Claudia menatap Kinara dengan heran, ia teringat akan skill Kinara yang luar biasa yang sungguh di luar ekspektasi nya.
Kinara yang merasa jika Claudia Sedari tadi menatap, menoleh dan memberi isyarat dengan anggukan seolah bertanya ada apa. Kenapa melihat ku seperti itu!.
"Kinara, Kamu itu sebenarnya siapa, sih? Dari mana kamu mendapatkan ilmu beladiri yang seperti tadi?" tanya Claudia dengan wajah yang masih sangat penasaran, mengingat saat Kinara berani memakai tangannya mengambil lipan saat di restoran beberapa hari yang lalu, dia juga berani mengunci Revan di toilet wanita, mengunci Seorang Revan yang di eluh-eluhkan seisi sekolah dan sekarang ia mampu menahan orang yang hampir saja melukainya dengan pisau dan menghajar beberapa orang hanya dalam waktu singkat. Mereka bahkan bukan seusianya.
Semua itu benar-benar di luar pemikirannya, sangat jauh berbeda dengan kinara yang selama ini ia kenal.
Semua hal-hal yang sudah terjadi menunjukkan kalau Kinara bukanlah orang yang biasa, Kinara bukanlah gadis cupu yang dulu, kini ia jauh lebih kuat bahkan lebih kuat darinya.
"Kau tahu, aku sangat bangga bisa mengenalmu, kau benar-benar hebat. Aku jadi menyesal tak menjadikanmu salah satu temanku sejak dulu, kau bahkan lebih hebat dariku," ucap Claudia kagum dengan sosok Kinara.
"Jangan terlalu memujiku, pujianmu itu tak akan membuat kita menjadi akrab. Aku hanya kebetulan lewat saja dan melihatmu."
"Kau belum menjawab pertanyaan, kamu benar-benar berubah, mengapa kamu baru melawan sekarang, mengapa ku membiarkan mereka terus mem-bully mu?"
"Kau tau mereka semua sering membully ku, mengapa kau tak membantu dan hanya melihat saja, aku lihat kau cukup berpengaruh di sekolah."
"Aku bukannya tak mau membantu, aku hanya malas ikut campur masalah semacam itu," sanggahannya.
"Apa kau tau bagaimana perasaan mereka saat dibully, sangat menyakitkan. Kau bisa saja membantu, tapi memilih mengabaikannya dengan alasan malas, kau lebih kejam dari para pembully itu," ucap Kinara memilih pergi.
Claudia berjalan mengikuti Kinara.
"aku bukan pembully, aku juga menentang perbuatan saling mem-bully."
"Kau menentang, benarkah? kau tak menentang, kau mengabaikannya."
"Kau sendiri, apa kau merahasiakan sesuatu? kau merahasiakan hal besar dari semua, iya kan?" Claudia kembali bertanya saat melihat Kinara tak menjawab pertanyaan pertamanya.
Kinara melihat ke arah Claudia ia ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Namun, ia kembali mengurungkan niatnya, Kinara merasa belum saatnya Claudia mengetahuinya, belum saatnya ia membuka jati dirinya, yang ia sendiri masih belum paham apa yang terjadi padanya.
"Aku hanyalah Kinara," jawabnya.
"Ya, aku tahu kau itu Kinara, tapi siapa dibalik sosok Kinara yang sekarang, Sejak kapan kamu memiliki kemampuan bela diri dan keberanian. Kinara yang ku kenal hanya gadis lemah yang menerima apapun yang terjadi padanya, itu sama sekali bukan dirimu,"
"Kau akan mengetahuinya suatu saat nanti, siapa dan bagaimana aku ini," jawab Kinara tersenyum penuh kemenangan melihat wajah penasaran dari Claudia.
"Apa kau masih ingin disini? Atau kau boleh ikut denganku. Aku sedang buru-buru aku ingin kembali ke rumah lebih cepat," ucap Kinara mengambil tas yang dipegang oleh Claudia dan mempercepat langkahnya.
"Tunggu aku, aku ikut," ucap Claudia berlari di belakang Kinara dan mengikutinya, ia tak ingin berlama-lama disana takut jika para gerombolan tadi akan datang lagi mengganggunya.
"Hati-hati ada bahaya," tiba-tiba Kinara mendengar suara-suara yang terus saja memperingatinya jika ada bahaya.
Kinara menoleh, tapi tak ada siapapun disana, Kinara berpikir mungkin saja peringatan itu bukan untuknya dan ia pun terus berjalan cepat dalam pikirannya ia harus cepat sampai sebelum ayahnya semakin marah.
"Hati-hati ada bahaya," peringatan itu terus saja terdengar olehnya. Namun, Kinara terus mengabaikannya.
"Hati-hati ada bahaya," peringatan itu kembali terdengar, Kinara menghentikan langkahnya dan menyadari kalau di depannya ada berbau darah.
"Menepi," ucapnya menarik Claudia untuk bersembunyi, di balik dinding. Claudia yang melihat Kinara mengatakannya dengan serius, mengikuti apa yang dilakukan Kinara.
Tiba-tiba di belakang mereka ada bayangan besar yang menuju ke arah mereka berdua. Kinara yang bisa merasakan bahanya langsung mendorong orang itu dan menarik Claudia.
Mereka menghentikan langkahnya saat mendengar langkah-langkah yang lebih banyak yang mendekati mereka.
"Kita harus cepat pergi dari sini," ucap Kinara, tapi mereka sudah terlambat.
Langkah-langkah itu berasal dari langkah 5 orang pria bertato yang menuju ke arahnya.
Claudia merasa takut dan sedikit memundurkan langkahnya, ia melihat mereka semua berwajah sangat jahat, bukan hanya itu mereka membawa pistol dan pisau di tangan. Berjalan dan terus menatap mereka berdua dan mengarahkan pistolnya pada mereka.
Kinara yang sudah terbiasa dengan senjata api tak gentar sedikitpun.
"Tetaplah di belakangku," bisik Kinara pada Claudia yang sepertinya sangat ketakutan melihat mereka semua berjalan semakin mendekat.
Tanpa kata mereka langsung menyerang Kinara dan Claudia.
Kinara dan Claudia dianggap seksi mata atas kejahatan yang mereka lakukan dan harus di singkirkan.
Perkelahian pun terjadi antara Kinara dan kelima orang tersebut, walau benar-benar tak seimbang. Namun, Kinara mampu mengalahkan mereka semua dan memukul mereka hingga mereka semua kalah dan melarikan diri, beberapa dari mereka bahkan terluka karena senjata yang mereka bawa.
Mereka langsung kabur dengan mobilnya.
Kinara melihat seorang laki-laki yang terluka tak jauh dari mereka, pria itu seperti sasaran dari kelima pria bertato tadi yang sudah dikalahkannya.
Laki-laki itu berusaha untuk berdiri sendiri dengan luka yang ada di tubuhnya dan pergi tanpa mengucapkan terima kasih kepada Kinara yang telah menyelamatkan nyawanya.
ia hanya melihat mereka.
Kinara hanya mengangkat bahunya melihat pria itu pergi begitu saja, ia tak mau mengambil pusing, dia juga tak mengenal orang itu.
"Bener-bener ya orang itu, udah kita tolongin langsung pergi gitu aja, bukannya bilang terima kasih," sahut Claudia yang berjalan menghampiri Kinara.
"Sudahlah kita juga tak mengenalnya, mungkin dia sedang terburu-buru," ucap Kinara melanjutkan perjalanannya.
Satu nada pesan masuk di ponselnya, Kinara merogoh ponselnya yang ada di tasnya, kemudian melihat isi pesan tersebut.
Kinara menghela nafas kasar membuat Claudia khawatir jika Kinara mengalami cedera karena perkelahian tadi.
"Ada apa kamu baik-baik saja?" tanya cemas.
"Aku terlambat, sepertinya Ayah sudah marah padaku," ucapnya memperlihatkan pesan dari ayahnya. Dimana tertulis dipesan itu jika ayahnya mengatakan kan bahwa ia tak perlu lagi kembali ke rumah seterusnya…
"Kau tak usah khawatir, karena kau sudah menyelamatkan ku aku akan membalas kebaikanmu."
"Maksudmu?" tanya Kinara tak mengerti.
"Ayahmu itu rekam bisnis papaku, aku akan menemanimu pulang dan mengatakan jika kamu terlambat karena aku."
"Benar juga, aku bisa memanfaatkan nya," batin Kinara.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Terima kasih sudah membaca 🙏
LIKE, VOTE ,DAN KOMENNYA🙏
M Anha ❤️🙏
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘯𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘒𝘪𝘯𝘢𝘳𝘢
2023-04-23
1
Dhika Ahmad
OMG bener-bener ya ni orang ya ,udah ditolongin selamat dari kematian juga ,gk ada rasa tetima kasihnya....heran aku tuh..
2022-06-21
6
Eni Purwanti
Claudia gantian nolongin Kinara...
2022-06-03
5