Suami Satu Malam Bagian 19
Oleh Sept
Rate 18 +
Di dalam pesawat, setelah kejadian yang memalukan di Bandara beberapa saat lalu, Elvira tidak bisa menunjukkan batang hidungnya. Masker tak pernah lepas dari wajahnya. Bahkan ia merebut paksa topi hitam yang semula Radika pakai.
"Astaga! Kamu bukan artis yang sedang dikejar paparazzi, Vir!" sindir Radika yang melihat tingkah Elvira.
"Apa yang tadi Mas Dika lakukan?"
"Oh, habisnya kamu tidak bisa berhenti."
"Tapi jangan seperti itu! Itu tadi banyak orang!" tukas Elvira kesal.
"Oh, apa harus seperti sekarang? Sepi kan?"
BUGH
"Aduh!"
Radika meringis ketika wanita itu meninju perutnya.
"Astaga, Vira! Sejak kapan kamu jadi kasar sekali?" Radika protes, sekarang Elvira jadi tambah galak, sudah mirip induk ayam yang diganggu saat asik dengan anak-anaknya.
"Jangan macan-macam!" Kali ini Vira yang mengancam.
Sambil mengusap perutnya sendiri, Radika menyandarkan punggung. Pria itu kemudian menutup matanya dalam-dalam. Tentunya sembari berucap.
"Kita lihat nanti!"
Elvira hanya melirik sebal.
***
Kediaman Wiratmaja
Pagi-pagi Eriska sudah bertamu di rumah calon mertua. Ia datang sambil membawa bucket bunga cantik untuk mama Sarah. Mungkin mau melakukan suap dengan terbuka.
"Pagi, Tante."
Mama Sarah yang kala itu sedang merapikan bunga dalam vas. Seketika menatap dingin pada calon mantu yang tidak diharapkan tersebut.
"Tante suka bunga, kan? Ini Eriska bawain. Seger dan cantik loh. Harum juga ..." ucapnya seramah mungkin.
Sedangkan mama Sarah masih bermuka acuh. Ini karena ia masih kurang suka dengan pilihan Rayyan tersebut. Kurang greget saja, mengingat rentetan kejadian yang sudah-sudah. Lagian Rayyan baru saja bercerai, ini kok mau menikah lagi. Mama Sarah bener-bener emosi jiwa.
Rasanya malu sama orang-orang, terutama malu dengan keluarga besar Elvira. Mau ditaruh mana muka mereka nanti kalau pas tidak sengaja ketemu di jalan?
"Udah! Taroh sana aja!" seru Rayyan yang melihat sikap dingin sang mama pada calon istrinya. Calon istri sekaligus calon ibu dari anaknya.
Ya, Eriska kini hamil empat minggu. Makanya ia buru-buru minta dinikahi. Padahal dulu dalam kepala wanita itu hanya karir dan karir. Membangun sebuah rumah tangga bukanlah prioritas utamanya.
Karena dilihat mama Sarah masih sangat acuh, dingin seperti es. Eriska akhirnya naik aja langsung ke lantai atas. Wanita itu langsung ke kamar Rayyan.
Beberapa saat kemudian
Rayyan turun menemui mamanya. Rayyan ganti yang bersikap dingin pada sang mama. Ia tidak suka sikap sang mama yang sangat berbeda antara Eriska dan Elvira.
"Ma ... tolong sedikit lunak dengan Eriska! Dia hamil loh! Cucu Mama."
Dengan ekpresi marah, mama Sarah melempar bunga-bunga yang semula tersusun rapi.
"Cari kakak kamu dulu! Kenapa kamu malah fokus dengan wanita itu. Ya Tuhan! Radika belum pulang dan entah di mana, kamu malah mau menikah!"
"Terus Mama mau, aku nikahi Eriska setelah perutnya sudah membesar?"
Mama Sarah makin marah, punya satu anak normal tapi terlanjur normal. Hingga menghamilii anak orang.
"Kamu Keterlaluan! Bikin Mama malu!"
"Ish! Mama pasti lupa! Yang bikin malu di keluarga ini anak Mama yang mana?" sindir Rayyan.
"RAY!!!" sentak mama Sarah.
"Cukup, Ma! Cukup! Anak Mama bukan hanya Dika! Rayyan juga putra Mama. Paling dia nanti juga pulang sendiri! Sudah tua juga. Dia bukan bocah lagi yang perlu Mama Ikuti 24 jam non stop!"
"Ray! Mama gak nyangka kamu banyak berubah seperti ini!"
"Sikap Mama yang membuat Rayyan berubah!"
Kaki mama Sarah terasa lemas. Rayyan terus saja mengembalikan ucapannya, ia seolah dipihak yang benar. Dan mama Sarah di garis yang salah. Sampai mama Sarah harus memijit keningnya yang langsung nyeri karena pusing sebelah.
"Bik ... bibik! Ambilkan air sama obat!"
Tap tap tap
Beberapa saat kemudian, Bibi datang membawa nampan air dan sebotol obat. Mama Sarah langsung mengambil satu butir dan langsung meminumnya.
"Mari, Nyonya."
Bibi mengantar Mama Sarah yang akan beristirahat di kamar. Melihat hal itu, Rayyan hanya menghela napas panjang.
Di dalam kamar, di lantai atas.
"Sayang, ada apa? Aku denger kalian ribut-ribut?" tanya Eriska yang kepo.
"Bukan apa-apa."
"Apa Tante Sarah tidak suka kabar baik ini? Harusnya kan dia senang? Ini cucu pertama, dan mungkin cuma dari kamu yang bisa kasih cucu ke keluarga Wiratmaja." Eriska bicara dengan percaya diri tinggi.
"Hemm!" Rayyan nampak acuh. Sepertinya ia juga tidak begitu antusias dengan kehamilan Eriska. Atau jangan-jangan kehamilan itu terjadi karena tidak disengaja. Lupa pakai pengaman misalnya.
"Datar banget responya, aku bener kan? Mana mungkin itu abang kamu bisa hamilin cewek?" Setelah mengatakan hal itu, Eriska malah terkekeh sendiri. Ia sangat merasa konyol. Wanita mana yang mau menikah dengan pria 99 mirip Radika.
"Jangan ngawur kalau bicara!"
"Ish! Cih ... jangan sok care kamu, sayang. Kamu pasti sama saja dengan aku. Gak usah muna. Lagian aku bicara fakta kok. Wanita mana hayoo? Yang mau menikah dengan pria seperti mas Dika? Wanita sama gilanya pasti!"
Tiba-tiba wanita hamil itu tertawa tanpa beban. Ia tidak menyadari wajah masam kekasihnya. Sejelek apapun saudaranya itu. Meskipun ia juga merasa muak. Setidaknya dalam darah mereka mengalir darah yang sama. Dan saat Eriska tak henti-hentinya membully Radika, kok lama-lama Rayyan ikut jengkel juga.
"Sudah! Ayo ... aku anterin pulang."
"Oke ... oke! Lagian gak asik di rumah ini."
Rayyan hanya bisa mendesis kesal.
***
Di sebuah rumah yang jauh lebih tenang dengan penghuni yang sedikit lurus dari pada rumah yang satunya.
Ting tung
Irene yang sedang berada di ruang keluarga sambil menjaga Kimora, begitu mendengar bel pintu, ia langsung bangkit dan melihat siapa yang datang.
KLEK
"Mbak Viraaaa!" seru Irene yang terkejut. Karena memang Elvira tidak memberi kabar mau pulang. Bahkan keluarganya malah meminta Elvira malah jangan pulang dalam waktu dekat.
"Irene!"
Keduanya pun saling berpelukan, setelah itu, mata Irene malah tertuju pada sosok pria tinggi, tegap, atletis, tampan dan keren yang berdiri di samping kakak iparnya itu. Ia hampir mengabaikan sosok tersebut. Karena terlalu fokus pada Elvira. Ia juga hampir tidak mengenali Radika.
"Mas Dika, bukan? Eh?" Irene mengaruk rambutnya yang tidak gatal. Takut kalau ucapannya salah.
"Vira sudah sampai, sekarang ... Mas boleh pergi," Elvira mengusir dengan nada halus. Namun, terdengar menusuk.
"Ren, om sama, tante ada?" potong Radika yang tidak mengubris Elvira.
"Papa lagi keluar, mama lagi ke dokter gigi sama Mas Andra."
Irene pun terlihat main mata dengan Elvira. Seolah mau tanya, sebenarnya apa yang terjadi?
"Ya sudah! Aku tunggu di dalam saja!"
Setttt
Radika masuk rumah itu dengan santuy....
Hal tersebut membuat dua orang wanita langsung bengong.
Bersambung.
Anggap rumah sendiri ya Mas Dika. Hahahah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Kamiem sag
bener bener rada kurang siDika main masuk aja
2024-04-25
0
komalia komalia
dasar radika radikal juga
2024-02-08
0
Lilisdayanti
hadehhhh Radika dari on,,malah pede nya tinggi bingit 👍👍
2023-12-13
0