Alvin terus memeluk Aluna memasuki kamar inap neneknya, pria itu memeluk erat pinggang Aluna yang dari tadi berusaha melepasnya.
"Tuan! Tidak bisakah Anda melepas pelukannya," ucap Aluna merasa risih apalagi dua orang petugas polisi tadi melihatnya terus.
"Jadilah istriku di depan nenek!" ucap Alvin terus memeluk erat Aluna. Alvin tidak tahu kalau wajah Aluna sudah sangat memerah kala itu.
Dia benar-benar membuatku tidak bisa bernapas. Batin Aluna.
Sedangkan Helen, wanita itu terus memandang tidak suka ke arah mereka. Kemesraan yang ditunjukkan Alvin di depan membuat hatinya begitu panas.
Nenek Alma begitu kegirangan begitu Aluna muncul di depan pintu, "Luna!" Mata Nenek Alma begitu berbinar, "Kemari duduklah disini, Nak"
"Halo nek, bagaimana kondisi nenek apa sudah baikan?" tanya Aluna mendekati Nenek Alma.
Wanita berambut panjang lurus itu mendudukkan pantatnya di kursi yang terletak di depan kasur neneknya.
"Terima kasih Luna kamu sudah menolong nenek," sahut Nenek Alma, "Aku sempat tidak percaya kalau kamu bisa sejago itu dalam mengendarai mobil."
"Itu masih belum terbiasa, Nek" sahut Aluna.
Aluna tersenyum sambil memegang tangan keriput wanita tua itu. Walaupun di dunia nyata Aluna adalah sosok yang urakan, namun hatinya begitu lembut ketika menghadapi wanita tua yang sedang terbaring lemah di kasur itu.
Nenek Alma mengelus pipi Aluna dengan pelan, "Aku tahu kamu adalah anak yang baik, Luna. Nenek sangat menyayangimu," ucap Nenek Alma berusaha memeluk Aluna namun gadis itu tidak membolehkan Nenek Alma memeluknya.
"Jangan terlalu banyak bergerak, Nek. Aku juga menyayangimu," ucap Aluna memajukan tubuhnya di dekat Nenek Alma.
"Nenek mau kamu menemani nenek di sini, Luna" pinta Nenek Alma memohon.
Aluna mengangguk mencium tangan Nenek Alma, Walaupun baru beberapa kali bertemu Aluna sudah menganggap wanita tua itu adalah neneknya.
Alvin bersama Helen mendekati neneknya.
"Nek, Maafkan Alvin dan Luna harus meninggalkan nenek. Kami harus datang ke kantor polisi sekarang. Gara-gara Luna mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi tadi. Alvin janji setelah selesai memberi pernyataan kepada polisi, kami akan segera kembali ke sini, Nek" ucap Alvin sangat terpaksa.
Mendengar itu terlihat perubahan raut muka Nenek Alma. Baru sebentar merasa senang karena kehadiran Luna, kini kembali sedih lagi.
"Nenek, Luna janji akan menemani nenek lagi di sini," Aluna kembali mencium tangan wanita tua itu.
Nenek Alma tersenyum sembari mengelus rambut Aluna, "Maafkan sifat nenek kemarin-kemarin, Luna"
Aluna yang mendengar itu tentu saja hanya mengiyakan apa yang diucapkan wanita tua itu.
"Kemarin Nenek sempat membuat kesalahan kepadamu?"
"Nenek jangan banyak pikiran. Luna sudah melupakannya," sahutnya.
Alvin kembali mendekati neneknya, Berbicara pelan di dekatnya, "Nenek, kalau perlu apapun ada Helen yang akan menemani nenek di sini, benarkan Helen?" ucap Alvin melihat kepada Helen yang dari tadi duduk terdiam.
Wanita yang dipanggil Helen itu lalu mendekati Nenek Alma, "Benar, Nek. Aku akan menemanimu di sini," sahutnya.
"Kalau nenek ingin makan atau apa pun, Helen yang akan melakukannya," ucap Alvin lagi. Helen kembali mengangguk.
Petugas polisi masih menunggu di luar, Alvin yang melihatnya langsung berpamitan kepada neneknya, "Alvin dan Luna pergi dulu ya, Nek"
Nenek Alma yang dari tadi menghiraukan Helen tidak sanggup ketika melepaskan tangan Aluna dari genggamannya, wanita itu sebenarnya enggan membiarkan Luna pergi lagi.
"Aku segera kembali, Nek. Kalau urusan kami sudah selesai," ucap Aluna mencium kening Nenek Alma berpamitan.
Semenjak pertama bertemu, Aluna begitu sangat bersimpati dengan Nenek Alma. Apalagi ketika melihat wanita tua itu sangat menyayanginya, Aluna begitu sangat terharu sekaligus sedih melepas genggaman tangannya.
Dalam hatinya, Aluna berjanji akan menyelesaikan misinya di dunia novel karena melihat kasih sayang nenek kepadanya. Lagipula dengan dekatnya ia dengan Nenek Alma dapat membantunya dalam menyelesaikan misi.
Aku janji kalau ada waktu akan menemanimu, Nek. Batin Aluna.
Satu jam kemudian.
Alvin bersama Aluna sudah ada di kantor polisi. Selama proses penyelidikan, Alvin berusaha membela Aluna. Alvin juga mengatakan ia akan bertanggungjawab atas semua pelanggaran yang dilakukan Aluna.
Setelah Alvin memberikan keterangan kepada polisi. Pria itu teringat kembali saat Aluna pergi begitu saja saat ia sudah memberikan kartu black card miliknya. Alvin menarik tangan Aluna, Membawanya ke sudut ruangan yang tidak ada orang yang melihatnya.
"Ikut Aku!" ketus Alvin, tangannya menarik keras tangan Aluna. Seandainya gadis itu adalah wanita lemah sudah pasti ia akan merasakan sakit karena tangan Alvin yang menariknya begitu keras. Dengan sangat terpaksa Aluna membiarkan ia dibawa Alvin ke sudut ruangan.
"Katakan padaku! Dari mana saja kamu setelah mendapatkan kartu bank milikku? Apa kamu bertemu dengan Devan lagi?" Tatapan mata Alvin kepada Aluna begitu mencecar seperti tatapan seorang iblis yang menyeringai.
Aluna yang sudah dipojokkan ke sebuah dinding oleh kedua tangan Alvin, terus saja diam melihat wajah tampan pria di depannya. Kalau tidak sekejam itu, sudah jelas Aluna begitu mengaguminya.
"Aku tidak bertemu dengan siapapun, Tuan. Bahkan lelaki yang tadi Anda sebutkan pun aku tidak menemuinya," jawab Aluna begitu santai.
Alvin kembali mencecar mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Aluna, mereka hanya berjarak beberapa inci saja.
"Lalu untuk apa kamu meminta kartu bank milikku?" ketus Alvin menatap tajam.
Hembusan nafas Alvin begitu berasa di wajah Aluna. Jelas saja dadanya bergemuruh ketika Alvin begitu dekat dengannya. Belum ada satu laki-laki pun berani menyudutkannya seperti ini. Aluna yang bersandar di tembok tidak bisa menjauhkan tubuhnya dari Alvin. Bahkan ia tidak berani menatap balik Alvin.
Menurut sistem, Aluna tidak boleh mengatakan misinya kepada Alvin. Jelas saja ketika Alvin bertanya untuk apa ia meminta kartu bank miliknya, Aluna tidak bisa menjawab kalau ia sedang menjalankan sebuah misi.
Aluna merasa kesal karena ada pria yang begitu pelit terhadap istrinya, Bagaimana mungkin ada suami yang begitu detail menanyakan pengeluaran istrinya. Aluna yang kesal menyerahkan kembali kartu bank kepada Alvin.
Aluna menaruh kartu bank di dada Alvin dengan keras menggunakan tangannya, "Aku hanya memakai beberapa ratus ribu untuk membayar taxi. Aku kembalikan kartu ini kepadamu," ketus Aluna marah.
Alvin tak puas dengan jawaban Aluna. Pria itu benar-benar sudah emosi begitu membayangkan kalau Aluna benar telah bertemu lagi dengan Devan.
Tiba-tiba, tangan Alvin mencengkeram keras leher Aluna dengan kasar.
Alvin yang sedang emosi kembali menyudutkan Aluna, "Lihat saja, Kalau sampai berani kamu mengkhianati ku aku tak segan menyakitimu lebih dari ini. Bahkan Devan akan aku habisi," pekik Alvin begitu marah.
###
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Nanik Lestari
bilang shopping apa susahnya
2023-04-08
0
Septi Verawati
cemburu buta,, cari bukti dl br merong2 🤦♀️🤦♀️😜😜😜
2022-12-07
0
Mira Kristanty
sorry ceritanya banyak yg gue skip thor, karena ngebosenin
2022-04-08
2