Suami Satu Malam Bagian 11
Oleh Sept
Rate 18 +
Elvira seketika membatu, wanita yang sebentar lagi OTW janda itu menatap tangannya sendiri. Kemudian menyisir semua mata yang juga terkejut menatapnya.
"Apa yang kamu lakukan, Mas Dika?" batin Elvira bertanya-tanya. Kini ia menatap lollipop pemberian Dika. Rupanya pria itu tidak hanya mengecup pipinya. Namun, juga memberikan sebuah permen. Entah apa maksudnya. Mungkin sekedar memberikan sesuatu tanpa ada maksud tertentu.
"Pulang, Ma."
Setelah mengecupp pipi Elvira, Radika mau kabur. Apalagi diliriknya tuan Pram sudah mengepalkan tangan. Sepertinya pria itu mau menghajar Radika. Beruntung, mama Sarah langsung pasang badan.
"Maafkan Radika ... maafkan anak saya. Dia tidak bermaksud demikian. Maafkan keterbatasan Dika.. maaf Mas Pram... Mbak Lina."
Terlihat jelas bahwa mama Sarah nampak tidak enak hati pada orang tua Elvira tersebut. Tidak mau anaknya mendapat pukulan lagi, mama Sarah langsung menarik tangan Radika. Sebelum pergi, Dika malah sempat-sempatnya menoleh. Ia menatap Elvira dengan tatapan aneh. Membuat Elvira memikirkan sesuatu.
***
Setelah mama Sarah dan Radika pergi, tuan Pram langsung menyerahkan sesuatu pada Elvira. Pria yang rambutnya sudah memutih itu memberikan berkas-berkas perceraian pada putrinya.
"Jangan pernah berhubungan lagi dengan keluarga Wiratmaja. Papa mau kamu menjaga jarak. Apalagi dengan Radika! Papa tidak suka."
"Pa ... Mas Dika bahkan seperti anak-anak," Elvira mencoba membela.
"Vir. Radika pria matang. Kamu harus tetap hati-hati. Pokoknya jaga jarak sama keluarga mereka." Tuan Pram tetap pada pendiriannya. Bahwa hubungan dengan keluarga Wiratmaja harus selesai.
"Betul apa kata papamu," timpal mama Lina yang curiga dengan sikap Radika. Sekaligus ia masih dendam dengan apa-apa yang berbau Rayyan. Karena bagaimana pun juga Radika itu kakak dari Rayyan. Musuh bebuyutan mama Lina saat ini.
"Mas Dika orang baik, Pa ... Ma."
"Tidak usah membela! Belum cukup kamu dihianati sampai seperti ini? Lihat! Bahkan anak itu tidak berani datang ke sini?" sentak tuan Pram yang mulai naik darah. Ia menyindir Rayyan yang tidak muncul sama sekali pasca Elvira keluar dari rumah sakit. Benar-benar menantu yang pantas dipecat.
"Kan Papa yang melarang ke sini!" batin Elvira menjawab.
"Sudah .... sudah, Papa istirahat dulu. Nanti tensi Papa naik lagi." Mama Lina mencoba menyudahi perdebatan tersebut. Karena hanya membuat naik darah saja. Tidak bagus untuk kesehatan suaminya.
Tuan Pram lantas masuk ke dalam, diikuti sang istri. Rasanya kedua orang tua Elvira butuh udara segar untuk menyejukkan pikiran mereka. Dan setelah papa, mamanya pergi. Kini Elvira kembali berduaan bersama Kimora.
"Mora sayang ... Mami harus apa?" tanya Elvira pada balita satu tahun tersebut. Tidak punya teman mengadu, Elvira malah asik bicara dengan Kimora. Sesekali ia tersenyum tipis, saat balita itu meraih dan menarik rambutnya.
Tinggal bersama sejak Kimora lahir ke dunia ini, membuatnya sangat dekat. Seperti anak sendiri. Bahkan ia memanggilkan Kimora Mami padanya. Karena sangat sayang, makanya ia sebenarnya memiliki harapan lebih setelah menikah. Tapi takdir seperti malah sedang main-main dengannya.
Impiannya menjadi seorang istri yang bahagia memiliki keluarga yang lengkap, suami yang sayang, anak yang lucu-lucu sirna sudah. Mungkin ia terlalu naif ... Atau mungkin impiannya terlalu ideal. Entahlah, Elvira merasa sudah gagal sebelum berperang.
***
Ketika Elvira berjibaku dengan segala problematika dalam hidupnya, ada seseorang yang sedang berbunga-bunga. Dia lagi bersandar di pangkuan seseorang. Sambil memainkan bulu-bulu halus pada lengan si pria.
"Setelah cerai, apa yang terjadi selanjutnya?" pancing Eriska.
"Entahlah!" Pandangan Rayyan kosong. Ia menatap tanpa arah. Harusnya sih bahagia, toh ini bukan pernikahan atas dasar cinta. Hanya saja, entahlah. Ia merasa tidak tenang.
"Kok entahlah ... Aku nggak mau tinggal di apartment itu lagi. Akan aku jual. Aku masih trauma sama Gio. Apalagi polisi belum menemukan dirinya."
"Mungkin dia kembali ke Jepang. Dan kalau kamu jual apartment, kamu mau tinggal di mana?"
"Aku mau di sini ... aku mau tinggal di rumah ini."
"Ish, jangan. Jangan di sini! Kamu mau mama menyeretmu keluar?" Dahi Rayyan mengkerut.
Eriska pun langsung bangkit, wanita itu buru-buru duduk.
"Ini rumah kamu, kan? Kenapa Tante berani mengusirku?"
"Ini rumah Dika," jawab Rayyan dengan nada malas.
"Hah? Idiiot itu?" Eriska keceplosan.
"Ish!"
"Maaf, yang kerja kamu siang sampai malam. Mengapa rumah ini milik Mas Dika?" protes Eriska.
"Ceritanya panjang."
"Cih ... ya sudah. Bereskan barang-barangmu ... aku akan telpon papa. Kita tinggal di sana berdua. Ada rumah papa yang kosong."
"Kamu pikir aku nggak punya uang?" Rayyan terlihat marah.
"Kok marah?"
"Marah, lah! Ngapain bawa-bawa papamu?"
"Ya ampun sayang, aku cuma nggak mau Kita kena masalah karena tinggal di sini. Itu aja, dan aku masih trauma tinggal di apartment." Wajah Eriska memelas, ia hendak merayu Rayyan. Dan itu berhasil. Karena pria itu kembali melunak.
"Jangan libatkan papamu."
"Iya ... iya. Tapi jangan marah."
"Hemm!"
"Oh ya, kapan sidang perceraian kalian?"
Rayyan menatap Eriska dalam-dalam.
"Kenapa kamu penasaran?"
"Tidak ... hanya ingin tahu."
"Minggu depan."
"Minggu depan ya? Emm... oh ya Ray ... emm ... malam itu. Malam kalian menikah ... apa kamu sudah menyentuhnya?" Eriska nampak memikirkan sesuatu. Ia dari kemarin penasaran, tapi belum sempat bertanya langsung.
"Kenapa? Kenapa kalau aku sudah menyentuh wanita itu?" Rayyan seperti ingin menggoda kekasihnya.
BUGH
Eriska langsung meninju tubuh Rayyan yang berbidang kotak-kotak tersebut. Seperti barisan roti sobek.
"Cukup! Kenapa kau marah?"
"Jangan katakan kamu sudah melakukan itu dengannya!" Eriska terlihat sangat marah dan cemburu.
"Menurutmu?"
"Sialannnn!!!" Eriska lantas mendorong tubuh Rayyan dengan kesal, ia kemudian turun dari ranjang. Tapi, Rayyan begitu cekatan. Pria itu menarik pinggang Eriska hingga wanita itu kini dalam kuasanya.
CUP
"Lepasin!" Eriska mencoba menepis. Tapi Rayyan langsung saja merampas bibirnya.
"Kamu selalu main tarik ulur, aku lelah. Dan aku pria normal."
Mata Eriska terbelalak, ia mencoba memeluk tubuhnya sendiri. Niat hati melindungi diri. Tapi Rayyan menyingkirkan tangannya dengan melakukan banyak cara. Hingga Rayyan bisa melakukan apa saja pada wanita itu. Dan keduanya tidak sadar, kegiatan mereka sedang disaksikan oleh sepasang mata yang menatap dengan dingin. Bersambung.
***
"Sayang ... Radika ... Dika ... kamu di mana?"
KLEK
Seorang pria melipat laptop dengan terburu-buru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Inilah susah nya kalo gak oernah pacaran,Terlalu BAPER dan Lemah juga gak bagus,padahal CUMAN di jodohin,bukan pacaran bertahun2..🙄🙄
2025-04-11
0
Qaisaa Nazarudin
KOK FEELING KU KALO RADIKA ITU PURA2 SAKIT..ATAU EMANG SAKIT TAPI UDAH SEMBUH,TAPI TETAP PURA2 MASIH SAKIT..
2025-04-11
0
Qaisaa Nazarudin
MENJIJIKKAN KELAKUAN MEREKA,..
2025-04-11
0