Seminggu kemudian...
Di sebuah mesjid, di kawasan Jakarta.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nadira Khansa Salsabila Binti Bian Saputra, dengan maskawinnya yang tersebut di atas tunai." Fahri melantunkan Ijab Kabul dengan lancar dan mantap, dalam satu tarikan napas.
Para saksi yang hadir pun mengatakan 'sah'. Dilanjutkan dengan lantunan doa yang dibacakan oleh seorang ulama yang turut hadir dalam prosesi akad nikah yang sakral itu.
Dira yang hari itu tampil begitu cantik dan anggun, dalam balutan kebaya putih, tetap tak mampu menyembunyikan kesedihan di wajahnya.
Ya, hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dan bersejarah untuk semua wanita pada umumnya. Karena mengucap janji suci di hadapan Tuhan, dalam sebuah ikatan yang suci. Bersama dengan orang yang dicintai. Berjanji sehidup semati.
Namun tentu hal ini tak berlaku bagi Dira. Baginya, justru inilah awal malapetaka baginya. Masa-masa remajanya akan terenggut. Kebebasannya akan terbelenggu. Dan terlebih, dia harus hidup seatap, dengan lelaki yang sama sekali tak dicintainya...
Mama dan Papa menangis terharu. Begitu juga dengan sang sahabat yang hadir di prosesi akad nikahnya, Sisi.
Dira meraih tangan Fahri, yang kini telah sah menjadi suaminya itu, lalu menciumnya dengan takzim. Dan Fahri membalas dengan mengecup lembut kening Dira.
*****
Setelah prosesi akad nikah selesai, siangnya diadakan resepsi yang cukup meriah di sebuah ballroom hotel.
Namun, keluarga besar dari kedua pihak memang sengaja tidak terlalu banyak mengundang tamu. Hanya tamu-tamu penting dan kerabat dekat saja.
Dira begitu cantik dan memukau dalam balutan gaun pengantin merah modern yang sangat elegan. Begitu pas bersanding dengan Fahri yang mengenakan setelan jas. Fahri-pun tak kalah tampan siang itu. Kharisma dan aura kebahagiaan terpancar dari raut wajahnya.
"Nak Fahri, Om dan Tante minta, tolong jaga Dira baik-baik. Dira adalah salah satu kebahagian kami," ucap Papa begitu pesta resepsi hampir usai.
"Tentu Om, eh, maksud saya, Papa. InsyaAllah... Saya akan menjaga dia, dan berusaha membahagiakan dia semampu saya,"
Papa tersenyum, "Terima kasih ya Nak,"
Fahri membalas dengan tersenyum sambil mengangguk kecil.
Dira yang berdiri di sampingnya, tak kuasa menahan haru mendengar ucapan sang Papa.
"Bro, gue minta. Tolong jaga adek kesayangan gue ini baik-baik ya. Jangan sampe dibikin lecet," kali ini Adit yang berbicara.
Adit tertawa kecil, "Motor kali Bro, lecet."
Kedua sobat itu tertawa serempak.
Lalu nggak lama kemudian, Sisi berlari kecil menghampiri Dira. "Sayangkuuu... Honey... Selamat yaaa... Lo akan memulai hidup baruu. Gue selalu mendoakan kebahagiaan untuk lo..." berondongnya sambil memeluk Dira erat.
Akhirnya Dira tak kuasa menahan tangisnya, "Makasih ya Sayang..."
*****
Malamnya, Fahri langsung memboyong Dira ke rumahnya di kawasan Jakarta Selatan. Setelah sebelumnya mereka sempat ke rumah mama papa Dira selepas resepsi.
Ya, Fahri memang sudah memiliki rumah sendiri. Rumah mungil bergaya minimalis. Di usianya yang masih 25 tahun, dia terbilang sudah mapan secara finansial. Sudah menjadi dosen, punya rumah dan kendaraan sendiri.
Dira menyeret kopernya. Dia baru membawa sebagian baju-bajunya.
"Dir, Mas mau ngomong sebentar," ucap Fahri sambil menggamit lengan Dira dan mengajaknya duduk di ruang tamu.
"Sebenernya udah hampir setahun ini, di rumah ini ada Bik Inah yang bantu Mas Fahri. Masak, bebenah, nyapu, ngepel, dan ngurus keperluan rumah lainnya. Jadi... Kamu nggak usah khawatir. Mas nggak akan nyuruh kamu ngelakuin itu semua. Karena udah ada Bik Inah. Mas juga gak akan nuntut kamu, untuk mengurus keperluan Mas Fahri,"
"Dan terakhir, kamu tenang aja. Mas Fahri gak akan pernah ngekang kamu. Walaupun kamu udah nikah sama Mas, kamu tetap boleh jalan-jalan sama temen kamu, atau yang lainnya. Karena Mas juga sadar, di umur kamu yang masih sangat muda ini, emang itu masa-masanya kamu. Mas juga gak akan melarang kamu untuk mengejar karir kamu. Tapi tetap ingat, Mas ini kan sekarang suami kamu, yang artinya adalah pemimpin keluarga. Tetap izin sama Mas, kalau kamu mau melakukan sesuatu,"
Dira terdiam. Tetap saja semua ini rasanya bagai mimpi baginya. Ya, mimpi buruk.
"Ok," sahut Dira akhirnya. "Aku juga punya permintaan. Aku minta, kita tidur di kamar yang terpisah! Karena Mas Fahri tau kan, aku ini baru masuk kuliah. Dan juga, aku belum siap..."
Fahri tersenyum, berusaha menyembunyikan kekecewaannya. "Mas Fahri ngerti kok. Mas akan tunggu sampai kapanpun, sampai kamu benar-benar siap..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Solaichah Solaichah
nm nya jg nikah sm anak kcl,y hrs extra sabar lah
2021-03-10
0
Arvina Vivin
saaabar ya babang fahri
2021-02-28
3
🇦 🇱 🇪 🇽 🇦
𝚊𝚍𝚊 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚏𝚊𝚑𝚛𝚒 😔😔😔
𝚗𝚎𝚡𝚝 𝚝𝚑𝚘𝚛...
𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊 ✌︎
2020-09-27
7