Keluarga Miller

Negara Rusia.

Mansion Miller.

Di sebuah ruangan, dua orang pria tengah membicarakan sesuatu yang penting. Mereka duduk di sofa yang saling berhadapan.

"Bagaimana?" tanya seorang pria yang sedang memainkan ponselnya.

Pria yang di tanya berdehem sebentar dan mulai mengangkat suara.

"Tuan Arthur, nona muda berada di Indonesia. Itu adalah data terakhir yang ku dapat sebelum situsku terkena virus." ucapnya kepada pria yang hadapannya yang bernama Arthur.

Arthur mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, dia mengernyitkan alisnya.

"Bagaimana bisa rey? bukankah IT miller tak di ragukan di negara ini? Bagaimana bisa terjadi seperti itu?" tanya Arthur heran. Pria yang bernama Rey itu mengeluarkan sebuah flashdisk.

"Di dalam sini ada sebagian data nona muda, akan tetapi data tersebut terdapat kata sandi yang tidak saya mengerti. Awalnya kata sandi itu tiada ... Namun, saat saya ingin melanjutkan melihat ... Secara mengejutkan data tersebut menghilang dan berganti dengan sandi." ucap Rey sambil mengulurkan tangannya memberi flashdisk tersebut.

Arthur menerimanya, ia mengambil laptopnya dan melihat data yang berada di flashdisk tersebut.

"Sandi yang rumit, aku tidak mengerti bahasa apa ini?" tanya Arthur sambil menatap Rey.

Rey menggeleng pertanda ia tidak mengerti. Dua melipat tangannya di depan dada.

Arthur masih meneliti sandi tersebut, akan tetapi netranya menangkap sesuatu yang bisa ia baca.

"Wesley?" gumam Arthur.

Rey yang tadi hampir memejamkan matanya seketika terlonjak kaget, ia segera menghampiri Arthur yang masih menatap layar laptopnya.

"Maaf tuan biar saya lihat," pinta Rey.

Arthur segera menggeserkan tubuhnya dan membiarkan Rey lebih leluasa melihat laptop tersebut.

Jari jemari Rey mengetik lincah di atas keyboard, netranya menatap tajam layar laptop Arthur.

"Wesley ... Yap! Ketemu!" sentak Rey.

Arthur langsung mendekatkan dirinya ke arah Rey, ia ingin melihat apa yang pria itu cari.

"Wesley merupakan keluarga terkaya, mereka merajai dunia bisnis di negaranya bahkan hingga penjuru dunia. Waw ... Apakah mereka sainganmu tuan?" ujar Rey sambil menatap Arthur yang masih memperhatikan layar.

"Apa hubungan putriku dengan keluarga Wesley?" tanya Arthur heran.

"Aku tidak tahu, apa tuan ingat siapa pria yang telah menghamili putri anda?" tanya Rey sambil kembali mengetikkan sesuatu.

"Aku tida tahu, rupanya dan namanya pun aku tidak tahu. Putriku hanya mengatakan dia telah di rusak oleh seoarang pria saat dirinya menginap di hotel, pria tersebut salah memasuki  kamar dan Si*l nya pria tersebut tengah mabuk." terang Arthur.

Rey mengangguk mengerti, dia menggeser laptop tersebut ke arah Arthur.

"Akan tetapi, wesley hanya memiliki seorang putra dan itu adalah Alden Leon wesley. Dia sudah menikah dengan seorang wanita bernama Aluna Abraham." ujar Rey dengan kening yang mengerut.

Arthur mengetukkan jari telunjuknya di meja, dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kalau aku tidak salah ingat, Jeslyn Wesley adalah nama istri dari Jonathan Wesley ... Benar?" tanya Arthur tanpa melepaskan pandangannya dari layar laptop tersebut.

"Bagaimana tuan tau?" tanya Rey heran.

"Memangnya ku kira aku bodoh hah! AKu juga bisa membaca biodata mereka bodoh!" sentak Arthur dengan kesal.

Benar, layar laptop tersebut tengah menayangkan data-data keluarga Wesley secara singkat.

"Maaf tuan, bukan begitu maksudku ... AKu hanya bingung mengapa tuan bertanya kembali jika sudah tau?" ujar Rey dengan tampang polosnya.

Arthur rasanya ingin mencekik asisten pribadinya itu, dia kesal dengan Rey yang membuatnya kesal.

"Apa kau ingin aku lemburkan untuk satu bulan ke depan?" tanya Arthur dengan menatap tajam Rey.

Rey meneguk ludahnya kasar, tatapan Arthur menghunus hingga ke jantungnya.

"Maaf, bukan itu maksud saya," ucap Rey dengan gugup.

"Cklek!"

Atensi kedua pria itu beralih menatap pintu yang terbuka. Seorang wanita paru baya yang masih nampak cantik memasuki ruangan itu dengan nampan yang berisikan dua gelas kopi di tangannya.

"Sayang, aku membawakan kalian kopi," ujar wanita itu. Kakinya melangkah mendekati kedua pria tersebut.

"Queen! Apa aku perlu menambah pembantu di mansion ini? Apa aku perlu menambahnya hingga lima puluh hah!" sentak Arthur.

Queen nama wanita itu, dia adalah istri dari Arthur.

"Maaf, aku hanya kepingin saja," ucap Queen sambil menaruh nampan tersebut.

Arthur menghela nafasnya pelan, istrinya memang tidak bisa bersantai.

"sini!" pinta Arthur menyuruh istrinya duduk di sebelahnya.

Queen menuruti keinginan sang suami, ia segera duduk tepat di samping suaminya.

Rey dengan sadar diri berpindah ke sofa yang berada di hadapan mereka.

"Sayang aku ingin memberitahumu ... Bahwa, putri kita sebentar lagi akan ditemukan. Kita telah mengetahui negaranya, tinggal menyebar seluruh bodyguard yang kita punya untuk mencari putri kita di negara itu." ujar Arthur sambil mengelus rambut panjang sang istri.

Queen tersenyum, dia menatap Arthur dengan wajah bahagia.

"Kapan? Kapan kita akan menemuinya? Aku sudah tidak sabar bertemu dia kembali, pasti sekarang putri kita telah memiliki anak," tanya Queen antusias.

Arthur menatap Queen dengan lembut, istrinya memang sangat rindu dengan putri mereka. Bahkan Queen selalu mengunjungi kamar anaknya hanya sekadar melepas rindu.

"Sayang, kita masih belum menemukannya. Oh iya ... Bukankah kau mengenal Jeslyn Wesley?" tanya Arthur mengalihkan pembicaraan.

Queen mengerutkan keningnya, ia mengingat-ingat nama tersebut.

"oh iya! Aku ingat, dia teman kampusku ketika aku pertukaran pelajar di Indonesia ... Dia juga sahabatku waktu itu. Mengapa?" ujar Queen.

"Rey tengah mencari data Amora, dia menemukan sebuah data yang bersandi. AKan tetapi di bagian pojok data tersebut terdapat nama wesley, apa kita perlu mencurigainya juga?" terang Arthur sambil menatap sang istri.

Queen menggaruk keningnya yang tidak gatal, ini merupakan kebiasaannya jika tengah berpikir.

"Bukankah putranya telah menikah? Jika putranya pria itu, mengapa ia sampai disini?" gumam Jeslyn.

"Itu yang aku bingungkan nyonya, tapi setahuku 4 tahun lalu keluarga wesley mengadakan liburan di kota ini. Bahkan beritanya sangat menggemparkan di seluruh media televisi." ujar Rey yang menyambung tanpa permisi.

"Sayang, aku takut jika itu adalah kenyataan. Jika Jonathan yang berbuat, apakah umur mereka terlalu jauh. Namun, jika putra mereka ... Bukankah sudah menikah? Aku tidak mau putriku menderita," ucap Queen dengan mata yang sudah berkaca-kaca siap untuk menangis.

"kau ini, jangan berpikir terlalu jauh. Apa kau ingin putrimu menjadi istri kedua? Tidak kan? jika itu terjadi maka akan ku buat putri kita jauh dari mereka." ujar Arthur menenangkan istrinya.

Rey melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian dia menatap majikanmya yang sedang saling mengobrol.

"Tuan, nyonya ... Saya pamit undur diri, saya memiliki janji dengan tuan muda Arjuna," pamitnya dengan nada sopan.

Arthur mengangguk, dia tahu bahwa Rey bukan hanya bekerja untuknya ... Namun, dia juga bekerja dengan Arjuna putra pertamanya.

"Baiklah, katakan padanya untuk menemuiku saat nanti sore. Aku ingin  membicarakan sesuatu." perintah Arthur.

Rey mengangguk, kemudian dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Rey!" panggil Arthur.

Rey membalikkan badannya, ia menatap Arthur dengan bingung.

"Terima kasih," ucap Arthur tulus.

Rey menganggukkan kepalanya, dia tersenyum kemudian berbalik dan keluar dari ruangan tersebut.

Arthur sudah menganggap Rey seperti anaknya sendiri, dia telah mengambil Rey yang hidup di jalanan saat umur Rey menginjak usia sepuluh tahun. Arthur merasa kasihan dengan Rey, sehingga dia membawanya dan menjadikan Rey pria yang berguna. Rey di sekolahkan hingga sarjana S3, bahkan semua fasilitas Arthur beri kepada Rey.

Rey tahu diri siapa dirinya, dia tak pernah menuntut lebih kepada keluarga itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***