Suami Satu Malam Bagian 10
Oleh Sept
Rate 18 +
Baru datang sudah main pukul, itulah Kalandra. Pria berusia 27 yang suka emosi bila melihat kakaknya kenapa-kenapa. Bagaimana tidak tersulut emosi, Andra yang baru masuk rumah malah melihat pemandangan yang kurang sedap. Kakak perempuannya dipeluk-peluk sama kakak dari calon mantan suami. Sedangkan gugatan perceraian sudah masuk di pengadilan. Tidak pantas keluarga Wiratmaja itu beserta antek-anteknya menginjakkan kaki di rumah mereka. Apalagi ada sentuhan fisik yang dirasa sangat kurang pantas.
"Ndra!" pekik Elvira terkejut. Masih sambil memangku Kimora, putri pertama Kalandra dan Irene.
Sedangkan Irene sendiri terdiam di tempat, wanita berusia 25 tahun itu juga sangat terkejut. Suaminya baru tiba tapi langsung menghajar orang. Apalagi yang dihajar orang seperti Radika. Kesal sih kesal, tapi jangan begitu, pikir Irene. Emang sih, suaminya itu suka darting. Makanya ia selalu siapakan buah timun di dalam kulkas.
"Mas ..." Tidak ingin suaminya memukul orang dan berujung penganiayaan. Irene akhirnya menenangkan sang suami.
Sementara itu, mama Sarah langsung menghampiri putranya. Dilihatnya Radika sangat ketakutan. Dan itu membuat Elvira sangat tidak enak. Bagaimana pun juga selama ini keduanya sangat baik. Mama Sarah sudah seperti ibunya sendiri. Sedangkan Radika? Seperti teman. Ya ia memperlakukan Radika dengan sangat baik tanpa melihat keterbatasan pria itu. Andai Radika bisa normal, mungkin ia akan jatuh cinta padanya. Bukan malah pada Rayyan. Pria yang hanya membuat hatinya patah jadi dua.
"Mas Dika nggak apa-apa?" tanya Elvira cemas.
"Untuk apa kalian di sini? Belum cukup membuat kakak saya jadi janda dalam sekejap?" Andra kembali terpancing. Ia kurang suka melihat Elvira begitu baik hingga membantu Radika bangkit.
"Ndra! Mas Dika nggak tahu apa-apa," ucap Elvira sambil menoleh. Tapi tangannya tetap membantu mama Sarah untuk membuat Radika bangun.
"Tidak tahu apa-apa bagaimana? Jangan terpedaya dengan wajah polosnya. Dia tetaplah pria dewasa. Dan lagi, tidak ada yang beres di keluarga mereka!"
Mama Sarah memejamkan mata dalam-dalam, ingin rasanya membela. Tapi, yang dikatakan Andra sebagian memang betul. Lihat Rayyan, bagaimana sikap putra keduanya itu. Malam pertama malah bersama wanita lain. Siapa yang tidak akan marah?
"Maafkan keluarga Tante, Ndra."
Andra hanya menahan napas dengan kesal, sebenarnya ia tidak mau marah pada mama Sarah. Dia memang wanita baik, seperti ibunya sendiri. Hanya saja, Andra kurang simpatik dan sangat benci pada anak-anak mama Sarah. Rayyan dan Radika, bila membahas keduanya, darahnya langsung melonjak ke ubun-ubun. Benar-benar latihan tekanan darah.
"Kenapa Dika dipukul? Dika nggak nakal. Mama Dika nggak nakal ... Tapi dipukul," Radika terus saja mengulang perkataan yang sama dengan sorot mata dipenuhi ketakutan.
Melihat anaknya seperti itu, hati mama Sarah seperti teriris-iris. Hatinya tidak kuasa menahan sedih yang datang sesaat.
"Nggak, Dika nggak nakal. Ayo pulang ... Itu Andra lagi ajakin main dan nggak sengaja buat Dika jatuh, maafin Andra ya. Sini ... pulang." Mama Sarah membujuk Radika untuk pulang. Tapi Dika malah menepis tangan mamanya.
"Nggak ... Nggak .... Nggak mau."
Kalandra langsung bermuka masam, tidak mau suaminya kembali tersulut emosi. Irene langsung menarik suaminya masuk kamar. Ia membujuk sang suami agar ikut bersamanya.
"Mereka baru datang, cuma mau bertamu, Mas," bisik Irene yang merasa kasihan pada Mama Sarah.
"Ish!"
Dengan menahan geram, Andra pun diam saja saat Irene membujuk dirinya. Setelah Andra pergi, kini di ruang keluarga tersebut tinggal lah mama Sarah, Radika dan Elvira. Wanita paruh baya itu juga kesusahan membujuk putranya untuk pulang. Hingga Elvira ikut turun tangan.
"Mas Dika pulang dulu ya. Kapan-kapan kita main lagi."
Seperti anak kecil, Dika menggeleng kepala dengan keras.
"Nggak mau."
Elvira menarik napas, hatinya sekarang lagi sedih, gamang, galau karena perceraian. Ini ada-ada lagi masalah, bagaimana pun juga Radika adalah kakak dari Rayyan. Dan jujur, itu sangat membuatnya tidak nyaman.
Saat dua wanita tengah sibuk membujuk Radika, pemilik rumah tiba-tiba datang. Saat tuan Pram masuk, dengan cepat Radika bersembunyi dibalik tubuh mamanya.
"Pulang .... pulang .... pulang ...."
Tuan Pram langsung memasang muka garang saat menatap Radika. Dulu ia sering pura-pura garang untuk menakuti Radika, tapi sekarang sepertinya garangnya tuan Pram mengandung kemarahan yang sesungguhnya. Ia jelas marah, untuk apa keluarga Rayyan datang dan menginjakkan kaki di kediaman mereka.
"Apa kabar Mas Pram, Mbak Lina." Mama Sarah kelihatan segan menyapa besannya itu. Besan yang sebentar lagi jadi mantan.
Dengan sini mama Lina memalingkan muka.
"Mau apa lagi kalian? Kemarin Rayyan, apalagi sekarang? Jangan bilang kalian mau menyakiti anak saya lewat Radika?" cibir mama Lina yang masih terlihat emosi. Ia kesal bila ingat kejadian di rumah sakit. Melihat bagaimana Rayyan bersama dengan Eriska.
"Maaf Mbak ... maafkan Rayyan." Mama Sarah tambah salah tingkah. Hubungan yang dulu seperti saudara kini terasa hampa, sepah dan malah menimbulkan kondisi tidak nyaman.
"Lebih baik jangan ke sini, mengingat pernikahan sudah berakhir," sela tuan Pram sembari melirik tajam pada Radika tentunya.
Mama Sarah pun menghela napas panjang, lalau kembali meminta maaf.
"Maafkan saya, Mbak. Maaf karena membuat kalian kecewa." Mama Sarah meraih tangan mama Lina.
Sementara itu, mama Lina yang semula ketus akhirnya luluh juga. Ia tadi sempat membuang muka kini mau menatap mama Sarah. Karena bagaimana pun juga mereka berdua dulu adalah teman akrab. Kedua suami juga rekan bisnis. Meski marah, benci, kesal pada Rayyan. Rasanya ia tidak tega memarahi mama Sarah hanya karena ulah Rayyan yang membuat ia darting.
"Pulang lah, kapan-kapan kita bicara." Mama Lina mengusap bahu temannya itu. Kemudian melirik Radika yang ketakutan.
"Terima kasih, Mbak ... Mas ... Vir. Kami pulang dulu," pamit mama Sarah.
"Ayo Dika!" Mama Sarah meraih lengan putranya. Sudah cukup main-mainnya, mereka harus pulang.
Radika pun mendongak menatap mata tuan Pram kemudian langsung menunduk. Mungkin ketakutan, sembari menunduk, ia pun berjalan mendekati Elvira yang masih bersama Kimora. Pria itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Dengan terburu-buru ia memberikan benda itu pada Elvira. Sambil matanya melirik tuan Pram. Kemudian ia melakukan gerakan yang membuat seluru mata di ruangan itu terbelalak.
CUP
Bersambung
Jangan lupa tap love, dan baca juga novel Sept yang lain ya.... mereka menunggu untuk kalian baca juga hehheheh
Rahim bayaran, Istri Gelap Presdir, Dea I Love You, Mencari Daddy, Menikahi Majikan, Wanita Pilihan CEO, Suamiku Pria Tulen, Kesetiaan Cinta.
Yuk kenalan sama SEPT juga
IG : Sept_September2020
FB : Sept September
Kiss youuuu.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Kamiem sag
Dika mencium Vira??
2024-04-24
0
komalia komalia
waah pake cup cup segala
2024-02-08
0
Lilisdayanti
aqu baru dapet cerita yg berbeda,, langsung paforit aja,, aqu suka Radika laki²yg berbeda,, sumpah ceritanya lain dari yg lain 👍👍👍
2023-12-13
0