Tibalah saatnya hari liburan akhir semesterku bersama teman-teman sekelas. Suasana pantai yang indah, anginnya segar, dan desiran ombak yang menenangkan. Siapa yang tidak menyukai pantai, karena setiap orang akan jatuh cinta dengan pantai setelah menikmati liburan di pantai.
"Zai, kayaknya kamu seneng banget", kata Henry
"Hehehe iya", kataku
"Pantainya cantik ya, kayak kamu", kata Henry sambil mendekatkan jaraknya denganku
Akhir-akhir ini si teman sekelasku ini memang tingkahnya sedikit aneh, lebih suka cari perhatian kepadaku. Entah dengan perhatian kecil ataupun gombalan alaynya itu.
Kitapun berlanjut acara bakar ikan yang sudah kita bawa tentunya.
Suasana begitu menyenangkan, ada yang bagian menata tempat kita makan bersama nanti, ada yang masih berenang, ada yang mainan pasir, ada yang bersih-bersih, dan ada aku yang juga ikut bagian bakar ikan hehehe.
Hari hampir sore, kita bergegas untuk pulang. Membereskan semuanya, bersih-bersih diri dan kemudian berdoa bersama untuk perjalanan pulang.
Dalam perjalanan, aku yang berboncengan dengan Haikal berhenti di supermarket untuk membeli keperluanku.
Daripada aku bolak balik keluar kos nantinya jadi sekalian saja ketika melewati supermarket aku akan membeli keperluanku.
Haikal yang tadinya hanya ingin membeli parfum saja ternyata membeli beberapa keperluannya juga, jadinya aku yang sedikit lama menunggu Haikal hehehe.
Setelah selesai berbelanja, Haikal mengajakku mampir sebentar di toko bunga.
Seperti yang ceritakan ketika perjalanan pulang, Haikal saat ini sedang menyukai seseorang katanya.
"Menurutmu bunga yang mana Zai?", tanya Haikal yang kebingungan memilih bunga yang akan ia berikan
"Kayaknya ini deh, mawar merah", kataku
Pengalaman beberapa kali diberi bunga mawar merah oleh laki-laki yang berusaha mendekatiku, sedikit banyak membuatku mengerti bahwa mawar merah adalah yang paling cocok sebagai lambang cinta. Apalagi Haikal berniat untuk menembak perempuan yang ia ceritakan itu.
Setelah selesai membayar, kita keluar dari toko bunga. Haikal menghentikan langkahnya, dia terdiam tatapannya seperti ada sesuatu hal yang terjadi dan matanya berkaca-kaca.
"Kal, ayo", kataku
Haikal tetap diam, dan kemudian menghembuskan nafas cukup kencang.
Haikal menuju motornya tanpa sepatah katapun, akupun mengikutinya. Di perjalanan pulang, Haikal tetap diam. Aku tidak berani menanyakan sesuatu padanya, karena aku tidak ingin ikut campur urusan orang lain.
Sampai di depan kosku, aku menyerahkan bunga yang aku bawa pada saat perjalanan.
"Buat kamu aja Zai", kata Haikal dengan nada sedikit pasrah
"Lho ini kan buat Bintang, ini", kataku sambil menyodorkan bunganya
"Enggak jadi, buat kamu aja. Makasih ya udah nganterin, aku balik", kata Haikal sembari menyalakan motornya kemudian pergi
Aku kebingungan dibuatnya, kenapa malah diberikan kepadaku?
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh kedatangan Diandra.
"Door!"
"Hayo lho kemana aja kamu sama Haikal", kata Diandra
"Tadi mampir supermarket bentar", kataku
"Ciye ciyee dikasih bunga", kata Diandra menggodaku
"Apaan sih, yuk masuk dulu", kataku
Setelah kita masuk ke kosku, aku meletakkan bunga Haikal di meja karena ku kira Haikal akan mengambilnya besok.
"Eh Di, tau nggak?", tanyaku
"Apa?, kamu di tembak Haikal? Hahaha udah ku tebak", kata Diandra
"Ih apaan sih, malah aku lagi bingung nih. Tau nggak, diperjalanan pulang dia itu habis cerita kalau dia suka sama seseorang, dan berniat ingin menembaknya malam ini. Mangkanya dia beli bunga, tapi kenapa malah di kasih ke aku", kataku yang masih kebingungan
"Berarti kamu orangnya hahaha", goda Diandra
"Bukan, namanya Bintang. Aneh banget tau Di, tapi sempet kek Haikal tiba-tiba diem gitu di depan toko bunga", kataku
"Kenapa emang?", tanya Diandra
"Lha itu aku nggak tau, dari yang awalnya dia ceriwis eh pas pulang cuma diem. Aku nggak berani dong nanya-nanya", kataku
"Jangan-jangan dia habis lihat hantu hahaha", kata Diandra
Aku hanya diam dan memikirkan ada apa dengan Haikal. Setelah bergelut dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku whatsapp Haikal.
Kal, bunganya kamu ambil kapan?
Itu buat kamu Zai (jawaban dia yang membuatku kaget)
Aku nggak mau Kal, kalau kek gini
Hahaha iya Zai tau kalau kamu pasti ngira yang aneh-aneh. Daripada aku buang kan mubazir, tapi buat kamu aja Zai (ini anak masih aja bisa ketawa padahal pikiranku kemana-mana)
Aku serius Kal, aku gamau
Aku juga serius Zai (apa-apaan ini Haikal)
Bintang gimana? trus nembaknya nggak pake bunga kayak kata kamu?
(Haikal typing cukup lama)
Enggak Zai, aku kecewa. Selama ini aku mengira Bintang baik denganku karena dia juga suka denganku, tapi ternyata tidak. Kamu lihat kemarin di cafe depan toko bunga? Bintang ada di disana dengan Endrew.
Aku yang waktu itu tidak melihat apa yang Haikal lihat, karena akupun tidak pernah bertemu dengan Bintang dan Endrew. Aku kebingungan membalas pesan Haikal.
"Di, baca deh", kataku kepada Diandra yang sedang asik ngemil
"Apa apa?", kata Diandra sambil mendekat
Diandra begitu serius membacanya, dan kemudian dia tertawa.
"Hahaha, kenapa sih kita harus kek anak kecil gini", kata Diandra
"Maksudnya?", tanyaku yang kebingungan
"Ya kayak aku Zai, aku cuma ngefans sama Endrew. Sama kayak Haikal ngefans sama Bintang. Semisal kita pengen banget tuh bisa deket sama yang kita fans misalnya, tapi kan apa yang kita pengen nggak semua bisa terjadi. Biasa ini mah, dia lagi galau dengen ekspetasinya aja. Sama kayak aku kemarin Hahaha", kata Diandra kemudian
"Trus aku balas apa?", tanyaku yang masih bingung
"Gausah dibalas, yuk sekarang kita makan. Laper banget aku, dari tadi kamu cuekin hahaha", kata Diandra
Aku merasa tidak enak dengan Diandra, karena memang sedari tadi pulang dari pantai aku merasa lapar dan mungkin Diandrapun merasakan hal yang sama.
Kita pergi ke rumah makan deket kosku, karena Diandra sangat menyukai masakan di sana daripada di tempat lain. Selesai makan, kitapun berpisah di depan gang kosku. Karena besok libur Diandra berencana untuk pulang ke rumahnya, sedangkan aku memilih untuk tidak pulang karena akan mengikuti pendaftaran UKM tari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments