Transmigrasi Mommy
Keisya Amora seorang perawat di salah satu rumah sakit yang cukup besar, dia merupakan anak angkat dari sepasang suami istri yang merupakan bibi dan paman dari ibunya.
Pagi ini keisya akan berangkat menuju tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor, akan tetapi pikirannya berada di tempat lain.
"Gila tuh cerita! jahat banget ibunya. masa dia tega menelantarkan anaknya? padahal hidupnya sudah enak, tinggal duduk manis uang masuk. Lah gw harus kerja dulu." gerutunya.
Ia menggerutu sambil melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tapi...
BRUAKK
"woy ada yang jatoh tolongin tolongin!"
Semua warga sudah sibuk berkumpul di sekeliling keisya. Salah satu dari mereka menelepon ambulans. Sementara yang lain hanya melihat tanpa membantu.
Sedangkan keisya masih sedikit memiliki kesadaran.
"Sakit banget kepala gw." ucapnya lirih. tiba-tiba kegelapan merenggutnya.
***
Di mansion mewah, seorang perempuan terbaring dengan perban di tangannya karena percobaan bunuh diri yang gagal.
"Dok gimana keadaan nyonya saya?"
Ucap salah satu maid di mansion tersebut.
"Lukanya tidak terlalu dalam sehingga tidak membahayakan nyawanya. saya sudah mengobatinya, dan ini resep obatnya. kalau begitu saya permisi." terang sang dokter sembari memberi kertas resep kepada maid tersebut.
Sang maid pun menerima kertas tersebut dan mengantarkan sang dokter ke luar mansion.
Sedangkan wanita itu sudah menggerakkan jarinya yang menandakan ia akan segera sadar.
"EUGHHH."
Perlahan mata indah itu terbuka dan mengerjapkannya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
"Ashh ... sakit banget kepala gue, ehh ...," ucapnya. Terlihat dia meraba kepalanya seperti sedang mencari sesuatu.
"Lohhh kok kepala gue aman?" ucapnya sambil melirik tangannya yang terdapat perban.
"Putih banget tangan gue astaga!" Ucapnya antusias.
"Tapi, ngerasa ada yang aneh gak sih?" tanyanya pada diri sendiri
Dia mencoba menatap sekeliling ruangan itu. Tiba-tiba matanya membulat sempurna saat dirinya tak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin meja rias yang berada tepat di depan ranjangnya.
"AAAAAA!"
Ckleek
Seorang wanita paru baya yang mengenakan baju maid masuk kamar tersebut dengan raut wajah yang terlihat panik.
"nyonya anda sudah sadar? apa yang sakit? apa saya perlu panggilkan dokter?" tanya maid tersebut tanpa jeda.
Sedangkan Keisya, dia tak memperdulikan ucapan maid itu dan terus saja bercermin mengangumi tubuhnya.
"Gila! wajah gue cantik banget, body gue bagus banget astaga ...," ucapnya antusias. Tangannya pun tak henti-hentinya mengelus permukaan wajahnya yang terasa halus.
Sedangkan maid itu hanya melongo menatap sang nyonya yang saat ini telah terduduk dan memandang wajahnya dari tempat tidur.
"Ehmm maaf nyonya anda perlu sesuatu?"
"Eh ...," kaget Keisya. Dia pun menoleh ke arah sang maid
"Lu siapa?" tanya keisya dengan raut wajah bingungnya. Dia tak menyadari kedatangan maid tersebut.
Maid itu pun kaget mengapa sang nyonya melupakannya? padahal ia hanya terluka bagian lengan bukan di kepalanya. tidak mungkin kan sang nyonya amnesia?
"Ehm saya Ningsih nyonya, maid disini." ucapnya dengan wajah tertunduk.
Keisya mencoba mencerna apa yang terjadi pada dirinya. Terlihat keningnya mengkerut, ditambah bibirnya yang ia gigit yang menjadi kebiasaannya.
"Apa gue transmigrasi? Gw inget banget di novel, pembantu setianya si ibu jahat itu namanya Ningsih dan maksudnya gue ... Gue ... Arianha Amora?" Tanya Keisya dalam hati. Netranya menatap Ningsih yang sedang menatapnya bingung.
"Nyonya anda tidak apa-apa?" Tanya Ningsih.
"Ya, kau ehm ... Bibi, bisakah aku memanggilmu bibi?"
Ningsih pun merasa heran dengan nyonya nya ada apa dengan nya? Biasanya sang nyonya akan memanggilnya dengan nama, lalu sekarang?
"Bo-boleh nya." Jawabnya gugup.
"Jangan nyonya bi! panggil aja Amora ok." Ucapnya disertai senyum Manis di bibir pucatnya.
"A-amora." Ucapnya gugup
"Bibi gagap yah?" Tanya Amora dengan wajah lugunya.
Ningsih tersentak kaget, dia tak menyangka setelah bangun sang nyonya akan menjadi kepribadian yang berbeda dari biasanya.
"Ehhh nggak non, kalau gitu bibi ke luar dulu mau ngecek si Aden udah bangun apa belum?" Izinnya.
Sontak ia mengingat siapa Aden itu, didalam cerita menceritakan bahwa Amora memiliki seorang putra yang berumur 3 tahun yang bernama Elbert, tapi sayang ia tidak pernah memperhatikan anak itu.
"Ehm bibi, bisakah bibi membawa El kesini?" Ucapnya disertai dengan senyum manis di bibirnya.
Ningsih yang mendengarnya kaget, biasanya sang nyonya tidak mau jika anaknya berdekatan dengannya dan apa ini? apakah tuan kecilnya akan di hukum kembali? Ia pun tak ada kuasa untuk melawan sang nyonya. Dia hanya pekerja tua yg beruntung bekerja di mansion ini.
"Ba-baik Amora." setelah mengatakan itu ia segera keluar untuk mengambil Elbert.
Setelah Ningsih keluar, Amora mengetuk dagunya sambil mengingat - ingat cerita novel tersebut.
"Gue pindah ke tubuh ini mungkin agar gue mengubah pandangan suaminya ke dirinya, tapi gak jadi pelakor juga kali ...." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal
"Oke gue harus hindari yang namanya Alden, tidak perlu mencari masalah dengannya oke ... huft ... tenang Keisya ... eh nama gue sekarang kan Amora?" pembicaraan diri sendiri akhirnya terhenti karena suara pintu yg terbuka.
Terlihat lah sosok anak kecil yang di gandeng oleh salah satu maid yg bertugas mengantarkannya.
"Maaf non ini tuan muda." ucap Ningsih sambil membawa Elbert ke depan tempat tidur keisya.
Anak kecil yang begitu lucu dan tampan akan tetapi badannya begitu kurus. Keisya merutuki Amora dalam hati karena tak bisa menjaga sang anak dengan baik.
Bocah itu dengan wajah takutnya memberanikan diri untuk memandang Amora yang kini tengah menatapnya berbinar.
"Hai, mendekatlah ... Jangan menunduk begitu." ucap Amora dengan halus.
Dia mendekat ke ranjang Amora dan terdiam disamping ranjang itu dengan pandangan menunduk ke bawah.
"Aihhh kau gemoy banget." ucap Amora sambil ingin mencubit batita itu tapi ketika ia mendekat anak itu menjauh.
"Ma-maapin El nyonya, El salah." ucapnya dengan nada bergetar.
Eh ... apa katanya tadi? Anaknya sendiri memanggilnya nyonya?
"Hei nak aku mommy mu bukan majikanmu panggil aku mommy," tutur halus Amora.
El yang mendengarnya sontak mengangkat kepalanya yang tertunduk.
"El boleh manggil mommy?" tanyanya dengan wajah lucu.
Amora tersenyum gemas, dia segera menepuk pinggiran kasur untuk memerintahkan El mendekatinya.
"Boleh sayang, sini naik ke ranjang mommy. Mommy mau memeluk mu," pinta Amora.
El dengan ragu-ragu mendekat, dia sangat takut berdekatan dengan mommynya. Karena beberapa kali ia terkena amukan dan tamparan dan juga berapa kali sapu melayang pada punggungnya.
"Hiks ... El pengen mommy, hiks ... El nda mau dipukul lagi mommy." ucapnya dengan menggeleng brutal.
Keisya atau sekarang kita sebut saja Amora tertegun dengan ucapan sang anak. apa begitu jahatnya ia dulu sehingga anak itu sangat tersakiti?
"Tidak sayang mommy tidak lagi memukul mu, maafkan mommy." ucap Amora dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia mengangkat tubuh kurus itu dengan mudah ke atas kasur nya lalu memeluknya erat.
"Gue janji, gue bakal jadi ibu yg baik buat Lo my prince." ucapnya dalam hati.
Sedangkan Ningsih menangis haru dan segera keluar untuk memberi ruang buat mereka berdua.
"Kenapa anak mommy kurus sekali apa kau tidak makan?"
El yg mendengar pun dibuat bingung .
"Benalkah? El melasa tubuh El demuk." ucapnya sembari di iringi kekehan.
Amora tersenyum sembari menahan air matanya yang ingin keluar. Entah mengapa dirinya sangat cengeng.
"Apa kau minum susu sayang?" tanya Amora yang di jawab dengan gelengan oleh El.
"Ehm baiklah bagaimana jika kita turun untuk makan? Apa kau lapar? Amora. Dirinya ingin berusaha mendekati El.
"Ya mommy El lapal. mommy, El seneng mommy tayang El," ucapnya dengan tulus.
Amora tersenyum dan memeluk erat anaknya itu.
"Mommy akan selalu sayang El, cup ...," ia mengecup kening El cukup lama.
"Ayo kita ke bawah," ajak Amora
"Apakah mommy uda tehat?" tanya El dengan bahasa cadelnya.
"Ya sayang, setelah melihat El mommy langsung sehat," ucap Amora meyakinkan El.
Dengan El yg berada di gendongannya mereka menuju ruang makan yang ada di lantai bawah.
_____________________
Sedangkan di tempat lain
"Kau perempuan yang tidak tau malu! kau parasit di keluarga ini!" teriak seorang wanita paru baya kepada wanita di depannya.
"Mom sudah mom!" ujar suaminya.
Wanita paru baya itu menatap suaminya tajam. Tangannya menunjuk wanita di depannya yang kini telah menangis.
"Daddy mau bela ular ini hah! gara- gara dia, anak kita harus menikahi dia dan bertanggung jawab atas apa yang anak kita tidak lakukan!" bentaknya.
"Hiks..maafkan Luna mom, Luna cinta sama mas Alden." ucapnya sembari terisak.
"Cinta matamu! dengan cara licik kau menjerat anakku dasar wanita tak tau malu!" Teriak wanita paru baya itu. Dia adalah mommy dari Alden.
"CUKUP!" ucap tegas seseorang yang baru saja memasuki Mansion itu.
Seorang laki laki tampan berjas formal berjalan angkuh ke hadapan mereka yang sedang ribut.
"Mommy tau Alden cinta Luna, Alden juga terima kekurangan Luna. Alden udah menganggap anak Luna adalah anak Alden sendiri," ucap pria itu yang ternyata bernama Alden.
Alden merangkul sang istri, netranya menatap tajam sang mommy.
"Kamu gila Alden! kamu anak satu satunya daddy. Sekarang wanita ini mempunyai anak yang bukan darah dagingmu dan apa sekarang? gara-gara melahirkan anak itu rahim dia diangkat. Terus, kamu mau punya keturunan dari mana hah?" sentak daddy Alden. Dia tidak terima jika sang anak membangkang pada istrinya.
"Benar kata daddymu, mommy tidak Sudi anak itu jadi pewaris harta kita dan kau Alden ceraikan wanita itu! mommy muak melihatnya, dasar tidak berguna! Ayo dad kita pulang!" ucapnya dengan nada tinggi. Tangannya terlihat segera menggandeng sang suami yang berada tepat di sebelahnya dan menggiringnya keluar.
Setelah kepergian orangtua nya, Alden segera memeluk sang istri yang kini menangis. Istrinya pasti sakit hati dengan perkataan orang tuanya, Alden tahu itu.
Ia mempunyai seorang istri yang dia nikahi, wanita yang dia cintai. Akan tetapi, wanita itu telah di rusak oleh sahabatnya sendiri. sahabatnya mau bertanggung jawab akan tetapi, luna tidak ingin karena dia hanya mencintai Alden.
"Sudahlah kasian Aqila, dia ketakutan. kau lihat?" ucap Alden. Tangannya mengelus pucuk kepala sang anak pelan.
Luna mengarahkan pandangannya ke arah Aqila yang memeluk kakinya. anak perempuan yang berumur 5 tahun itu sedang ketakutan.
"Aqila liat papa! Aqila tidak usah takut ok, Oma cuman memberi nasehat kepada mama. sebaiknya Aqila ke kamar karena ini sudah waktunya Aqila tidur siang."
"Iya papah." Dengan segera anak itu menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Setelah melihat sang anak yang menghilang dari hadapan mereka. Luna kembali membuka suaranya.
"Mas maafin aku, hubungan kamu sama ibumu jadi renggang karena aku," ujar luna.
"Sudahlah, ini hari ulang tahun pernikahan kita yang ke lima. seharusnya kau bahagia," Hibur Alden.
Luna memeluk Alden dengan erat, seakan-akan dia tidak ingin Alden lepas darinya.
Sedangkan Alden pikirannya tertuju dengan sosok lain. Tiba-tiba dirinya mengingat bahwa sekarang istrinya bukan hanya Luna tapi juga Amora. Perempuan satu satunya yang telah melahirkan darah dagingnya yang kini ia campakkan. Luna sendiri pun tidak tahu jika Alden memiliki istri selainnya.
Alden dan Amora mereka terpaksa harus menikah karena kecelakaan yang membuat Amora hamil dan juga Alden yang memang menginginkan seorang penerus.
"Sudahlah, setelah ini aku masih ada urusan ... Temanilah Aqila beristirahat," ucap Alden dengan lembut. Netranya menatap sang istri.
Setelah mendapat anggukan, Alden segera melepaskan pelukan mereka. Dia beranjak dari hadapan sang istri menuju pintu utama.
Luna memandangi kepergian suaminya dengan tatapan nanar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nanik Kusno
Masih baru baca.... bingung....
Lanjuuut....
2024-09-28
1
sherly
cerita yg menarik
2024-09-20
0
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑳𝒖𝒏𝒂 𝒕𝒑 𝒌𝒐𝒌 𝒏𝒈𝒆𝒉𝒂𝒎𝒊𝒍𝒊𝒏 𝑨𝒎𝒐𝒓𝒂 𝒂𝒏𝒆𝒉 𝒔𝒊 𝑨𝒍𝒅𝒆𝒏
2024-09-06
0