Suami Satu Malam Bagian 12
Oleh Sept
Rate 18 +
Ketika ada yang memanggil namanya, pria itu buru-buru meletakkan laptop di bawah ranjang. Ia memasukkan benda kotak pipih itu ke dalam laci yang tersedia di bawah ranjang miliknya. Tidak mau ada yang tahu apa yang sedang ia lakukan. Kemudian ia pura-pura menonton acara kartun. Sebuah acara anak-anak yang menceritakan kehidupan di Bikini bottoms.
Ia mulai memasang wajah antusias, seolah sangat terhibur dengan tontonan anak-anak tersebut. Dan begitu pintu kamarnya ada yang membuka, ia pura-pura menoleh.
"Ya ampun ... Mama cariin kamu kok malah di sini. Ayo makan!"
Tanpa mematikan TV, pria itu langsung menghampiri mamanya.
"TV-nya di matikan dulu dong," seru mama Sarah.
Akan tetapi, Radika pura-pura cuek. Pria itu malah berjalan keluar. Seolah tidak mendengar kata-kata dari mamanya. Ia berlagak oon, seolah tidak peduli dengan seruan sang mama. Sementara itu, mama Sarah pun menghela napas panjang. Lalu mencari remote dan memastikan TV yang masih menyala tersebut.
***
Seminggu Kemudian
Kediaman Pramana, tempat tinggal Elvira.
"Kamu yakin mau datang? Nggak serahin saja semua ke pengacara?" tanya mama Lina ketika mereka sedang sarapan pagi bersama di meja makan.
"Nggak, Ma. Biar cepet selesai."
"Mama nggak setuju kamu ke pengadilan sendirian. Nanti Mama ikut!" cetus Mama Lina.
"Mama katanya ada acara?"
"Mama bisa batalin."
"Irene juga ikut ya, Ma." Mendadak menantunya itu nimbrung.
Mama pun hanya mengangguk, kemudian mengusap pipi Kimora yang saat itu dipangku Irene di dekatnya. Dan bila Irene terlihat antusias menghadiri sidang perceraian sang kakak. Lain halnya dengan Kalandra. Pria itu sejak pagi sudah menunjukkan wajah tidak sukanya.
"Lebih baik serahkan pada pengacara. Ngapain Mbak ke pengadilan. Nanti ketemu pria brengsekkk itu lagi!" cetus Kalandra dengan kesal.
"Tidak apa-apa, biar cepet selesai. Biar palu hakim cepat diketuk!" sela tuan Pram yang semula tadi ikut mendengarkan.
Karena semua setuju Elvira hadir di persidangan. Andra pun hanya bisa menghela napas dengan kesal. Empat lawan satu, jelas ia kalah.
Beberapa saat kemudian
"Beneran bawa mobil sendiri?" tanya tuan Pram ketika melihat Elvira memasang sabuk pengaman.
"It's oke, Pa. Vira nggak apa-apa." Elvira mencoba tersenyum tegar, padahal hatinya hancur. Mana bisa ia tersenyum saat akan menghadiri sidang pertama perceraiannya.
"Ya sudah, oh ya ... Ren ... nanti pulang kalau bisa kamu yang nyetir saja ya!" tuan Pram menatap Irene yang duduk di jok belakang.
"Iya, Pa!"
KLEK
Tuan Pram kemudian menutup pintu mobil, kemudian melepas kepergian keluarganya dengan hati yang tidak tenang. Rencananya ia akan menyusul belakangan. Sebab, ada pekerjaan penting yang tidak bisa ia tinggal begitu saja.
Sedangkan Kalandra pun sama. Ada meeting pagi ini. Ia tidak bisa ikut ke pengadilan. Dan lagi ia memang tidak mau ke sana. Ia pasti akan emosi bila menatap Rayyan. Seolah tanggannya sudah tersistem kepalan saat menemui pria yang menyakiti saudara perempuannya itu.
***
Di kediaman Wiratmaja
Seperti bocah, Radika naik turun tangga. Sedangkan Rayyan, pria itu merasa jengah dengan sikap saudaranya. Tidak bisahkan tenang sedikit? Pagi-pagi sudah hiper aktive sekali. Membuatnya sangat kesal.
"Nanti minta maaf lah pada keluarga Elvira," titah mama Sarah ketika mereka hanya berduaan. Karena Radika masih di atas tangga. Naik turun tangga tidak jelas.
"Hemm."
"Mama serius, Ray!" sentak mama Sarah yang melihat wajah Rayyan begitu malas-malasan saat disuruh meminta maaf pada keluarga Elvira.
"Iya," jawab Rayyan singkat.
"Dan untuk sementara ini, kamu jaga jarak dengan Eriska. Mama nggak mau wajah kalian tertangkap kamera."
Rayyan diam sesaat. Namun, tidak jauh dari sana. Di atas tangga, mimik wajah Radika berubah serius. Ia memasang telinganya lebar-lebar. Oh, rupanya lagi nguping. Kakak Rayyan itu sedang mencuri dengar dari keduanya.
"Mama tidak usah khawatir!" cetus Rayyan.
"Bagaimana Mama tidak khawatir! Semalam kamu pulang jam berapa? Dan ketika Mama hubungi Kris, katanya kamu keluar bersama Eriska."
Mama menatap tajam, ada marah dan campur kecewa saat ia melihat wajah putranya. Tampan sih, tapi membuat mama Sarah jadi jengkel. Apa bagusnya Eriska, hingga Rayyan membuang gadis sebaik Elvira. Sebagai perempuan, mama Sarah jadi ikut sakit hati. Padahal itu adalah putranya sendiri.
"Mama memata-matai Rayyan?" tuduh Rayyan dengan wajah yang sudah mengeras. Ia tidak suka gerak-geriknya diamatin. Andai Rayyan tahu, selama ini ada sepasang mata yang selalu mengawasi dirinya dengan seksama.
"Kenapa kamu marah sama Mama? Kalau kamu nggak salah, nggak usah tersinggung. Kalau begini kan kelihatan, ada yang kamu sembunyikan!" tuduh mama Sarah lagi dengan wajah sinis.
"Ma! Rayyan akan bercerai dan mengakhiri perjodohan konyol ini. Wajar Rayyan keluar dengan wanita mana saja!"
Dari jauh, tangan Radika mulai mengepal. Sedangkan mama Sarah, wajahnya langsung kusut. Ngidam apa dulu waktu hamil Rayyan. Mengapa putranya punya watak yang seperti itu.
"Setidaknya tunggu sampai sidang keputusan dari hakim. Jangan coreng wajah keluarga Dirgantara dengan scandalmu itu!"
"Mencoreng? Mama nggak salah? Lihat siapa yang sudah mencoreng keluarga ini yang sesungguhnya!" Rayyan melirik Radika dengan sinis.
Dan pagi itu pun berakhir dengan pertengkaran antara ibu dan anak. Mama Sarah sangat marah ketika Rayyan membahas kelemahan Radika. Putra pertamanya yang harus memiliki kekurangan sangat fatal karena sesuatu hal di masa lalu.
"Jaga ucapanmu! Dia kakakmu!" salak mama Sarah dengan emosi. Namun, hal itu hanya dibalas decakan yang meremehkan dari Rayyan. Seolah ia adalah mahluk sempurna. Sedangkan Radika hanya benalu dalam keluarga Dirgantara. Sebuah aib yang memalukan!
Sementara itu, Radika terlihat menahan kesal. Ia susah paya menahan emosi. Menahan diri agar tidak terpancing dengan kata-kata Rayyan yang membuat telinganya panas.
***
Pengadilan Agama
Ruang sidang 5-A
Mulanya suasana nampak kondusif. Aman dan terkendali. Tidak ada masalah yang berarti. Elvira dan Rayyan duduk tanpa saling menyapa. Keduanya seolah mahluk asing yang tidak saling mengenal.
Begitu juga dengan keluarga yang menemani. Baik mama Lina dan mama Sarah keduanya terlihat tidak akrab seperti biasanya. Sedangkan Radika, ternyata ia juga ikut. Hanya saja, mama Sarah memberikannya iPad. Jadi sejak tadi Radika fokus main game on-line. Padahal, telinga, dan matanya sedang mengintai apa yang terjadi di ruang sidang tersebut.
Sidang pun berakhir, dan akan diagendakan minggu depan lagi. Elvira langsung ke belakang menyusul keluarganya tanpa menegur Rayyan. Batinnya masih sakit. Ia masih terbayang-bayang saat ia tertusuk tapi Rayyan malah mendekat wanita lain.
Dan sepertinya sakit hati Elvira akan bertambah, ketika mereka di tempat parkir, matanya tidak sengaja menangkap basah Eriska yang turun dari mobil dan langsung berlari ke arah Rayyan. Tanpa malu, ia memeluk Rayyan dengan erat di halaman parkir pengadilan.
"Memalukan!" seru Irene kemudian menarik lengan kakak iparnya agar segera masuk.
"Mbak duduk di belakang. Aku aja yang nyetir," tambah Irene.
Sedangkan mama Lina yang juga tidak sengaja melihat pemandangan yang merusak matanya itu, spontan ia menjinjing rok yang ia kenakan. Wanita itu bergegas menghampiri Rayyan dan Eriska.
"Eh Mama mau ke mana, Mbak?" tanya Irene panik pada Elvira yang sudah masuk mobil duluan.
Sementara itu, Eriska yang melihat mamanya Elvira melangkah ke arahnya. Wanita itu langsung masuk mobil dengan ketakutan. Bersambung
Tidak mau dijambak lagi, Eriska bersembunyi di dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kan ku bilang juga apa,Radika masih pura2 sakit atau emang tak sakit..
2025-04-11
0
Kamiem sag
kubayangkan dulu Thor gimana wajah Dika saat berperan sbg orang bodoh juga wajah Eriska yg ketakutan dan sembunyi
2024-04-24
0
komalia komalia
gedek sama si rayan
2024-02-08
2