"Dira," panggil Papa ketika Dira melintasi ruang tamu.
"Ya Pa?" sahutnya menghampiri Papa yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil membaca berita di sebuah website di laptopnya.
"Ngomong-ngomong. Senin kemarin kan kamu sudah tes ya? Lalu kapan pengumuman lulusnya?"
Ya, 2 hari yang lalu Dira dan Sisi sudah melakukan tes tertulis untuk lolos ke Universitas Isaac Newton. Tes tersebut diadakan di sebuah sekolah swasta di kawasan Jakarta Timur.
"Insya Allah minggu depan Pa. Cek kelulusannya lewat website resmi Universitas Isaac Newton."
"Oke. Good luck ya Sayang. Papa selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."
"Maacii... Papa Sayang," Dira bergelayut manja sambil mengecup pelan pipi papanya.
"Yaudah ya Pa. Dira ke atas dulu,"
*****
Hari demi hari berlalu.
Sambil menanti pengumuman lulus Universitas, Dira menjalani hari-harinya dengan ceria seperti biasa. Bila ada waktu luang, terkadang dia ketemuan dengan Sisi atau sang pacar untuk sekedar jalan bareng.
Jam di dinding kamar Dira, menunjukkan pukul 09.45 WIB. Hari ini adalah hari Sabtu.
Dira sedang tidur-tiduran di kamarnya sambil memainkan hp.
"Dir...!" tiba-tiba Adit membuka pintu kamarnya.
"Mas Adiitttt, kebiasaaan...! Ketok dulu kek pintunya...! Ngagetin orang aja deh," Dira bersungut-sungut sambil beranjak perlahan dari tidurnya.
"Hehehe, iya... iya... Sory,"
"Huh!" balas Dira masih kesal. "Ada apa sih?"
"Mmm... Itu. Kamu ke bawah sebentar ya. Fahri dateng kesini. Kamu temuin dia gih sebentar. Dia pengen ngasih selamat atas kelulusan kamu. Trus kayaknya... dia bawain kamu sesuatu tuh,"
"Duuhh... Males ah Mas Adit... Salamin aja deh buat dia. Terus bingkisannya titip ke Mas Adit aja. Sambil ucapin makasih!" jawab Dira ogah-ogahan.
"Yeee... Itu namanya kamu gak menghargai orang! Dia udah jauh-jauh kesini, nyempetin waktunya. Cuma buat ngasih selamat dan bingkisan ke kamu. Kalo kamu gak menghargai Fahri, berarti kamu juga gak menghargai Mas. Karena dia itu sahabat Mas Adit," kali ini ucapan Adit terdengar lebih tegas.
"Udah ayo cepetan turun. Temuin dia sebentar!" dan kali ini ucapannya lebih terdengar seperti perintah.
"Duh... Iya..., iya..." ucap Dira malas-malasan. Akhirnya dia turun dari tempat tidurnya. Dan melangkah malas keluar dari kamar.
"Eh, tapi kamu udah mandi kaaann...??" teriak Adit yang masih berada di dalam kamarnya.
"Udaahh laahh...! Seminggu yang laluu...!" ledek Dira sambil buru-buru ngibrit ke lantai bawah sebelum Adit ceramah lagi.
"Hai... Mas Fahri," sapa Dira sedikit canggung.
Fahri yang menunggu di ruang tamu, terkesiap. "Hai, Dir."
Entah hanya perasaannya saja atau bukan. Walaupun penampilan Dira hanya mengenakan dress rumahan simple berwarna biru dongker, namun mampu menciptakan desiran halus di dadanya. Apalagi dengan rambut yang dikuncir tinggi-tinggi, sehingga menampilkan tengkuknya yang putih mulus.
Dira duduk di hadapan Fahri.
Nggak lama, Bik Iroh datang dengan tergopoh-gopoh sambil membawa nampan berisi 2 gelas es sirup.
"Makasih ya Bi," Fahri tersenyum sambil menganggukan kepala dengan sopan ke arah Bik Iroh.
"Sama-sama Mas," jawab Bik Iroh sambil pamit pergi ke belakang.
"Ngomong-ngomong ada apa nih Mas Fahri dateng kesini? Tumben-tumbenan," tanya Dira pura-pura tidak tau maksud kedatangan Fahri.
Fahri tersenyum kecil. "Hmm, enggak... Sebenernya Mas Fahri emang pengen main aja kesini. Ketemu Adit. Sekalian... pengen ucapin selamat atas kelulusan kamu. Maaf ya Mas Fahri baru sempet ngucapin ke kamu,"
"Hehehe. Iya... Gak papa kok Mas. Makasih ya,"
"Ini, ada sedikit hadiah buat kamu," lanjut Fahri seraya menyodorkan sebuah goodie bag berbahan kertas berwarna pink.
Dira menerimanya dengan mata berbinar. "Wah... Makasih banyak ya Mas Fahri. Padahal Mas Fahri gak perlu repot-repot gini,"
"Iya... Sama-sama... Enggak kok. Gak ngerepotin sama sekali,"
"Ngomong-ngomong, isinya apaan nih Mas?" tanya Dira sambil berusaha mengintip isi di dalamnya.
"Nanti kamu buka aja sendiri, biar tau isinya apa."
Dira nyengir. "Sekali lagi makasih ya... Mas Fahri."
Fahri mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Eh... Ya ampun... Nak Fahri. Apa kabar...?" tiba-tiba Mama muncul dengan wajah begitu sumringah.
Fahri bergegas bangkit dari duduknya. "Eh, Tante Amanda. Alhamdulillah kabar saya baik Tante. Tante sendiri apa kabar...?" jawab Fahri sambil dengan sopan mencium tangan Mama.
"Alhamdulillah... Kabar Tante juga baik. Waahh... Udah lama banget yaa, kita nggak ketemu. Ada kali hampir 3 bulan!" ucap Mama lagi sambil tertawa sumbang.
"Hehehe, iya kayaknya Tante."
"Yaudah, kalo gitu kebetulan banget. Kamu makan siang disini ya. Tante dan Bik Iroh udah masak macem-macem makanan enak."
"Duh, gak usah Tante. Ngerepotin..."
"Ah kamu tuh, kayak sama siapa aja. Kayak baru kenal 3 hari aja," kata Mama sambil menepuk bahu Fahri.
"Tau lo Bro. Kayak baru kenal aja sama keluarga gue," sekarang giliran Adit yang muncul ke ruang tamu. "Gak boleh lho, nolak rejeki!"
Fahri cengengesan. "Yaudah deh Tante. Asal nggak ngerepotin kan nih...?"
"Ya sama sekali enggak lah,"
What? OMG, ngapain sih... Mama dan Mas Adit pake ngajakin dia makan siang segala...?
"Kebetulan juga hari ini Om Bian lagi ada di rumah," timpal Mama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
iiih gak papa xaliiiii di ajak makan siang
2022-02-16
0
Ida Blado
kok aq kasihan ma alif ya, krn bakal di tikung dia,,, jahat nih author
2021-03-13
0
Rani Ndutt
good cerita Ny:"
2020-05-10
1