4. Di rumah Mertua

“Sudah bangun, Merlin?” tanya ibu mertua.

“Iya, bu, ini mau solat subuh lagi, ibu sudah solat?” 

“Sudah, sana wudu, nanti minum teh ya di sini, ibu buatin buat kamu, biar hangat?” ajak ibu suaminya itu.

Teringat dulu waktu pertama kali bertemu, ibunya sangat ramah pernah bertanya, “sudah kenal betul dengan David?” tanya ibu mertua waktu itu,

“Belum, hanya tau dari teman bu?”

“Cari tahulah, ibu takut betul kamu menyesal, kamu anak yang manis, pasti ada kesalahan saat kalian jumpa!” 

Kata-kata ibu mertua kala itu seperti sebuah kode yang tak baik. Tapi Merlin bagai orang yang kena pelet, tak mampu berpikir apa-apa lagi. Apalagi dia baru tau, David termasuk anak yang bisa melawan dengan orang tua. 

“Ibu harap kamu betah ya, sampai melahirkan, sudah USG?” 

“Sudah bu, kata dokter anaknya laki-laki!” jawab Merlin.

“Alhamdulillah!” 

Di meja makan usang itu mereka makan. Ya, orang tua David orang yang sederhana. Hanya saja David punya kemauan keras untuk mengubah nasibnya. 

David pagi itu masih tidur, mungkin terlalu letih nyetir.

“Ibu senang punya menantu kayak kamu, Merlin!” kata ibu David.

“Terimakasih, bu!”

“Kamu tak seperti Viona dan Febri, mereka kurang ramah dengan ibu, ibu sebenarnya kasihan juga sama kamu, kalau kamu tersiksa dengan David pergilah. Kamu masih muda, masih punya harapan banyak. Ibu percayakan cucu ibu ke kamu. Pasti ada orang yang akan menyayangi anak itu mungkin lebih dari bapaknya sendiri!”

“Terimakasih bu, untuk saat ini, tidak bisa saya berpikir bu!”

“Tidak bisa berpikir apa, Merlin?” tiba-tiba David keluar dari kamar dan mencium pipi Merlin.

“Ah, enggak, ini mau melahirkan dimana?” jawab Merlin gugup.

“Oh, kirain, apa?” david mencuci mukanya ke kamar mandi, lalu duduk di samping Merlin.

“Kamu yang baik ya sayang, biar mamanya lahiran normal!” kata David sambil mengelus-elus perut istrinya itu.

“Nanti Viona dan Febri ke sini, mereka akan membantu kamu untuk belanja!”

“Gak usahlah, kalau bisa aku belanja bareng sama kakak ipar saja!” kata Merlin.

“Oh, ya sudah, nanti aku bilang sama kak Wanda!”

Merlin malas sekali jika berdekatan dengan Viona dan Febri. Ia tak mau ada omongan yang menyakiti hati dari mereka. Karena kata mertuanya tadi, mereka kurang ramah.

David izin pada Merlin, ada keperluan pekerjaannya. Sementara, ibu mertuanya hendak ke sawah. 

*** 

Merlin mengamati beberapa pakaian bayi di toko itu. Sesekali kak Wanda menawarkan pakaian bayi yang sesuai dengan anak laki-laki. 

“Hai, kak Wanda?” sapa seseorang pada kak Wanda, yang ternyata adalah Viona.

“Eh, Viona, dari mana?” tanya kak Viona.

“Dari rumah, ini mau beli kado buat anak kawan yang baru melahirkan, eh, ada Merlin di sini!” sapanya ketika melihat Merlin.

“Iya kak!” kata Merlin dengan ramah.

“Sudah pulang David, Lin?” tanya Viona.

“Sudah kak, ini tadi dia pergi lagi!” kata Merlin.

“Memanglah si David ini, sejak nikah sama kamu, kami sudah jarang didatangi. Anak-anak juga udah jarang jumpa!” kata Viona.

“Maaf kak, Merlin tidak pernah melarang David untuk ke tempat kak Viona ataupun ke tempat Febri!” kata Merlin tegas.

“Ah, sudahlah, nanti kalau dia ke rumah ibu, suruh dia ke tempat kakak!” kata Viona berlalu pergi.

Merlin merasa sangat wajar jika wanita tidak lagi menjadi yang pertama bagi suaminya. Pasti akan ada ketidakadilan di sana. Mereka yang sanggup poligami sejatinya adalah mereka yang sanggup untuk berbuat adil bagi istri-istrinya, bukan hanya masalah materi, tapi juga perhatian.

Jika Merlin menghitung, memang sudah lama David tidak berkunjung ke rumah istri-istrinya itu. Merlin juga sudah pernah menegurnya. Ia tak mau dianggap mencuci otak David untuk tidak bertemu dengan mereka.

Barang-barang yang mau dibeli sepertinya sudah lengkap, mulai dari popok, bedung, kain jarik, kasur anak, serta keperluan Merlin setelah melahirkan. Mereka pulang menggunakan taksi. 

“Kamu tak usah pikirkan kata-kata Viona tadi ya, Viona memang agak lancang orangnya, bahkan kami sebenarnya dulu tidak setuju menikah dengan David, tetapi tahu sendirilah David bagaimana, eh, sekali kami setuju dengan istri David, keluarganya pula yang tak setuju setelah tau David punya istri!” kata kak Wanda ramah.

Merlin senang berbicara dengan kak Wanda. Kak Wanda orangnya baik. Ia kakak kandung dari David. Jika lagi menginap di sini pasti Merlin hanya di temani kak Wanda.

*** 

“David, david!” teriak Seseorang dari luar.

“Eh, kak Febri!” sapa Merlin.

“Mana David!” tanya Febri.

“Ada kak, lagi di kamar, sebentar aku panggilkan!”

“Ah, abang kemana kenapa tak pernah pulang. Ini anak mau dirayakan ulang tahunnya nanti sore, dia nanyain papanya terus. Abang kan dah janji bakalan ada kalau Fandy ulang tahun!” katanya menyerocos.

“Iya iya, tunggu, abang mandi dulu!” kata David yang baru saja bangun dari tidur ayamnya.

Merlin menjadi heran, “kata David , Viona dan Febri itu istri yang penurut. Mengapa tiba-tiba menjadi ganas begini. Apa mereka takut kalau aku akan tinggal di sini dan David dengan mudah mengabaikan mereka, siap suruh banyak-banyakin istri!” kata Merlin dalam hati.

“Eh, jangan meminta lebih ya, dari yang kami punya, Merlin, kemarin kami mungkin bisa nurut dengan yang David katakan, sekarang sejak dia nikah sama kamu, dia jadi meraja lela, kadang sudah sebulan tak pulang-pulang!”

“Kak, bisa gak nyuruh David menceraikan saya, saya juga tak tahan hidup di antara kalian, kakak kira aku enggak pusing, sebentar didatangi kak Viona, sebentar didatangi Febri!” kata Merlin balik.

“Aku, yang nyuruh David untuk menceraikan kamu, bisa-bisa kena bogem nih muka!” kata Febri ketakutan.

“Nah itu tahu, atau aku saja yang bilang kalau kak Febri pengin kami cerai!” kata Merlin meledek.

“Jangan-jangan, ah sudahlah, nanti saja setelah kamu melahirkan, kita pikirkan lagi!” Febri mengelak permintaan Merlin. Ia sudah tahu pasti akibatnya jika melawan perkataan David.

“Yuk, kita ke rumah!” ajak David pada Febri setelah keluar dari kamar.

“Abang pergi dulu ya, sayang!” kata David pada Merlin lalu mencium pipinya istrinya itu.

Ya, baguslah, Merlin bersyukur jika interaksinya dengan David bisa berkurang. Ia berdoa semoga saja selama di sini David lebih banyak ke tempat istrinya berdua itu. Niatnya untuk berpisah sangat kuat, sehingga ini bisa dijadikannya alasan untuk menyegerakan perceraian ini.

Merlin benar-benar tidak menyangka, hidupnya akan seruwet ini. Ia merasa bahwa Tuhan sedang membalas perbuatannya menyia-nyiakan kesempatan yang  baik buatnya dulu. 

“Sabar ya, sayang, semoga kita bisa keluar dari sini, dan hidup berdua!” Merlin mengelus-elus perutnya. Ia sudah yakin bahwa David akan memperlakukan anaknya seperti anaknya pada istri sebelumnya.  

Terpopuler

Comments

yanti auliamom

yanti auliamom

Untung ibu mertua, kakak ipar baik.. setidaknya ada yang membela.

David pengennya punya banyak istri

2022-02-04

1

Reo Hiatus

Reo Hiatus

ada yang serius ditinggal.malah sama david

2022-01-19

1

Ufuk Timur

Ufuk Timur

sumpah deh sumpah, ,aku pernah ketipu modelan gitu. Jd dulu aku punya cowo yang punya 3 emak, secara bapaknya nikah sampe 3 kali. Nah kedua emaknya dia welcome sm aku, adeknya juga sama. kalo emak satunya blom sempet ngobrol krn rumah dia jauh. Aku kira dia orang baik baik lah yaa, , ehhh ternyata cowok ku ada biniknya🥴🥴🥴🤣🤣🤣 herannya itu si emak sm si adek kok juga ga ngomong gt lohh, ,Sama kek nasibmu Lin, ,Merlin

2022-01-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!