Hari Jumat, adalah hari yang paling di tunggu para santri di pondok pesantren Ar-Raudhatul muta'alimin, jika di sekolah libur hari Minggu, maka berbeda di pondok pesantren. Karna jadwal liburnya adalah hari Jumat.
Dan hari ini adalah jadwal para orang tua untuk men jenguk anak yang yang istiqomah menetap di pesantren tersebut.
Pagi sekali satu persatu dari orang tua mereka berdatangan dengan membawa berbagai macam makanan untuk anak-anak nya.
Kini nama Nabil dan Amira di panggil di posko, karna memang seperti itu, setiap ada pengunjung yang ingin bertemu maka harus lapor kepada harisah yang berganti setiap harinya, karna punya jadwal nya masing-masing.
Nabil dan Amira langsung keluar menghampiri orang tua mereka.
"Assalamualaikum Ummi, abi, Ayah!" sapa Nabil, sambil mencium tangan ke tiga orang tuanya.
"Waalaikum salam, sehat nak?" Tanya Ummi Fathimah.
"Alhamdulillah sehat, Ummi dan Abi gimana keadaan nya, sehat?"
"Kami sehat juga, Nak"
"Loh, bunda di mana yah?" Tanya Amira yang tidak melihat sosok ibunda nya.
Ayah Amira yang bernama anwar itu tersenyum.
"Bunda tidak datang sayang, karna ayah kesini ingin menjemput mu" Jelas ayah nya Mira.
"Kenapa Ayah tiba-tiba menjemput Mira?" Tanya Mira merasa bingung.
"Karna orang yang mau di lamar kan harus ada"
"Ma-maksud, Ayah?" tanya, Mira. Dia dan Nabil sama sama belum paham.
"Salah satu ustadz yang juga mengajar di pesantren ini melamar mu, bukan kah kamu sudah menerima nya" Jelas ayah Mira.
Deg.....
Hati Nabil langsung teriris, rasanya baru kemaren lusa dia mengirim balasan surat Mira kepada ustadz Amir, tapi sudah berlangsung secepat ini.
Meski Nabil mencoba ikhlas, namun rasa sakit tetap tidak bisa dia larang, rasa itu datang dan hinggap tanpa permisi di hatinya, Nabil tidak ingin egois, dia sudah merelakan orang yang di sukanya dalam diam akan bertunangan dengan sahabat nya, yang juga sangat dia cintai.
Walaupun sudah merelakan, tapi untuk melupakan, butuh proses bukan.
"Ayah jangan bercanda dong" rengek Mira masih merasa belum percaya.
"Untuk apa ayah berbohong, Bunda sedang menyiapkan semuanya, dia tengah menunggu putri nya pulang!" sanggah ayah Mira meyakinkan anaknya itu.
"Ya sudah, kamu minta izin saja dulu sama ustadzah Ainal, biar aku bantu mengemasi barang mu!" ujar Nabil.
"Aku sama siapa dong, kamu pulang juga ya Bil, aku ingin kamu ada di samping ku" Mohon Mira.
Nabil gelagapan, mereka memang pernah berjanji akan selalu menemani satu sama lain saat salah satu dari mereka saling membutuhkan.
Tapi apa dia harus pulang, bukan kah akan sangat menyakitkan jika melihat secara langsung pertunangan antara orang yang dia harapkan bersama dengan sahabatnya.
"Tapi ini kan cuman pertunangan, nanti kalau kamu nikah baru aku akan pulang"
"Pokok nya aku mau kamu pulang, ya" Mohon Mira lagi sambil menggoyang-goyangkan tangan Nabil.
"Ummi boleh ya Nabil pulang, nanti kalau acara kamu aku juga nggak akan datang" Ancam Mira sambil membuang wajahnya dan melipat kedua tangan di depan dada nya.
Melihat itu, mereka sontak menertawakan tingkah Mira "Heum baik lah, ayo kita minta izin sama ustazah Ainal!" ajak Nabil, yang akhirnya mengalah. Karna dia tidak ingin membuat sahabat nya kesal.
"Beneran Bil?" Tanya Mira langsung antusias dan mendapat anggukan dari Nabil.
"Yei... makasih Nabil sayang" Mira memeluk Nabil.
"Nggak usah berlebihan ihhh!" protes Nabil.
"Hehe maaf, habis nya aku senang banget karna kamu mau pulang" imbuh Mira cengengesan.
"Ini senang karna aku pulang apa karna senang di lamar" Goda Nabil.
"Ih... apaan sih kamu, kan aku jadi malu" Mereka hanya tertawa menanggapi perkataan Mira.
"Andai kamu tau tentang perasaan ku Ra, andai kamu tau betapa sakit dan hancurnya hatiku saat tau dia akan meminang mu, apa kamu tetap akan menyuruh ku pulang" Jeritan hati Nabil.
Akhirnya setelah mendapat izin dan siap mengemasi barang, mereka langsung pulang, barang belanjaan yang di bawa Ummi dan Abi Nabil harus di bawa pulang lagi, sebagian sudah di berikan pada santri di sana.
...****************...
Di meja makan...
"Faris, kapan kamu akan melelang handphone yang kamu rancang selama tiga bulan lalu?" Tanya pria berambut putih dan kulit sudah sedikit mengendur, namun tetap masih terlihat kewibawaan nya, dia lah Adinata pemilik perusahaan terbesar di negara tersebut yang kini di alihkan kepada sang cucu.
"Senin Kek, karna perlu Faris cek ulang, karan ini pemasaran besar besaran, jadi tidak boleh ada kesalahan sedikit pun." jawab Faris datar.
"Heum, apa kamu menerima kerja sama dengan perusahaan pak Ronald untuk bekerja sama menciptakan alat yang bisa melihat masa depan?" Tanya kakek.
"Ntah kek, aku tidak terlalu tertarik... apa lagi melihat pak Ronald seperti bukan orang yang bisa di percaya" jawab Faris, sambil memasukkan sarapan ke dalam mulutnya.
Kakek Adinata mengangguk "Kakek serahkan semuanya pada mu, lebih baik kamu fokuskan saja pada rancangan mu itu"
Ya begitulah, Kakek Adinata selalu mendukung apapun keputusan Faris, dia memang tidak pernah pergi kekantor sejak di ambil alih oleh cucu semata wayangnya, namun dia selalu mendapat kan informasi tentang perusahaan.
"Hem ... Faris!" Panggil kakek Faris.
"Iya ada apa kek?" jawab Faris tanoa melihat pada sang Kakek.
"Em, kamu kapan cari jodoh? kakek sudah sangat ingin cucu menantu dan juga cicit yang akan menambah kebahagiaan kita" tanya Kakek.
"Kakek bermimpi saja dulu, aku tidak berminat." Faris langsung bangun, dia pun melangkah tanpa mendengar teriakan kakek nya itu.
.
.
.
.
.
.
~Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Lina Maulina Bintang Libra
sabar Nabil Dy bukan jodohmu
2022-11-30
1
Kinay naluw
dasar cucu lacnut masa kakeknya suruh mimpi.
2022-09-20
0
YuliBunda AlyaMikayla
😰😭😭😭
2022-09-11
0