Suami Satu Malam Bagian 3
Oleh Sept
Rate 18 +
"Mau ke mana?" suara Elvira mencegah Rayyan untuk meneruskan langkahnya yang nampak terburu-buru itu.
Elvira mengamati sosok pria yang kini sudah menjadi suaminya itu, ia melihat Rayyan yang akan pergi meninggalkan kamar pengantin mereka. Rupanya barusan ia juga ikut terbangun setelah mendengar suara berisik di dalam kamar hotel tersebut. Suara telpon antara Rayyan dan Eriska membuatnya ikut terjaga dari tidurnya yang semula begitu lelap dan nyenyak.
Sedangkan Rayyan, ketika ditegur oleh istrinya yang ingin tahu ia hendak ke mana. Pria itu malah memasang muka acuh.
"Bukan urusanmu! Lanjutkan tidurmu!" ketus Rayyan. Seperti bediding di awal musim kemarau. Sikap pria itu begitu dingin dan menusuk menembus tulang ekor.
Pria itu pun bicara tanpa menoleh pada Elvira yang sejak tadi menatapnya penuh selidik. Sikapnya sama sekali tidak ada lembut-lembutnya pada Elvira. Selalu kasar, kaku dan kejam. Seolah Elvira itu wanita yang tidak memiliki hati. Dan Elvira hanya mampu menahan napas kesal menghadapi sikap suaminya itu.
"Kamu mau menyetir? Kamu bahkan masih mabuk!" Elvira menatap kunci yang dipegang suaminya. Ia menduga pasti Rayyan mau keluar sambil membawa mobil.
"Jangan ikut campur!" sentak Rayyan dengan nada tinggi. Seolah-olah Elvira adalah musuh abadinya.
Mendapat perlakuan tak mengenakkan, Elvira tidak membalas. Ia hanya menahan napas dengan kesal. Kemudian berjalan mendekat.
"Aku antar!" Elvira langsung merebut kunci dari tangan suaminya dengan cepat. Membuat Rayyan kehilangan benda tersebut dengan sekejap mata.
"Hey! Apa yang kamu lakukan?" Bola mata hitam itu seolah mau meloncat dari tempatnya. Rayyan protes atas tindakan istrinya itu, ia pun marah karena Elvira mulai ikut campur. Padahal ia sudah tegaskan berkali-kali, bahwa Elvira harus tahu posisinya. Mereka hanya suami istri di atas kertas. Tidak berhak mencampuri urusan masing-masing.
Sedangkan Elvira, ia seolah tidak mendengar protes apapun dari suaminya, Elvira malah meraih jaket dan pergi mendahului sang suami. Wanita itu berjalan tanpa peduli dengan ocehan Rayyan yang terus memaki sambil menyusul dari belakang.
"Wanita gila! Apa yang dia lakukan! Hey! Berikan kunci mobilnya!" protes Rayyan. Namun, Elvira benar. Ia masih sedikit pusing karena effect minuman belum hilang sepenuhnya. Terlihat dari pandangan matanya yang sedikit kabur, tapi bukan karena rabun.
Akhirnya ia pun terima saja tawaran sopir pengganti tersebut. Lagian ia juga sangat buru-buru. Sebelum Eriska kenapa-kenapa. Di dalam kepalanya hanya Eriska, Eriksa dan Eriska. Tidak ada tempat sedikit pun untuk Elvira. Kalau pun ada, itu masuk dalam katagori orang yang paling ia benci dalam hidupnya.
***
Di dalam sebuah mobil warna kuning yang mencolok, Rayyan duduk di sebelah kemudi. Sedangkan Elvira, ia duduk di balik kemudi dengan tenang. Namun, wajahnya sangat tegas sekali. Wanita yang dicap perawan tua oleh suaminya sendiri itu, mengendara dengan kecepatan penuh. Seolah-olah ia adalah pembalap F1.
Sebenarnya Elvira sangat jengkel, saat tahu ke mana tujuan mereka. Apakah ini adalah rasa cemburu? Bisa jadi. Tapi entahlah, yang jelas dadaa Elvira terasa nyeri ketika harus menyerahkan suaminya pada wanita lain di malam pertama mereka.
"Sialll!" Elvira terus mengumpat sembari menekan pedal gas.
"Hey! Kau mau membunuh suamimu?" maki Rayyan sambil berpegang erat. Jantungnya hampir copot karena Elvira mengemudi seperti mau balap liar. Benar-benar wanita gila, itulah yang ada dalam benak Rayyan.
"Suami?" batin Elvira mencibir.
"Suami brengsekkk!" maki balik Elvira dalam hati. Seolah kebal dengan umpatan Rayyan, Elvira semakin semangat memacu kendaraan limited edition tersebut. Terserah mau nabrak, toh ia sama sekali tidak peduli.
Jujur, bagaimana pun dia tetaplah sebagai seorang wanita. Dan wanita mana yang mau suaminya dibagi dua? Perjodohan ini, bila mau, Rayyan bisa saja menolak. Terlalu klise hanya karena dipaksa orang tuanya ia tidak bisa menolak. Prettt! Pria tidak memiliki pendirian. Tidak gentleman, bukan pria sejati! Semakin marah, Elvira malah semakin menjadi. Ia mengemudi bagai kerasukan arwah pembalap.
WUSHHHH
"Kurangi kecepatannya!" teriak Rayyan. Perutnya terasa mual. Elvira benar-benar membuat kepalanya tambah pusing dan mualnya bertambah parah.
Chittttt
Mobil berwarna kuning itu mendadak menepi, Elvira berhenti dan membuka pintu.
Huek .... Huekkkk .... huuuekkk...
"Sialannnn!"
Sambil memegangi perutnya yang sakit, Rayyan melirik ke arah depan mobilnya. Ia sangat kesal dan jengkel pada istrinya tersebut.
"Awas kau, Vira!"
KLEK
BRUAKKK
Rayyan membuka dan menutup pintunya dengan keras. Seolah memberitahu pada Elvira bahwa ia sedang marah pada wanita tersebut.
"Kau mau jadi JANDA?" tantang Rayyan dengan muka merah seperti kepiting rebus. Sumpah, dari pagi sampai larut malam ini, ia merasa dibuat jengkel oleh orang yang sama.
"Jangan berlebihan," jawab Elvira enteng. Ia kemudian menyalakan mesin.
"Sudah hampir dekat, awas kau!" Rayyan terlihat sudah amat sangat jengkel.
Elvira tersenyum tipis.
"Awas apa?" tanya Elvira. Namun, hanya dalam hati.
Mobil pun kembali memasuki jalanan utama, melengang bebas di atas pekatnya aspal. Setelah menempuh beberapa belas kilo, mereka akhirnya sampai di sebuah apartment mewah di pusat kota. Bangunan tinggi dan elite itu nampak gagah dan wah. Sebuah hunian impian bagi mereka yang tak berduit. Karena tempat seperti itu pasti sangat mahal. Hanya bisa dibeli oleh mereka yang kaya, kalangan atas dan berpenghasilan yang cukup lumayan.
KLEK
Rayan turun dari mobil. Pria tersebut bergegas turun. Namun, kemudian berbalik. Ia menutup pintu samping saat Elvira juga mau ikut turun.
"Stop! Sana! Pulang," titah Rayyan dengan tatapan yang tajam.
Wajah Elvira langsung memerah, ia sangat-sangat jengkel. Sakit hati sekali, ia pun langsung memundurkan mobik milik Rayyan tersebut. Dengan emosi, Elvira meninggalkan kawasan apartment yang besar dan wah tersebut.
Akan tetapi, baru sampai beberapa ratus meter, Elvira merasa sangat bodohhh! Mengapa ia meninggalkan suaminya di apartment wanita lain. Secara hukum, ia adalah istri sah. Entah mengapa, ia ingin melihat suaminya dan wanita itu secara langsung. Agar ia bisa membenci Rayyan setelah melihat suaminya mencumbuu wanita lain di depannya.
Ia ingin membuat hatinya membenci Rayyan dengan total. Karena ia tidak mau terlena oleh perjodohan ini. Meski kedua orang tua mereka sangat senang dengan pernikahan ini. Apalagi Radika, kakak dari Rayyan. Pria dewasa yang seperti anak kecil itu, menjadi salah satu alasan sang mertua begitu memaksa perjodohan ini. Ingin menguatkan hati, Elvira memilih putar arah. Ia berbalik menyusul suaminya yang saat ini berada di apartment Eriska.
***
Apartment nomor 088
Tok tok tok
"Ris! Buka pintunya ... ini aku!" teriak Rayyan.
KLEK
Bukkkk
Eriska langsung memeluk sosok yang berdiri di depan pintu tersebut. Tubuhnya masih bergetar saat Rayyan memeluknya.
"Ada apa? Coba jelaskan!"
"Aku ... A-ku ... Aku pembunuhh!" isak Eriska sembari memeluk erat Rayyan.
Dengan terbata, Eriska menceritakan kejadian awal. Dari pertemuan tak sengaja dengan Gio dan berakhir di apartment.
"Apa dia sudah mati?" tanya Rayyan sambil melepas pelukan Eriska. Wajahnya nampak serius, matanya juga mulai memindai semakin dalam. Menatap seluruh ruangan apartment milik Eriska.
"Entah, Ray! A-aku belum me-meriksanya." Masih dengan suara gemetaran.
Rayyan pun berjalan ke arah dapur, ia sepertinya mau muntah saat melihat banyak darah di lantai. Bau amis menyeruak, perutnya yang semula memang mual gara-gara Elvira, tambah semakin parah. Tapi ... Tapi di mana mayat Gio?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Kamiem sag
ish... Vira ngarep
2024-04-24
0
Lilisdayanti
nyimak dulu 🤔🤔
2023-12-13
2
Dewi Zahra
sabar Elvira
2023-05-15
0