Suami Satu Malam Bagian 9
Oleh Sept
Rate 18 +
"Vira ... mana vira ... Rayyan ... mana Vira ... Vira ... Viraaaaa!" Radika menarik-narik ujung kemeja Rayyan. Membuat pria itu kesal dan jengah. Kesal, karena tingkah sang kakak seperti anak kecil. Rayyan menepis tangan Radika. Sayang, Radika terus saja mengusiknya.
"Minggir!" sentak Rayyan dengan nada keras. Membuat Radika ketakutan dan lari menuju samping mamanya. Ia duduk ketakutan.
"Jahat ... jahat .... jahat." Radika melihat kanan, kiri, depan, samping, pandangannya tidak beraturan. Ia kalau dibentak memang gejalanya akan seperti itu.
"Ray! Halus sedikit dengan kakakmu!" sentak mama Sarah. Ia balik memarahi putra keduanya.
Sedangkan Rayyan, ia malah tersenyum sinis. Melihat Radika sang kakak, betapa memalukannya si Radika itu, membuatnya muak. Tanpa peduli pada mama dan papanya yang masih ingin membahas perceraiannya dengan Elvira, pria itu malah naik ke lantai atas.
Mama Sarah pun hanya bisa menghela napas panjang, sembari tangannya mengusap kepala Radika dengan lembut dan sayang.
"Vira .... Vira .... Vi-Ra!" mulut Radika terus saja menyebut nama istri adiknya yang sebentar lagi akan menjadi mantan adik ipar.
"Kenapa? Kangen Vira, sayang?"
Radika langsung duduk dengan sempurna. Matanya berbinar-binar menatap mamanya.
"Mau ... mau."
Mama Sarah tersenyum tipis.
"Nanti, nanti ya ... kita ke rumah Vira."
Pria berusia 37 tahun itu malah bertepuk tangan. Seperti anak kecil yang girang diberikan benda yang ia sukai.
Sedangkan Pak Wira, ia hanya bisa memijit keningnya. Kepalanya pusing, migraine gara-gara memikirkan kedua putranya. Satu fisiki akal sempurna, tapi kelakuan minim. Satunya lagi, ah ... sudahlah. Papa Wira kemudian menatap sendu pada putra pertamanya.
***
Kediaman Pramana Prakoso, rumah orang tua Elvira.
"Mbak, titip Kimora ya."
Tanpa melihat wajah sendu Elvira, Irena langsung menaruh Kimora di atas pangkuan Elvira. Dan langsung berbalik pergi. Seprertinya ia sengaja melakukan hal itu. Karena begitu berbalik, ia malah sembunyi. Mengintip dari jauh. Adik ipar Elvira tersebut rupanya hanya ingin mengalihkan kesedihan kakak iparnya itu. Biar Elvira tidak fokus pada rasa sedih akibat sidang perceraian yang sudah mulai berjalan.
Tak lama berselang, Kimora yang baru berusia 1 tahun itu mulai rewel. Bagaimana tidak rewel, Elvira mrnjaga balita seperti seorang patung. Ia sama sekali tidak mengajak ponakannya berinteraksi. Diam tanpa suara. Membuat Kimora rewel dan menangis.
Irene sebenarnya tidak tahan melihat putri kecilnya menangis. Namun, ia tahan-tahan. Demi kebaikan sang kakak ipar. Dan usahanya akhirnya membuahkan hasil.
Elvira tersadar dari lamunan. Wanita yang sebentar lagi akan OTW janda tersebut kemudian mengangkat tubuh Kimora yang munggil. Kemudian dihadapkan ke arahnya.
"Kenapa menangis? Apa yang membuatmu menangis Mora?" gumam Elvira sembari berdiri. Ia kemudian menimang Kimora. Membelainya dengan penuh kasih dan sayang.
"Jangan menangis, nanti kamu lelah ..." batin Elvira sembari memejamkan mata dalam-dalam.
Ting tung
Irene buru-buru keluar dari persembunyian. Ia mau melihat siapa yang datang.
"Bentar, Mbak Vira. Irene lihat dulu siapa yang datang. Jagain Mora dulu," ucap Irene.
Elvira hanya mengangguk.
Di luar rumah, Radika sudah mengelayut manja pada lengan mamanya.
"Vira ... Vira ..."
"Iya, sayang. Bentar ya." Dengan sabar mama Sarah mengusap lengan putranya itu. Jika Radika Dirgantara bisa normal, rasanya lebih baik ia mengambil mantu Elvira untuk putra pertamanya itu. Dari pada Rayyan. Sepertinya Rayyan menyia-nyiakan emas asli demi emas imitasi. Bagi mama Sarah, sosok Elvira adalah mantu idaman.
Sopan, penyayang, hangat, sayang keluarga. Dan sepertinya ia tidak suka berkarir. Tidak seperti Eriska. Mama Sarah tidak setuju dari awal. Selain gadis itu terlihat ambisius, Eriska juga sepertinya akan menghabiskan hidupnya demi karir dan karir. Keluarga bukankah priorias. Entahlah, mama Sarah sepertinya kurang klop dengan wanita pilihan Rayyan tersebut.
KLEK
Begitu pintu terbuka, lamunan mama Sarah langsung ambyar. Dilihatnya Irene, adik ipar Elvira yang membuka pintu.
"Mama ada, sayang?"
Mama Sarah basa-basi, padahal mau ketemu Elvira, malah tanya calon bakal mantan besan.
"Mama lagi di luar, Tante. Mari ... masuk." Irene menyambut tamu dengan hangat. Tidak peduli kasus apa yang sedang melanda kedua keluarga, karena Irene nggak ikut-ikutan.
Ada tamu ya disambut, dipersilahkan duduk dan ditawari minum.
"Sebentar, Tante. Saya buatin minuman."
Mama Sarah hanya mengangguk sambil tersenyum ramah. Sementara itu, Radika sudah mulai hiper aktive. Pria dewasa yang terjebak dalam jiwa dunia bermain anak-anak itu, tiba-tiba mengikuti Irene yang melangkah masuk ke dapur.
Akan tetapi, begitu sadar ada Elvira yang duduk di atas sofa sambil bermain dengan seorang balita. Radika langsung berlari, pria itu lantas duduk di sebelah Elvira. Dengan biasa Radika langsung menyandar pada Elvira. Terlihat nyaman dan tidak mau diusik.
Untuk sesaat Elvira terhenyak, rupanya tamu yang datang adalah Radika. Tidak mungkin mengusirnya, karena Radika tidak tahu apa-apa. Pria polos seperti kapas itu bahkan tidak tahu apa-apa.
"Sama siapa?" tanya Elvira tanpa berbalik. Membiarkan Radika tetap bersandar.
"Mama ... mama .... mama."
Elvira tersenyum getir, untuk apa calon mantan mertuanya itu datang ke sini?
"Vir!"
Mendengar suara mama Sarah, Elvira baru menoleh. Saat akan bangun, Radika malah memeluk pinggangnya erat. Seolah tidak mau jauh. Melihat hal itu, mama Sarah terlihat tidak enak. Apalagi sebentar lagi Elvira akan cerai dengan Rayyan. Jadi, hubungan kekeluargaan akan segera putus.
"Dika! Lepaskan Vira, sayang." Mama Sarah mencoba melepas lengan putranya. Namun, Radika malah semakin erat, seolah sedang memeluk seorang kekasih dan tidak mau melepaskan.
"Mas Dika, sakit," ucap Elvira lirih.
Mendengar suara Elvira yang mengeluh sakit, dengan cepat Radika langsung melepaskan jeratan lengannya pada pinggang Elvira.
"Jangan sakit ... jangan sakit, ya." Radika langsung mengusap pinggang Elvira.
"Hey! Apa yang kalian lakukan?"
BUGH
.....
Tubuh Radika langsung terpental, pria tegap tapi lentur itu tersungkur di atas lantai. Karena sebuah pukulan.
Bersambung.
Jangan lupa tap love/ pencet simbol hati biar kalau up lagi langsung ada notif di hp kalian. Hehehhe mode maksa. Wkwkwkwk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti mama Sarah malu banget ya,Udah Rayyan berulah, Sekarang harus ketemu Vira demi Radika..
2025-04-11
0
Qaisaa Nazarudin
BERDOA SAJA SEMOGA RAYYAN GAK NYESEL BUANG PERMATA DEMI BATU KALI..
2025-04-11
0
Qaisaa Nazarudin
OMG kasian Radika..
2025-04-11
0