NTM : 1.6

Aku terhenyak. Pikiranku mendadak kacau balau karena kemungkinan benar kalau aku telah menyebut-nyebut namanya. Tapi tetap saja, aku harus memastikannya lebih dulu sebelum menarik kesimpulan demikian!

"Bi,"

"Hemm?" Gumamnya tanpa repot menoleh ke belakang, ke arahku.

"Tadi... apa gue nyebut nama lo pas tidur? Itu beneran ya? Lo... dengar itu dengan jelas emangnya??" Tanyaku dengan suara hati-hati.

Bian terdiam sesaat. Dia hanya berjalan lambat di depanku tanpa bersuara. Lalu kemudian kudengar dengusan keras darinya. Yang lantas membuatku memicingkan mata, merasa agak kesal karena sikapnya. Emang sebegitu melelahkan yaa untuk menjawab pertanyaanku itu?!

"Kalau nggak inget dan merasa, nggak perlu ditanya. Ntar lo yakinnya gue yang mengada-ngada lagi," jawabnya tak acuh.

Aku mendengus kesal padanya. Mataku menyipit. Mengutuknya dari belakang.

Kenapa sih dia itu? Meski biasanya menyebalkan namun malam ini entah kenapa aku merasa kalau dia lebih emosian dari pada biasanya.

Sangat-sangat menyebalkan. Huh!!

***

Begitu kami tiba di ruang makan, suasana di sana ternyata sudah ramai. Aku lantas cepat bergabung untuk duduk bersama di antara yang lain. Saat aku hendak menggeser kursi, tiba-tiba aku mendengar derit suara kursi yang digeser mengikutiku. Arahnya tepat di hadapanku. Tanpa kulirik atau menoleh ke arahnya, aku langsung tahu siapa pelakunya.

Tentu saja dia, Fabian Samudra. Siapa lagi?!

Di saat yang lain menikmati makan malam ini sembari bicara dan bercanda dengan obrolan ringan, aku hanya terdiam dalam posisi menikmati sepiring makanan di hadapanku.

Entah mengapa aku masih kepikiran dengan mimpiku tadi. Meski hanya mimpi tapi aku bisa merasakan kesedihan yang nyata di dalam diriku saat memikirkannya kembali. Dan... apa benar yang dikatakan Bian tadi? Soal aku yang menyebut namanya di kala tidur??!

"Re," Mbak Citra yang duduk di sampingku menyenggol bahuku, membuatku sedikit terkesiap dan lantas menoleh ke arahnya.

"Cepet dimakan, jangan diam aja!" Serunya memperingati.

Karena kepikiran dengan mimpi dan ucapan Bian tadi, aku jadi melamun sendiri. Aku nyengir. Hanya bisa mengangguk menuruti titahnya Mbak Citra, kakak sulungku ini.

Ya, mungkin aku belum menjelaskan status Mbak Citra dalam keluargaku ini. Jadi, Mbak Citra, atau nama lengkapnya adalah Citra Rahayu. Dia adalah kakak tertuaku, anak pertama dari dua bersaudara di keluarga ini. Benar, aku adalah anak bungsu. Orang tuaku, Tuan Adli dan Nyonya Hesti, hanya punya dua anak saja selama lebih dari 25 tahun pernikahan mereka. Sementara, Mas Aji, dia adalah suami Mbak Citra yang telah dinikahinya kurang lebih setahun yang lalu. Sampai hari ini mereka masih hidup berdua, karena memang belum dikaruniai seorang buah hati di tengah-tengah keluarga kecil mereka. Maka dari itu, keluarga ini masih terlihat tenang dan damai, bukan? Meski sebenarnya adanya kebisingan anak kecil itu akan jauh lebih baik. Namun aku selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa, agar kakak dan kakak iparku ini lekas dikaruniai buah hati yang lucu-lucu. Aamiin!

Dan kemudian, Om Heru mulai berbicara--membuka obrolan di tengah-tengah keheningan yang sempat melanda meja berbentuk persegi panjang ini beberapa saat. Aku yang mulanya ingin berbicara pada Mbak Citra perihal Uti yang tiba-tiba terpikirkan karena mengingat mimpi tadi itu pun, membuatku langsung mengatupkan bibirku cepat dan menyimak apa yang ingin beliau bicarakan.

"Kalau dua keluarga akur terus begini, rasanya nyaman sekali yaa..." Seloroh Om Heru mulai pembicaraan.

"Iya, Her, senang juga melihat anak-anak kita bisa bersama begini." Ayah ikut menimpali.

Dalam hati aku tertawa sinis. Ayah dan Om Heru hanya tak tahu saja kalau ternyata anak-anak mereka ini saling bermusuhan bahkan sudah sejak lama!

Tanpa sadar aku malah menatap Bian yang duduk di depanku, yang saat ini sedang sibuk mengunyah apel sebagai menu pencuci mulutnya. Saat dia sadar bahwa dia kini sedang kuamati, lantas seketika itu dia melotot kepadaku sambil menggerakkan bibir dengan tanpa suara. Yang bisa aku baca sebagai kalimat "apa lo lihat-lihat" itu.

Aku mendengus saja untuknya. Menegaskan bahwa aku amat-sangat tak tertarik padanya, dan khilaf saja aku sampai mengamatinya seperti tadi. Huh!

____________________

P.S :

Tulisan "NTM : X.X" artinya SUDAH REVISI

sedangkan "BAB X.X" artinya BELUM REVISI

Terpopuler

Comments

galuhname

galuhname

semangat re... 💪💪💪

2020-11-07

0

Merry Do Rego

Merry Do Rego

ini kayak pelajaran bahasa indonesia di sekolah

2019-12-23

0

mommy3H

mommy3H

terlalu bnyak certa... kapan nikah.ya...

2019-12-21

6

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!