Makan malam

Makan malam

Setelah berbincang lama dengan Kakaknya tadi sore, Vera bergegas ke kamar mandi. Setengah jam kemudian dia keluar lagi dari ruang berganti baju dengan setelan piyama celana pendeknya. Berjalan keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan. Saat tiba, dia melihat Arian duduk sambil menunggu, sementara Aliya sibuk menyajikan hidangan makan malam bersama Bik Minah kepala pelayan di meja makan.

"Malam sayang." Ujar Aliya sesosok wanita hangat namun tegas ini menyapanya. "Mari makan, kami sudah menunggumu dari tadi."

"Malam mah, malam Kak. Maaf sudah buat kalian menunggu lama" Vera menarik kursi lalu duduk bersebelahan dengan Arian

"Apa Mama tidak tahu dengan kelakuan Vera tadi? Tidurnya itu kan mirip banget sama anak kebo. Dan jika tidak di bangunkan, mungkin sampai malam juga, dia gak akan terbangun dari mimpinya." Arian mulai mengadu

Aliya menatap Vera tajam setelah mendengarnya. Ada rasa malu pada Arian dalam hatinya. Merasa dirinya kurang mendidik Vera dengan baik. Padahalmah kurang baik apanya coba. Dari sekian banyaknya orang di keluarga itu, hanya Aliya yang paling memperhatikannya. Sebagai seorang Ibu Aliya tentu rela melakukan apapun demi menjaga nama baik dan mass depan anaknya menjadi yang terbaik.

"Hehe.." Melihatnya nyengir tanpa dosa Aliya langsung menarik pipinya tanpa aba-aba "Aaaaah sakit mah." Merengek

Rasain kamu. Kata Arian dalam hati sambil menyeringai

"Kamu ini yah. Mau sampai kapan tidur siang lama-lama begitu? Ingat Vera kamu itu sudah besar, sudah remaja. Apa kamu tidak malu sama Kakak mu. Terus kalau kamu nanti punya suami bagaimana? Apa kata suami kamu nanti hah?" Aliya berapi-api

"Ampun mah ampuuuun. Lagi pula kan Vera gak sengaja kok" Malah membela diri sambil memegang tangan Aliya agar melepaskan cubitannya.

"Gak sengaja kata mu?" Aliya melotot

"Iya" Jawabnya santai membuat Aliya semakin marah lagi.

"Setiap hari tidur siang selama itu, massa di bilang gak sengaja." Arian menimpali

"Hehe" Vera mengaku salah

Kenapa cubitannya semakin keras. A' sakit sekali, pipi ku sakit.

"Ampun maaah Vera janji. Vera gak akan ulanginya lagi. Sekarang lepasin tangannya ya mah, pipi Vera sakiiit" Merengek lagi.

"Awas ya! Janji kamu jangan di ingkari. Kalau sampai terjadi lagi. Mamah gak mau bicara lagi sama kamu titik." Kata Aliya tegas

Vera mengangguk saja tidak berani melawan Mama yang lagi ngamuk ini. Dan Akhirnya Aliya melepaskan cubitannya lalu duduk berhadapan dengan kedua anaknya.

Lihat saja kamu Kak. Aku akan membalas mu nanti

Vera langsung mendelik sambil mengusap pipi yang sudah memerah dengan tangannya

"Hehe, lagi pula, siapa suruh kamu tidur siang lama-lama. Buat anak gadis itu gak baik. Apa kamu gak takut, kalau mata mu membusuk dan badan mu jadi gemuk gara-gara banyak tidur?"

"Hahaha! Kakak yang super menyebalkan. Bukannya Kakak sudah tahu ya. Walaupun aku banyak makan dan tidur, badan ku tetap begini dan gak pernah menjadi gemuk kan?"

Mungkin Vera memang di takdirkan begitu. Tubuhnya tetap stabil meski terlalu banyak makan dan tidur, berat badannya tidak pernah bertambah atau menurun sekalipun. Karena itu alasannya kenapa badannya terlihat imut. Kalau saja Arian memeluk tubuhnya sangat pass sekali dalam dekapannya. Layaknya memeluk seekor anak kucing yang kedinginan.

Tak!

Arian menyentil kening Vera

"A' sakit" Ujar Vera sambil mengusap keningnya berulang kali. "Iiiiih Kakak memang nyebelin" Menggerutu

"Kalau Kakak lagi nasehati. Seharusnya kamu dengarkan dan turuti apa yang Kakak katakan. Bukannya malah di bantah. Ngerti?" Kata Arian tegas

"Kalian berdua sudah jangan bertengkar lagi." Aliya menyela, membuat Vera dan Arian melihat kearahnya bersamaan "Lebih baik kalian habiskan dulu makanannya, nanti keburu dingin."

"Siap bos!" Jawab Vera singkat sambil melakukan hormat ala kapten. Sedangkan Arian hanya mengangguk saja. "Bik! Tolong buatkan aku susu coklat hangat dong" Ujar Vera lagi pada Bik Minah yang sedari tadi menunggu sambil berdiri di belakang meja makan.

"Baik Non." Jawab Bik Minah

"Aku juga mau dong Bik" Arian tidak mau kalah dengan Vera sepertinya

"Baik Tuan" Bik Minah menundukkan kepalanya sekali sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan meja makan

"Huu dasar! Kakak selalu saja mengikuti semua kesukaan ku. Tapi.... untung saja sih Kakak gak mau mengikuti gaya penampilan ku. Dan kalau sampai itu terjadi! Aku gak bisa membayangkan deh. Bagaimana Kakak jadinya nanti." Ucapnya santai

"Siapa juga yang mau mengikuti semua kesukaan kamu" Arian sewot "Sedari dulu kan, Kakak suka juga sama susu coklat."

"Hmmm, ngeles terus"

Aliya tersenyum

"Vera dengar, daripada kamu ikut acara perpisahan di sekolah nanti. Lebih baik kamu ikut saja ke Raja Ampat temani Kakak kamu. Mama yakin kamu pasti lebih nyaman dan terhibur di sana" Ucap Aliya antusias

Terhibur! Mimpi kali ya. Bukannya terhibur yang ada malah tertekan. Mamah selalu saja begini. Bahkan di saat terakhir kali bertemu dengan teman sekelas ku sekalipun. Mamah tetap egois gak pernah mau mengerti perasaan ku.

"Selalu saja begitu, Mama gak pernah izinkan aku pergi kemana-mana. Memangnya Vera ini bocah pingitan apa?" Vera menggerutu

Aliya menarik nafas dalam

"Di mata Mama kamu tetap anak kecil. Dan selamanya mama akan menganggap mu begitu. Karena mama gak mau kehilangan kamu!" Kata Aliya tegas

"Iya sayang, saran Kakak, lebih baik kamu ikut Kakak saja ke Raja Ampat, ada banyak pemandangan pulau yang indah loh disana. Kakak yakin kamu pasti suka." Arian berhenti sejenak, saat melihat Vera hanya diam sambil mengaduk nasi dengan sendok di piringnya berulang-ulang, sebal. "Dan Kakak mau kenalin kamu sama temen Kakak" Arian melanjutkan kalimatnya dengan tidak mau tahu.

"Kenalin aku?" Vera menoleh sebentar lalu kembali bermain lagi dengan nasinya. "Tumben, lagi pula... Vera kan canggung gak kenal lagi. Karena gak terbiasa di kenalkan sama orang. Apalagi keluarga sendiri. Gak ada sejarahnya. Jadi, percuma saja kan?"

"Vera sayang kamu tenang saja. Teman Kakak itu orangnya baik kok dan juga mudah akrab. Kamu pasti menyukainya"

"Vera gak mau! Dari pada ikut dengan Kakak, lebih baik... Aku diam saja di rumah. Membosankan" Kata Vera dengan gaya manjanya.

Melihat tingkahnya yang semakin keras kepala, Arian meletakkan sendoknya meneguk cepat segelas air putihnya sampai kandas. Dan Aliya tahu itu artinya Arian lagi menahan amarahnya.

"Vera! Apa kamu yakin, kamu gak mau ikut dengan Kakak kamu?" Aliya mulai beraksi dengan tatapannya yang menusuk.

Mama dan Kakak bisanya cuma mengancam! Gak peduli dengan kemauan ku. Menghadapi keluarga begini setiap hari. Rasanya bagaikan terkurung di kandang singa.

"Iya iya aku mau" Jawab Vera dengan malasnya sambil melirik Arian. "Kenapa Kakak jadi senyum-senyum begitu?"

Arian masih tersenyum, tangannya terulur seiring dengan wajahnya yang mendekat, lalu membelai rambut Vera mengalirkan semua kasih sayangnya

"Adik yang baik selalu nurut kan?" Ucapnya lembut di barengi dengan pandangan tajam penuh mempesona

Degh degh

Gila! Kenapa Kakak melihat ku dengan tajam begitu sih. Bikin aku malu saja.

Batin Vera dalam hatinya

"Ini susu coklatnya Non" Vera baru tersadar saat Bik Minah meletakkan segelas susu di sampingnya

"Makasih yah Bik" Ucap Arian setelah menerimanya

"Iya sama-sama Tuan" Jawab Bik Minah lalu berdiri lagi di belakang meja makan

"Arian nanti kalau kamu sudah selesai makan. Mama tunggu di ruang kerja mu. Ada yang mau Mama bicarakan sama kamu." Aliya bicara.

"Iya Mah"

Vera mengerutkan keningnya aneh

"Bicara apa?" Meraih segelas susu lalu meneguknya sekali "Kok bicaranya di ruang kerja?" Tumben

"Kamu penasaran banget ya." Arian mengejek

"Enggak juga" Menjawab acuh sambil menaruh susu coklatnya kembali di meja

"Oya! Kalau enggak, kenapa bertanya barusan?" Ejek Arian lagi

Vera mendelik

"Siapa juga yang bertanya-tanya?'' Vera tidak mau kalah "A, sakit" Lagi-lagi kening mulusnya di sentil Arian gemas

"Itu hukuman mu" Arian tersenyum. "Karena kamu gak mau mengaku salah."

"Iiih nyebelin banget sih jadi Kakak"

Aliya menggeleng sambil senyum melihat keduanya yang mulai berceloteh kemana-mana. Sepasang anak yang begitu harmonis

***

Dalam ruang kerja

Saat Arian dan Aliya terlihat sedang berbincang terkait dengan bisnis perusaan mereka. Seorang pengawal pribadi Arian muncul tiba-tiba. Lelaki itu bernama Deni, dia ditugaskan mengawasi kegiatan apapun yang di lakukan Vera saat sedang di luar.

Dalam rumah gadis itu memang penurut, tapi siapa sangka jika di luar sangat berbeda. Dia adalah seorang gadis yang mandiri periang, pemberani dan penuh percaya diri. Tapi sayang, karena tidak di izinkan berteman dekat dengan siapapun oleh Keluarganya. Mau tidak mau dia selalu menjadi bahan ejekan teman perempuan sebangkunya. Karena tidak boleh merasa jatuh cinta maupun di cintai orang lain.

"Selamat malam Nyonya Besar dan Tuan Muda"

"Malam Den ada perlu apa?" Arian bertanya

"Maaf Tuan Muda, kedatangan saya kemari ingin memberikan Anda laporan tentang kegiatan Nona Vera hari ini." Setelah menjawab Deni menaruh amplop berwarna coklat di atas meja

"Bagaimana keadaanya? Dia baik-baik saja?" Sambil membuka amplopnya Arian bicara.

"Baik sekali Tuan, selebihnya Nona hanya bermain dengan temannya di sekolah. Namun saya heran, baru kali ini saya melihat Nona duduk termenung saat menunggu angkot di depan warung sekolah Tuan Muda." Berhenti "Saya rasa... sepertinya Nona sedang sedih."

Sedih! Pasti gara-gara dia merasa yakin. Kalau Mama dan aku tidak mau memberinya izin mengikuti acara perpisahan di sekolahnya itu.

"Baiklah. Sekarang kamu pulanglah dan istirahatlah di rumah mu." Jawab Arian lagi setelah selesai melihat beberapa lembaran foto yang di berikannya.

"Baik Tuan Muda, terimakasih. Saya permisi "Deni menundukkan kepala sekali sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

"Kamu masih saja melakukan hal seperti ini pada Adikmu" Kata Aliya setelah Deni menghilang di balik pintu yang tertutup". Saran Mama setelah dia lulus nanti, biarkanlah dia menjadi dirinya sendiri. Dia sudah besar dan kamu tidak perlu mengawasinya dengan ketat lagi."

"Sampai sejauh ini Mama selalu menyerahkan semua urusan Vera pada ku kan. Jadi Mama gak usah khawatir, aku melakukan ini semuanya demi kebaikan Vera. Aku hanya ingin menjaga dan melindunginya dengan baik Ma."

"Mamah mengerti, kamu melakukannya karena kamu sayang sama Adik mu." Aliya tersenyum "Baiklah, kalau itu memang mau kamu, mama gak bisa melarang mu. Kalau begitu mamah tinggal dulu ya. Ini sudah larut Mama mau istirahat dan tidur. Selamat malam sayang."

"Malam Mah"

Aliya mencium kepala Arian dengan penuh kasih sayang. Setelahnya dia pergi meninggalkan Arian sendirian di ruang itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!