu.

“Tolong dulu beri ASI dia!” pinta David pada Merlin. Merlin mengambil bayinya itu, lalu mencoba memberikan ASInya. Bayi yang mungil itu langsung belajar untuk menyusu. Sambil menyusui Merlin menangis lagi.

“Aku udah jadi ibu, rupanya!” kata Merlin sambil terisak kembali.

“Sudahlah, seharusnya kamu bahagia, bukan malah nangis!” kata David lalu mencium kembali kening Merlin. Sepertinya David benaran sayang pada Merlin.

“Aku keluar dulu ya!” David pamit keluar meninggalkan Merlin yang juga mau istirahat.

“David itu benar-benar sayang sama kamu, Merlin, dia pernah cerita ke kakak, dan kakak juga ngelihat perlakukan ke kamu itu berbeda, gak seperti ke Viona atau Febri, dia juga pernah menyesal saat pernah memukul kamu waktu di kontrakan, nangis dia ngomong sama kakak, maafkanlah dia Merlin!” kata kak Wanda setelah David keluar dari ruang perawatan Merlin.

“Iya, kak aku maafkan david, bagaimanapun dia ayah dari anakku, tapi untuk mempertahankan rumah tangga ini sepertinya itu tidak mungkin!” kata Merlin. 

“Ya, sudah nanti saja pikirkannya lagi, bayi kamu butuh ASI yang lancar, jangan banyak pikiran sekarang!” kata kak Wanda menenangkan Merlin.

*** 

Merlin kembali ke rumah ibu mertua setelah diperbolehkan pulang oleh bidan. David yang begitu bahagia, telah memberitahu warga sekitar, bahwa anaknya sudah lahir. Jadilah, rumah itu seketika sudah ramai ingin melihat bayi mungil Merlin itu, yang digadang-gadang David sangat tampan.

“Aduh, bayinya David, menggemaskan!” kata ibu-ibu yang baru datang.

“Wah, bakalan jadi incaran di daerah ini kayaknya!” kata mereka lagi.

“Ah, begini bahagianya kah menjadi ibu, tapi apa aku bisa bahagia menjadi istri?” kata Merlin dalam hati.

“Siapa namanya, Lin?” tanya ibu-ibu tadi.

“Belum ada bu?” jawab Merlin.

“Nanti, kalau kasih nama, syukuran kan?” tanya ibu-ibu itu lagi.

“Iya, insyaallah bu!” 

Setelah beberapa jam, baru rumah ini sunyi. Merlin merasa masih perlu istirahat, badannya belum sanggup untuk melayani tamu. Ia berbaring di tempat tidur kamarnya. Bayi mungilnya itu tampak tenang. Mungkin ia tahu benar apa yang ibunya rasakan.

Merlin hanya memperlihatkan senyumannya di depan orang-orang. David sangat pandai memperlakukan dirinya di depan orang yang melihatnya. Hati Merlin sudah hancur, jauh dari orang tuanya, dan mendapatkan suaminya yang sudah membagi cintanya jauh sebelum mereka berkenalan. 

Setidaknya bayi mungil ini bisa menjadi pengobat hatinya. Rasanya seumur hidup sangat lama dengan orang yang membagi hatinya, apalagi ia tak tahu akan dibagi berapa lagi hatinya itu.

*** 

“Makan dulu, Nak!” ibu mertuanya sangat telaten menjaga Merlin. Ia dilarang bekerja hingga beberapa minggu setelah melahirkan, itu perintah beliau. Ibu mertuanya sudah seperti kasih sayang seorang ibu kandung. Terkadang begitulah hidup berumah tangga, ada yang mertuanya garang, anaknya yang baik, iparnya yang baik, ada pula yang kebalikannya.

“Dikasih nama apa ya anak kita ini?” tanya David.

“Tuh, mamanya cemberut saja, gak mau nyapa-nyapa papa lagi!’ kata David seolah sedang berbicara pada bayinya yang sedang tidur itu.

“Kalau di kasih nama, Khalil gimana Lin?” tanya David.

“Ya, bagus juga!” kata Merlin.

“Khalil Revaldo, bagaimana baguskan!” usul David lagi.

“Ya, sudah, itu saja!” sahut Merlin.

“Tidurlah lagi, besok ada acara syukuran menyambut kelahiran anak kita ini!” David mencium kening Merlin. Ia tak mau menggangu tidur Merlin. David tidur di kamar ia ketika bujang.

Merlin mencoba mencerna kenyataan yang ada di hadapannya ini. Benar kata kak Wanda. Anak-anak David dari istri pertama yang mengurus ya mertuanya David. Tidak pernah ibunya David turun tangan. David sangat memperhatikan Merlin kali ini. 

*** 

Tetangga sudah mulai ramai di rumah ini. Bahan masakanpun sudah lengkap di dapur. Ada ibu-ibu yang memotong ayam, ada yang meracik bumbu, dan ada yang memasak nasi untuk orang yang rewang.  Acara syukuran nanti malam akan di mulai. Merlin pun sudah mulai pulih, dan sudah bisa sedikit membantu berberes-beres rumah. 

Acara syukuran itu dimulai saat magrib. Tiba-tiba ada sebuah mobil berada tepat di halaman rumah David yang tanpa pagar itu. Para undangan belum banyak yang datang, mungkin diperkirakan hanya sepuluh orang, termasuk emak-emak yang rewang.

“Mama!” Merlin yang sedang menunggu tamu pun mendekat pada mamanya itu. Ia memeluk mamanya. Rindu.

“Kita pulang Merlin, kamu sudah tidak pantas di sini, kamu hanya akan disakiti oleh David!” kata mamanya sambil mencengkeram tangan Merlin dan menyeretnya ke luar rumah.

“Ma, anak Merlin ma!” mohon Merlin sambil memelas.

“oek, oek, ...!’’ terdengar tangisan dari kamar Merlin. Para tamu yang melihat sepertinya hanya bisa diam saja.

Merlin diseret mama hingga masuk ke mobil. 

David yang baru tiba dari luarpun tak bisa mencegahnya karena mobil yang membawa Merlin sudah pergi. Bahkan Merlin tidak diberi kesempatan untuk mengambil pakaiannya. Terbayang bayi sekecil itu menangis tanpa ibu disampingnya, bagaimana jika ia meminta ASI nanti.

Merlin hanya bisa menangis sepanjang jalan hingga tertidur sesampainya di rumah.

 

Terpopuler

Comments

Nm@

Nm@

Jangan pisahkan ibu dan bayinya, thor!

2022-08-03

0

El_Tien

El_Tien

semangat Kak

2022-04-27

0

❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™

❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™

semangat

2022-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!