"Hallo , assalamualaikum, buk... Arin sudah sampai di alamat perumahan yang ibu maksud, tapi rumah bos nya ibu di sebelah mana, ya? kok semua nya bagus-bagus."
Waalaikum salam, tunggu di situ, nduk ibuk keluar sekarang.
"Nggeh, buk..?!
Baru saja ia mematikan telpon nya, ia di kejut kan dengan suara klakson mobil yang hampir menabrak nya.
"Astagfirullah, hape ku!" seru nya melihat ponsel jadul satu-satunya milik nya hancur terjatuh di aspal.
Saking kesal nya ia pun melepas sandal nya lalu melempar nya kepada mobil yang hampir menabrak nya tadi.
"Gak sopan, gak ada ahlak, udah mau nabrak orang, bikin hp orang rusak, bukan nya berhenti buat mita maaf malah terus aja jalan." Gerutu nya kesal.
Ia pun terus meratapi ponsel butut nya yang sudah hancur. Dan merutuki orang yang membawa mobil mewah tadi. Sungguh di sayang kan, walaupun ponsel nya sudah butut namun itu adalah satu-satu nya yang ia punya. Dan demi memiliki ponsel tersebut Arin harus rela menyisihkan uang yang ibu nya kirimkan.
"Rin...Arin?!" Terdengar suara sang ibuk dari kejauhan memamnggil nya sembari melambaikan tangan nya.
"Ibuk..." Arin bergegas lari menuju sang ibu yang sudah lama ia rindukan.
"Ya Allah anak, ibuk sudah besar sekali, Rin?" Seru Marni memeluk putri semata wayang nya yang ia sudah tujuh tahun ini ia tinggal kan. Namun sesekali dalam setahun Marni menemui nya di kampung saat hari raya saja.
Semenjak suami nya meninggal, saat itu Arin masih menginjak kelas enam sekolah dasar. Marni memutus kan untuk merantau ke ibu kota demi memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah Arin.
Sementara Arin ia titipkan kepada adik nya di kampung. Dengan mengirimkan biaya setiap bulan nya. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Pak Danu dan ibu Vina.
"Nama nya juga udah lulus SMA, buk... Ya jelas udah besar to."
"Ya sudah, ayo Rin ke rumah majikan ibuk. Tadi ibuk sudah bilang sama bu Vina kalau kamu mau datang buat nyari kerja. Jadi sementara kamu bantu-bantu ibu dulu sampai kamu menemukan pekerjaan.
Lantas Arin mengikuti langkah ibu nya menuju rumah mewah yang tak jauh dari sana.
Ketika memasuki pintu gerbang rumah mewah tersebut Arin mengingat betul mobil yang hampir menyerempet nya beberapa menit yang lalu. Dan di lihat lah yang kini keluar dari mobil tersebut sesosok laki-laki berpostur tubuh tinggi dan tegap dan tentu nya di tambah dengan wajah yang rupawan.
"Bapak yang barusan hampir menabrak saya di jalan depan, kan??" Seloroh nya sembari menghampiri pria tersebut. "Ponsel saya rusak gara-gara bapak. Bapak gak tau, apa kalau ini ponsel saya satu-satu nya yang saya miliki dari hasil menabung.
"Arin.....!!!" seru Marni sembari mencubit lengan putri nya tersebut. Tanpa Arin tau ,bahwa yang kini sedang ia omeli adalah anak dari majikan nya.
Aduh den Bagas, maaf den, anak saya tidak tau kalau den Bagas adalah majikan saya.
Deg--
Seketika Arin terlonjak kaget, lalu merutuki mulut nya yang begitu mudah nya melontarkan omelan terhadap pria tersebut.
Duh Gusti, maaf kan Arin ,Arin gak tau kalau si bapak barusan anak nya majikan ibu.
Bagas hanya menunjukkan wajah dingin nya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, lantas meninggalkan mereka memasuki rumah orang tua nya tersebut.
"Arin, itu tadi den Bagas ,anak nya pak Danu dan ibu Vina. Majikan ibu, Rin...!"
"Maaf, ibuk,Arin gak tau." sesal nya.
Walaupun Marni tau ,tak kan semudah itu untuk memecat nya karena memang ketulusan dan kebaikan majikan nya, namun tetap saja ia merasa tak enak hati dengan Bagas.
"Anak kamu sudah datang, bik Mar?" Tanya sesosok wanita yang berdiri di tengah pintu dengan penampilan mewah dan terlihat anggun di usia nya yang sudah matang.
"Nggeh, bu...ini anak saya ,Arin baru saja datang."
Tanpa di perintah lantas Arin mendekat kepada wanita tersebut lalu meraih tangan nya untuk ia cium punggung nya.
"Saya Arin, bu."
"Wah, cantik juga anak kamu, bik...?"
"Ibu Vina ada-ada aja."
"Ya sudah bawa masuk ,suruh istirahat di kamar mu, Mar. Seperti nya dia kelelahan."
Selain cantik, ibu ini juga baik hati banget , walaupun cuma sama pembantu tapi kok bisa punya anak kayak bapak tadi ya. batin Vhanya kagum pada sosok sang majikan perempuan
"Nggeh, bu..."
Lantas Marni menarik tangan Vhanya untuk memasuki rumah tersebut melalui pintu belakang.
"Kamu, sebelum dapat kerja, bantu-bantu ibuk dulu di sini. Ibuk udah minta izin sama pak Danu dan bu Vina. Lain kali jangan sembarangan nyeplos, kalau sampai ibuk di pecat gara-gara ucapan kamu tadi, bagaimana?"
"Maafin Arin, buk..." ucap nya penuh sesal. "Habisnya bapak-bapak tadi ngawur banget bawa mobil nya."
"Ck...sudah lah, gak usah di bahas lagi,yang penting hati-hati. Jangan asal nyeplos!"
Rin, ini kenalin bik Inah yang juga bekerja disini, tapi tugas bik Inah bagian loundry dan juga bersih-bersih lantai bawah.
Kalau ibuk bagian masak, dan bersih-bersih lantai atas.
Kemudian Arin mencium punggung tangan wanita tersebut yang usianya lebih tua dari ibu nya.
"Saya Arin, bik."
"Anggap bibik seperti ibu kamu juga ya ,nduk! bibik gak ada anak." seru nya.
Arin mengangguk "pasti ,bik."
Setelah meletakkan tas nya, Arin tak ingin bersantai-santai, ia pun bergegas menuju dapur untuk membantu sang ibu.
"Buk...Arin harus bantu apa??"
"Oh ya kata bibik kamu, kamu jago bikin garang asam? coba bikin itu nduk mana tau bu Vina suka resep itu."
"Nggeh buk...?!"
****
Jam makan malam pun telah tiba, Arin masih setia membantu sang ibu dalam menyiapkan makanan untuk keluarga pak Danu yang hanya terdiri dari tiga orang saja.
Namun malam ini karena di bantu oleh Arin, menu makanan yang tersaji lebih banyak dari biasanya. Karena Arin sendiri juga membantu membuat kan beberapa masakan yang ia bisa.
"Wah...masakan nya banyak banget bik Mar?" seru bu Vina senang saat melihat banyak sekali menu pilihan di meja makan nya.
"Nggeh, bu...malam ini kan den Bagas pulang, makanya saya bikin lebih banyak di bantu si Arin juga, bu."
"Oh, Arin, juga pandai masak, Rin?"
"Nggeh sedikit-sedikit, bu." ucap nya tertunduk dan tangan nya masih tetap berkutat dengan kesibukan nya menyiapkan makanan.
Setelah tepat pukul tujuh malam, semua anggota keluarga tersebut sudah lengkap baru lah mereka mulai makan bersama.
Sementara Arin dan ibu nya juga bik Inah tengah duduk di halaman kamar mereka yang berada di belakang rumah tersebut sembari menunggu jam makan malam majikan nya selesai.
Lantas di ruang makan saat ini terjadi perdebatan di antara anggota keluarga tersebut.
"Wah ternyata masakan anak bik Marni enak juga ,pa... ini dia yang masak lo pa...?!" seru mama Vina ketika sedang melahap garang asam ayam buatan Arin.
"Iya, ma...gak kalah dari masakan bik Marni." seru papa Danu.
"Ma, Pa, ada yang mau Bagas omongin sama mama dan papa."
"Ngomong aja, Gas. Biasanya juga langsung ngomong aja kalau ada maksud dan tujuan tertentu." sindir mama Vina.
"Ma, pa, Bagas gak jadi nikah sama Intan."
"Loh kenapa, Gas??" papa Danu begitu terkejut mendengar penuturan anak nya, apa lagi pernikahan mereka hanya kurang dua hari saja. Bahkan semua persiapan 99 persen sudah siap.
"Intan kabur, pa."
"Cih....sudah dari lama mama bilang kalau perempuan model itu bukan perempuan baik-baik, kamu aja terus ngelawan mama!"
"Sudah, ma jangan di ungkit lagi, anak kita sedang kacau!"
"Coba anak papa itu nurut sama mama, semua ini gak bakalan terjadi!"
Sekarang gimana, semua persiapan sudah sejauh ini tapi mempelai wanita nya malah minggat.
"Ya sudah mau apa lagi, ma. Toh kita sudah bayar semua nya. tinggal gagalin aja , apa susah nya sih?" Seru Bagas dengan enteng nya.
"Enggak bisa!! gimana kalau kamu nikah nya sama Arin saja."
"Arin????"
"Iya, Arin ,anak nya bik Marni. Selain masih muda, cantik, sopan, baik. Dia juga pandai masak. Itu tadi makanan yang banyak kamu makan, itu adalah masakan dia. Mama jamin kamu pasti bahagia sama dia."
Kemudian Bagas berdiri. "Aku gak mau nikah sama anak pembantu, Ma!" tolak bagas dengan tegas. "Lagian, anak bik Marni baru satu har ini mama kenal ,kenapa mama tiba-tiba berpikir kalau dia gadis baik?"
Terserah kamu, kalau kamu mau mama papa malu, ya silahkan saja kamu menolak.
"Gimana, pa??"
"Kalau kamu menolak permintaan mama kamu, silahkan kembalikan fasilitas yang kamu miliki sekarang." ucap papa Danu santai.
Sial! gerutu Bagas.
Mama Vina dan papa Danu seolah begitu santai nya menanggapi permasalahan putra semata wayangnya tersebut.
penampakan rumah pak Danu dan bu Vina
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
re
Next
2022-06-21
0
QQ
Melihat penampakan rumah pak Danu membuat jiwa misquin ku meronta² thor 😂😂😂😂
2022-02-25
0
acih aja
biasa holang kaya, awalnya nolak lmaa2 bucin 😁
2022-02-25
0