3. Mati Rasa

Rumah yang dikontrak oleh Merlin dan David merupakan rumah anjuran dari Emil, teman SMA Merlin. Rumah itu berada tepat di depan rumah Emil. Merlin tidak merasa sendiri saat David berada keluar kota. Sesekali David juga membawa Merlin ikut pulang ke rumah orang tuanya yang memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan.

“Masak apa sayang?” tanya David pada istrinya itu.

“Masak nasi goreng saja ya, sarapan kita?” jawab Merlin dengan senyum. Senyum yang ia paksakan. Merlin tak mau stres lagi. Ia takut kondisi kandungannya bermasalah. Jika ditanyakan apakah ia masih mencintai David. Perasaan itu sudah semakin memudar.

“Aku minta duit belanja lagi, boleh?” tanya Merlin dengan pelan.

Tiba-tiba David membanting piring lalu mendekati Merlin dan menjambak rambutnya.

“Apa kamu bilang, minta lagi? Apa kamu tak tahu, usaha sekarang lagi seret, abang saja sudah pusing ini!” kata david sambil medorong badan Merlin hingga kepalanya terantuk di tepi meja dapur.

Merlin mengaduh. Bukan sekali ini saja ia mendapat perlakukan buruk suaminya. Suaminya bagai mempunyai dua kepribadian. Jika satu waktu ia akan sangat sayang terhadap Merlin, satu waktu lagi dia akan menjadi sangat kasar. Tak peduli jika Merlin sedang hamil sekalipun. Pernah mata Merlin membiru saat ia hendak mengatakan ingin berpisah

Di depan cermin, Merlin mengompres lebam di kening dan di lengannya, bekas benturandan cengkraman tanga David. Air matanya tak berhenti, namun sudah tak mampu mengeluarkan suara. Cukuplah hatinya yang berbicara.

Sejak keluar dari rumah orang tuanya, tidak ada komunikasi antara mereka. Hanya sesekali adiknya yang datang berkunjung jika Merlin membutuhkan bantuan. Tetapi jika keadaan sudah seperti ini, Merlin tak ingin adik-adiknya ke rumahnya. Khawatir akan memperpanjang masalah.

“Maafkan aku sayang!” David memeluk istrinya yang masih mengompres lukanya itu.

Merlin tak bisa berkutik. Ia takut uneg-uneg dihatinya keluar tak terkendali. Ia takut akan mendapat perlakuan kasar lagi.

“Sudahlah, tak usah dipikirkan!” kata Merlin. Ia memang tak berdaya saat ini. Kondisi kehamilannya tidak memungkinkan ia untuk mengeluarkan tenaga ekstra. ia juga tak mau mati sia-sia. Ada orang tua yang harus ia yakinkan, bahwa dia adalah anak yang akan berbakti nantinya.

“Abang nanti akan cari uang, rencana keluar kota lagi, nanti abang transfer ya, nanti bisa kan minta temankan sama adiknya Emil”! Merlin mengangguk. Iya, jika David keluar kota Merlin akan ditemani oleh adik Emil. Takut terjadi sesuatu hal yang tak bisa ditangani sendiri.

***

“Ya, ampun, Merlin, nih tangan kenapa?” tanya Felisha, sahabat dari SMP Merlin. Merlin sengaja menelpon Felisha untuk sekedar bertandang dan berbagi cerita.

“Nih, kepalanya juga kenapa?” sambung Felisha.

Merlin yang tak kuat, lalu menutup muka dengan kedua tangannya lalu menangis. Felisha menenangkan diri Merlin. Tapi sebagai sahabat dia juga ikutan menangis. Merlin orang yang ceria saat masih sekolah harus mendapatkan hal yang tak pernah diinginkan oleh wanita manapun. Merlin menjadi banyak murung.

“Kamu, kenapa lagi?” tanya Emil yang tiba-tiba datang.

“Brengs*k si David itu? Kelakuannya sudah kayak bina*ang saja, Kamu harus tegas dong Lin, perkara kayak gini seharusnya kamu laporkan ke polisi!” kata Emil.

“Tapi, Mil?”

“Udah, gak papa, aku ada kok tante yang bekerja diperlindungan perempuan dan anak!”

“Aku gak ada uang, Mil?” cegah Merlin.

“Udahlah, besok palingan udah hilang bekasnya ini!” sambung Merlin lagi.

“Kamu yakin?” tanya Felisha.

“Doain ya, mudah-mudahan aku dan anakku selamat saat melahirkan!” ucap Merlin.

“Aamiin” doa mereka bersama.

***

“Nanti kamu persiapkan diri, kita berangkat malam!” kata David ketika sarapan.

“Berangkat? Kemana?” Tanya Merlin bingung.

“Kamu gak bisa melahirkan sendirian kan?, kamu melahirkan di rumah ibuku saja, lagian ibumu juga tak akan mau mengurusmu setelah melahirkan bukan?” sambung David.

“O!’ Merlin hanya menurut. Semua yang David katakan benar. Tidak akan ada orang yang akan menjaganya ketika melahirkan nanti. Orang tuanya bukan tak sayang, hati mereka sudah terlalu sakit, mengingat pernikahan anaknya bermasalah. Tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya bahagia. Jika Merlin diposisi orang tuanya, bisa jadi ia akan melakukan hal yang sama.

Merlin mempersiapkan pakaiannya dan pakaian David. Mereka berangkat selepas magrib dan akan sampai diperkirakan dini hari. Untuk perlengkapan melahirkan, David sudah meminta pada Viona dan Febri, istri pertama dan keduanya, untuk membantu mempersiapkan. Viona dan Febri termasuk istri yang penurut. David sangat mempertahankan mereka berdua. Usaha yang David bangun pun sangat maju di tangan mereka berdua.

Sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara secukupnya. Sesekali David mengusap perut Merlin yang sudah membesar. Merlin hanya diam melihat kelakuan suaminya. Perasaannya sudah hambar, mungkin bisa dikatakan hampir mati rasa.

“Hei, David, dari mana?” kata temanya ketika mereka berhenti untuk istirahat makan dan sekedar minum kopi buat suaminya itu.

“Dari kota, ini mau ke rumah orang tua!” jawab David.

“Ini istri kamu?” tanya temannya itu.

“Iya?” jawab David tanpa memperhatikan temannya itu.

“Yang keberapa?” tanya temannya itu seolah mengolok.

Merlin menatap penuh kebencian pada temannya dan David karena pertanyaan ini.

David yang tak suka denga pertanyaan itu langsung meminta Merlin untuk masuk ke dalam mobil.

“Tunggu aku di dalam mobil!” kata David.

Selang beberapa menit Merlin menunggu, David muncul dengan sedikit darah di sudut bibirnya.

David mencari kotak P3K. Merlin yang membawa tisu basah, segera mengelap darah yang ada di sekitar bibir suaminya itu.

“Kenapa?” tanya Merlin pada David.

“Aku memang bajingan dimata kau Merlin, tapi jika ada yang mengolok-olok kamu, mati bisa kubuat orang itu, walaupun itu temanku sendiri!” kata David sambil mengemudikan mobil dan memandangi jalan yang mereka lalui.

Merlin yang mendengar itu, hanya bisa diam. Bukan hanya perasaannya yang sakit selama bersama dengan David, namun juga fisiknya. Berat badannya tidak ideal bagi seorang ibu yang hamil. Namun, Merlin bersyukur, ia dan janinnya dinyatakan sehat. Sore tadi mereka memastikan dengan dokter kandungan. Mereka juga meminta obat untuk penguat janin ketika dalam perjalanan.

“Apa bisa seorang yang membagi cintanya, bisa mencintai dengan tulus?” tanya Merlin.

“Aku menyayangimu Merlin, percaya dengan Aku!” kata David.

“Aku ingin, kamu dan anak kita selamat nanti lahiran!” sambungnya. Ada setetes air di ujung mata David . Merlin melihatnya sekilas. Ia takut air mata itu mampu menumbuhkan lagi cinta yang semestinya hadir. Ia hanya akan menjadi duri bagi kebahagiaan dua istrinnya.

Mereka telah sampai di depan rumah orang tua David.

“Aku mohon Merlin, jaga sikap, jangan tampakkan kebencianmu sama Aku< sungguh aku tak sanggup jika harus berpisah denganmu!” mungkin kehadiran anak yang dikandung Merlin membuat perasaan cinta David kepadanya semakin menggebu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

Lika liku kehidupan

2022-04-27

0

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

mampir lg semangat selalu ya

2022-02-24

0

yanti auliamom

yanti auliamom

Cinta, masak gitu?

2022-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!