Toxic

Zulfikar Saga Antasena

Andai saja aku bisa, rasanya ingin menghilang dari muka bumi ini saat ini juga. Dalam kekalutan dan perasaan bersalah ini, aku mendengar wanita itu terbatuk. Aku yakin itu suara dia.

"Mas, aku mendengar su ---."

Tuh, benar kan? Dewi juga pasti mendengar suara itu.

Aku segera menyambar bibirnya agar dia tidak berkutik dan semoga saja apa yang kulakukan ini bisa membuatnya teralihkan dari suara wanita munafik itu.

Dewi sepertinya sangat mengharapkan kegiatan ini, dia antusias dan begitu agresif. Dia tergesa-gesa membuka kemejaku. Aku pasrah, namun tanpa sadar pikiranku malah melanglang buana dan mengingat kembali wanita itu. Aku mengingat semua hal yang ada pada diri wanita itu.

Ini g i l a. Aku jahat. Pria macam apa aku ini?! Entah taubat seperti apa yang bisa mengetuk pintu langit hingga dosaku terampuni.

"Mas ...," bisik Dewi.

Dia sedang memanjakan tubuhku. Dia memimpin permainan. Dia striker, sementara aku hanya defender. Aku memeluk tubuh Dewi yang polos, aku bingung dengan perasaan ini.

Apa aku menikmati apa yang dilakukan Dewi? Entahlah.

Dan mataku berulang kali merilik ke sana. Ke lemari yang berada dia di dalamnya.

Deg, dadaku tersentak. Lemari itu kecil dan gelap. Setelah memakai kembali bajunya, karena panik, dia malah masuk ke bagian yang sekatnya kecil, harusnya dia bersembunyi di bagian lemari gantung.

Tidak, bagaimana kalau dia mati karena kekurangan oksigen?

"Mas, a-ayo dong Mas ...."

Suara Dewi menyadarkanku. Istriku telah siap, ia akan memasrahkan kesuciannya untukku. Untuk pria yang sudah tidak suci lagi.

"Ya cinta."

Aku tersenyum. Aku mengecup keningnya, dan tak sadar mataku kembali berkaca-kaca.

"Ke-kenapa, Mas?" tanya Dewi sambil membelai rahangku. Sorot mata Dewi memancarkan hasrat yang begitu menggebu.

"Ti-tidak apa-apa cinta, aku hanya terharu. Ma-malam ini akhirnya terjadi juga. Maaf belum sempat membawamu ke tempat yang spesial."

Padahal, aku berkaca-kaca karena menyesali dosa itu.

Aku telah berzina, Wi. Apa aku pantas mendapatkan kesucianmu?

Sejenak aku melamun, aku bimbang dan bingung. Ditambah dengan perasaan takut. Takut wanita itu mati.

"Mas ... a-aku sudah tidak sabar. Please ...."

Dewi menuntutku. Tatapannya nanar, pipinya memerah. Bibir dan indra pengecapnya bergerak nakal. Dewi cantik. Tapi ... kenapa malah wajah wanita munafik itu yang memenuhi otakku?

Jujur, aku ingin menolak keinginan Dewi. Aku ingin menundanya. Tapi ... aku hanyalah pria lemah yang berkubang dosa. Walau hatiku ingin menolak, tapi ... tubuhku tetap merespon.

Dewi terus merayu, menggoda, membuai dan menuntunku. Ya, dia istri sahku. Apa yang dilakukannya tentu saja halal. Hingga terjadilah peristiwa itu.

"Mas, sa-sakit ...," rintih Dewi.

"A-apa kita tunda saja?" tanyaku.

"Ja-jangan, ti-tidak apa-apa Mas, a-aku menginginkannya," lirih Dewi.

Lantas akupun pasrah. Aku membiarkan istriku merenggut semua hal yang ada pada diriku.

Maafkan Mas ya, Dewi ....

Aku sangat menyesali kejadian itu. Aku ingin beteriak sekuat petir, aku ingin bersembunyi ke dasar bumi. Tapi ... nasi sudah menjadi bubur.

Lumayan lama kami melakukan penyatuan. Tapi sepertinya tidak akan selama saat aku melakukannya dengan wanita itu. Ini pertama kalinya untuk Dewi, tapi ... ini yang kedua kalinya untukku.

Dewi meracau. Ia memanggil namaku berulang-ulang. Istriku telah beberapa kali mencapai titik itu. Setidaknya, aku telah berhasil membuatnya bahagia. Kebahagiaan Dewi sedikitnya bisa mengobati rasa bersalahku kepadanya.

Apakah aku menikmati aktivitas ini?

Lagi, aku bertanya pada diriku sendiri dengan sebuah pertanyaan yang tidak bisa aku jawab.

Wanita itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi. Dia menghancurkan semuanya. Dia mengambil kesucianku dengan cara yang licik. Tubuh dia dan segenap tipu dayanya telah berhasil meracuni jiwa dan ragaku. Dia membawa pengaruh negatif. Wanita itu benar-benar toxic.

Maafkan aku, Dewi ....

Jujur, hatiku tidak tenang. Ingin segera mengakhiri percintaan ini karena aku takut wanita itu mati lemas.

Tolong jangan mati dulu wanita munafik, kalau kamu mati, bagaimana caranya aku bisa membalas kelakuanmu? Kamu harus mempertanggungjawabkan kesalahanmu.

Akupun bekerja keras untuk menuntaskannya. Kali ini, akulah yang berperan sebagai striker. Hingga pada akhirnya tubuh Dewi terkulai lemas. Tubuhkupun sedikit lemas, aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang.

Aku mengecup keningnya, memuji kecantikannya, dan berterima kasih atas pelayanannya. Dewi mengangguk pelan. Aku membelai rambutnya agar dia cepat tertidur.

"Tidurlah cinta ... kamu lelah, kan?" bujukku.

"Mas juga tidur, dong," ajaknya.

"Mas mau langsung mandi. Jam setengah lima, nanti Mas bangunkan kamu, oke?"

"Hmm, a-aku mau mandi bersama, Mas. Tapi ... a-aku lelah," keluh Dewi. Matanya separuh terpejam. Tapi bahasa tubuhnya terlihat sangat manja.

"Kita masih bisa mandi bersama di lain waktu, cinta. Sekarang tidur ya, tubuhmu butuh istirahat." Aku kembali membujuknya.

Berhasil.

Dewipun tidur. Aku mengecek dengan cara meniup pelan, dan mengibaskan tanganku di atas matanya. Dewi tak merespon. Artinya, dia sudah terlelap.

Aku tergesa memakai kembali pakaianku. Lalu mengambil kunci lemari yang kusembunyikan. Tanganku gemetar. Jantungku berdentum dan bertalu-talu. Aku panik maksimal.

"Cepat, cepat, cepat!" gumamku saat memasukan ujung kunci ke lubangnya. Aku yang gugup membuat kunci itu tiga kali terjatuh karena lepas dari genggaman. Belum lagi aku harus melirik dan memastikan jika Dewi benar-benar tidur.

'Krek.'

Akhirnya lemari berhasil dibuka, dan aku spontan merengkuh tubuhnya yang terkulai bersamaan dengan terbukanya pintu. Aku terkejut. Mataku membelalak.

"Hei, ka-kamu tidak mati, kan?" kataku pelan, sambil mengguncang bahunya.

Wajahnya memucat. Terpaksa kuraba lehernya. Tanganku menelusup di balik jibabnya.

Ahamdulillah.

Dia masih hidup. Tapi nadinya terasa lemah, akralnya dingin. Keringat dingin itu membasahi kelopak mata, pelipis dan keningnya. Sejenak, aku malah asyik menatap wajahnya. Jujur, dia begitu cantik. Wajahnya meneduhkan.

Sayanganya, kecantikannya digunakan untuk hal yang tidak-tidak. Dia berani mengorbankan kesuciannya pasti karena butuh uang. Atau bisa jadi keluarganya terlilit hutang.

"Hei, bangun," aku kembali menyadarkannya, tapi dia bergeming.

"S i a l!" dengusku.

Aku harus mengusir wanita ini dari kamarku. Tapi, jika dia belum siuman. Bagaimana caranya?

Aku memijat keningku. Dan kalaupun aku berhasil mengusirnya, bagaimana dengan kejadian itu? Kedepannya, dia pasti akan mengancam dan memanfaatkanku. Aku harus membuat keputusan agar dia bungkam.

.

.

Kubopong tubuhnya menuju kamar mandi. Kuletakan di bathup, lalu kunyalakan air untuk mengguyurnya.

Kepalanya menengadah di sisi bathup. Sebenarnya, kasihan juga melihatnya dalam keadaan seperti ini. Tapi, dia sendiri yang telah berani menggali kuburnya. Dia berani mengusik seorang Zulfikar Saga Antasena.

Aku memang tidak pernah jahat pada siapapun, tapi ... saat harga diriku dan keluargaku terusik, aku bisa berubah menjadi singa yang kelaparan. Aku berani menerkam siapapun tanpa ampun.

"Apalagi kamu, kamu bukan hanya mengusik jiwa dan ragaku. Lebih dari itu, kamu telah mengambil kebahagiaanku. Gara-gara kehadiranmu, aku merasa tidak bahagia saat tidur bersama istriku. Semuanya kacau gara-gara kamu!" bentakku saat kucipratkan air ke wajahnya hingga ia siuman.

"Uhhuk, uhhuk," dia terbatuk lagi.

Sepertinya dia kaget saat membuka mata dan melihat sekitaran. Aku bertolak pinggang sambil menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Ke-kenapa Anda jahat sekali?" Dia sejenak menatap mataku sambil memeluk tubuhnya.

"Ssst, jangan keras-keras bicaranya. Istriku sedang tidur!"

"Bagaimana aku bisa keluar dari sini kalau pakaianku basah?" keluhnya.

"Itu tidak penting. Nanti kusiapkan baju kering untuk kamu. Sekarang mari kita membuat kesepakatan."

"Kesepakatan apa?" tanyanya.

Dia berusaha bangun. Kulihat kakinya memucat karena kedinginan. Dia keluar dari bathup dengan tubuh menggigil.

"Merepotkan!" Aku melemparkan handuk hotel kepadanya.

"Bisakah aku pergi sekarang?" tanyanya.

"Dasar wanita aneh! Kamu mau pergi dengan keadaan seperti itu?! Sudahlah jangan pura-pura! Berapa uang yang kamu inginkan, hahh?! Atau kamu akan melaporkanku ke polisi? Silahkan! Paling juga nanti kamu dan keluargamu yang akan malu! Karena dari awal kamulah yang salah!" tegasku.

"A-aku tidak menginginkan apa-apa, aku bukan p e l a c u r. Aku salah memasuki kamar Anda karena mabuk, mungkin ... aku dijebak seseorang," lirihnya. Kali ini sambil menunduk.

"Sudahlah, jangan beralibi! Bagaimana kamu bisa masuk ke kamarku?! Pakai sihir?!" tuduhku.

"Demi Allah, aku juga tidak tahu. Aku melihat nomor kamar ini 38. Saat aku datang, pintu kamarnya terbuka sedikit, jadi aku langsung masuk. Kupikir temanku ada di kamar ini. Untuk membuktikannya, silahkan Anda cek CCTV saja."

"Lagi-lagi kamu membawa nama Tuhan. Baik, nanti akan aku cek! Ya sudah, aku tidak punya banyak waktu lagi, berapa uang yang kamu inginkan?! Dengar ya, dulu aku pernah pacaran dengan wanita yang kukira sangat sederhana, wajahnya cantik dan polos seperti kamu. Aku pernah tergila-gila oleh dia. Tapi pada akhirnya aku tahu jika dia mengincar hartaku."

"Tolong jangan terus-menerus menuduhku. Aku bukan wanita seperti itu. Jangan samakan aku dengan wanita lain. Bagiku, mati kelaparan lebih terhormat dari pada harus menjual diri. Anda tenang saja, aku tahu diri, aku juga tahu siapa Anda. Aku tidak akan melaporkan Anda ke polisi, huukks." Dia menjeda kalimat untuk sejenak mengusap airmatanya.

"Tapi ... aku tidak akan berhenti untuk mencari keadilan. Aku harus mengetahui siapa orang yang telah menjebakku, apa motifnya, dan aku juga harus tahu kenapa kamar ini tidak terkunci," tegasnya.

"Hahaha, kamu lucu. Nomor kamar ini 33 jelas berbeda angka dengan nomor 38," sangkalku.

"Saat itu aku sangat pusing, pandanganku ngeblur dan berbayang. Harusnya, sebagai orang yang berpendidikan Anda jangan terburu-buru menyalahkan aku. Di sini aku adalah korban. Jika benar Anda juga mabuk dan salah mengenali istri Anda, berarti Anda juga korban. Dan alangkah baiknya kalau Anda juga mencari tahu siapa dalang di balik semua ini."

"Anda menyalahkanku karena salah mengenali nomor kamar, sementara Anda sendiri tidak mau disalahkan setelah salah mengenali istri Anda hingga meniduriku dan merenggut kesucianku. Huuu ... Anda sangat egois. Anda tidak berprikemanusiaan."

Aku menyimak, apa yang dia katakan ada benarnya juga. Aku sedikit terenyuh. Tidak, aku tidak boleh terkecoh oleh bujuk rayunya.

"Biar bagaimanapun, a-aku adalah bawahan Anda. Walaupun bukan bawahan secara langsung, ta-tapi aku bekerja di perusahaan Anda. Maaf karena aku telah mempersulit Anda. Sekali lagi, aku tegaskan. Aku bukan wanita yang seperti Anda tuduhkan. Tolong beri kesempatan padaku untuk membuktikan semuanya."

Dia membalikkan badan, dan sepertinya ingin keluar dari kamar mandi.

"Tu-tunggu, si-siapa namamu? Dari divisi mana?" Tak sadar aku memegang tangannya, kulitnya terasa dingin.

"Lepas!" Dia menepis tanganku.

"Anda tidak perlu tahu. Anda juga tidak perlu mengingatku. Biarkan aku saja yang akan selalu mengingat bahwa Anda telah menyakiti jiwa, tubuh, dan perasaanku."

Aku terdiam, setiap kalimat yang dia ucapkan membuatku sedikit ragu jika dia adalah wanita nakal. Lagipula, jika dipikir-pikir, mana ada j a l a n g yang masih perawan.

"Lalu bagaimana dengan kesucian kamu? Kamu kehilangan mahkota itu gara-gara aku. Aku akan bertanggung jawab. Nanti akan kucari tahu nomor rekeningmu."

"Apa Anda belum puas menghinaku? Sudah cukup aku kehilangan kesucianku, tolong jangan menghina dan menyakitiku lagi dengan berniat memberiku uang. Jika Anda tulus ingin bertanggung jawab, huuu ... huuks. To-tolong nikahi aku saja," katanya. Tapi tidak menatapku.

"Apa katamu?!" Aku terkejut. Tak menyangka jika dia akan mengatakan permintaan aneh itu.

"I-itu tidak mungkin! Aku sudah menikah!" bentakku. Aku segera menutup bibirku. Saking kagetnya, aku sampai lupa kalau di luar ada Dewi.

"Kalau Anda tidak mau, akupun tak akan memaksa. Anda tidak perlu panik. Semoga Anda bahagia. Oiya, selamat atas jabatan baru Anda. Permisi."

Dia benar-benar keluar dari kamar mandi, lalu berlari dengan sedikit tertatih menuju pintu keluar. Aku mengejarnya. Kulihat jejak kaki basahnya bececeran di lantai. Rok panjangnya bahkan masih meneteskan air.

Sesaat kumelirik Dewi, dia masih tidur, posisinya bahkan belum berubah.

"Sabar sebentar, baju kamu basah, aku akan memanggil layanan hotel un ---."

"Tidak perlu," selanya. Sambil membuka pintu dan pergi begitu saja tanpa menoleh lagi.

Aku menghela napas, segera kulap bekas jejak kakinya menggunakan keset.

Kemudian kuterpekur di sisi tempat tidur, lalu aku tersadar kalau tas dia masih berada di dalam laci.

"Dasar ceroboh," gumamku.

Segera kuambil tas mungil itu. Aku bermaksud menyusul dia untuk memberikan tasnya.

"Jika Anda tulus ingin bertanggung jawab. Tolong nikahi aku."

Kalimat itu terngiang kembali.

...~Tbc~...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

dua dua nya adalah korban, tapi yg sangat menderita adalah dipihak perempusn

2022-05-25

2

Harun

Harun

itu tahu ganteng dsn kaya jadi pengen dinikahi coba cowoknya OB masih mau

2022-05-13

2

Vi II

Vi II

👍

2022-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 Berawal Dari Sebuah Mimpi
2 Salah Mengenali
3 Simalakama
4 Toxic
5 Pengumuman
6 Rasa yang Membingungkan
7 Pertemuan Tak Terduga
8 Kucing yang Lucu
9 Wanita yang Berbeda
10 Fakta Mulai Terungkap
11 Sebuah Keputusan
12 Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13 Mengorbankan Perasaan
14 Izin Pergi ke Bandung
15 Pergi ke Bandung
16 Ketegangan
17 Menjadi Pasangan
18 Madu yang Manis
19 Prahara dan Dilema
20 Hati yang Sulit Difahami
21 Memendam Rasa
22 Mansion VS Apartemen
23 Berpura-pura
24 Rasa yang Menyesakkan Dada
25 Cinta dan Luka
26 Janji Pertemuan
27 Tentang Dia
28 Sebuah Pengakuan
29 Poligami dan Perasaan
30 Pertemuan
31 Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32 Dilema
33 Asisten Manajer
34 Kebingungan Seorang Sahabat
35 Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36 Bersitegang
37 Bersua Madu
38 Rasa yang Terbelenggu
39 Siasat
40 Bertemu Mama
41 Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42 Sahabat [Visual]
43 Cekcok
44 Membawanya
45 Membawanya [Bagian 2]
46 Menghindari Bayangmu
47 Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48 Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49 Madu yang Candu
50 Menghadapi Aral Melintang
51 Kesumat
52 Menolongmu
53 Rasa yang Terucap Jua
54 Terungkap
55 Pengumuman
56 Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57 Kalah Langkah
58 Kabar Tak Sedap
59 Ke Paris Van Java
60 Mengungkap Tabir
61 Perang Dingin Dimulai [Visual]
62 Aura Positif
63 Aroma Durian
64 Kekhawatiran [Visual]
65 Pangilan Baru dan Fakta Baru
66 Menunggu di Gazebo
67 Pertemuan Keluarga
68 Bertambahnya Titik Terang
69 Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70 Akan Melepasmu
71 Menyelamatkanmu
72 Bukan Anak Haram
73 Dua Sisi yang Berbeda
74 Sebuah Rencana
75 Berselisih
76 Menghadapi Kenyataan
77 Muai Terkuak
78 Tak Terduga
79 Penyesalan dan Keraguan
80 Sangat Membutuhkannya
81 Mengajukan Kesepakatan
82 Memberi Izin
83 Tragedi
84 Ilfeel and Goodfeel
85 Tamparan Keras
86 Akan Diperkenalkan
87 Gadis Kecil Pembuka Tabir
88 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90 Kasus dan Fakta
91 Sabilulungan
92 Akan Diinterogasi
93 Ternyata Seorang Aa
94 Proses Interogasi
95 Pasca Interogasi
96 Dendam Kesumat
97 Ada yang Mencurigakan
98 Bestie
99 Luluh dan Menyangkal
100 Tragedi [Bagian 1]
101 Tragedi [Bagian 2]
102 Penyelamat Rahasia
103 Menenangkan Diri
104 Gurindam Tak Bersajak
105 The Mission
106 Meminta Tanda Tangan
107 Pesan Provokasi
108 Menantu Kesayangan [Visual]
109 Pembicaraan PENTING! [Visual]
110 Skenario
111 Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112 Ada Apa Ya?
113 Peristiwa [Bagian 1]
114 Peristiwa [Bagian 2]
115 Terucap Jua
116 Ambulance Misterius
117 Maaf
118 Lolos
119 Masa Lalu
120 Tak Bisa Memutuskan
121 Mendapatkan Payung Hukum
122 Sekeping Hati
123 Hasil USG
124 Dua Sisi
125 Maaf
126 Saran dari Senior
127 Diproses Secara Hukum
128 Ancaman Misterius
129 Akur? [Visual]
130 Hari yang Mengesankan
131 Mengaguminya
132 Permohonan Maaf
133 Belum Memaafkan
134 Sudah Memaafkan?
135 Khoto Wanisyian
136 Pergi Sejenak
137 Firasat
138 Merajuk Membujuk
139 Ada yang Panik
140 Malam yang Berkesan
141 Debaran Hati [Visual]
142 Mengantarnya
143 Hasil Autopsi
144 Entahlah
145 Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146 Perjodohan
147 Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148 Menunggu Jawaban dari Langit
149 Fakta dari Barang Bukti
150 Mencegah Masalah Baru [Visual]
151 Berusaha Meredam Diri
152 Lembur
153 Dampak Berbagi Ranjang
154 Trauma?
155 Mitoni
156 Obrolan di Taman Belakang
157 Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158 Penipu Ulung
159 Terima Kasih Orang-orang Baik
160 Persiapan Gelar Perkara
161 Demi Dia yang Tidak Berdosa
162 The Moment [Bagian 1]
163 The Moment [Bagian 2]
164 The Moment [Bagian 3]
165 Pengumuman
166 Daddy and Mommy
167 Tiga Sisi
168 Masih Bersabar
169 Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170 Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171 Tangisan VS Senyuman
172 Milikku!
173 Hikayat Cinta
174 Menjemput Rindu
175 Sampai Demam
176 Wejangan
177 My Heavenly Angel
178 Kamar Bintang Tujuh
179 Banyak Bintangnya
180 Cinta Itu Aneh
181 Bahasa Cinta
182 Sosok yang Berbeda
183 Kakak Beradik
184 Buah Hati yang Ketiga
185 Kejutan
186 Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187 Kabar
188 Sisi Kehidupan
189 Boncap
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Berawal Dari Sebuah Mimpi
2
Salah Mengenali
3
Simalakama
4
Toxic
5
Pengumuman
6
Rasa yang Membingungkan
7
Pertemuan Tak Terduga
8
Kucing yang Lucu
9
Wanita yang Berbeda
10
Fakta Mulai Terungkap
11
Sebuah Keputusan
12
Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13
Mengorbankan Perasaan
14
Izin Pergi ke Bandung
15
Pergi ke Bandung
16
Ketegangan
17
Menjadi Pasangan
18
Madu yang Manis
19
Prahara dan Dilema
20
Hati yang Sulit Difahami
21
Memendam Rasa
22
Mansion VS Apartemen
23
Berpura-pura
24
Rasa yang Menyesakkan Dada
25
Cinta dan Luka
26
Janji Pertemuan
27
Tentang Dia
28
Sebuah Pengakuan
29
Poligami dan Perasaan
30
Pertemuan
31
Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32
Dilema
33
Asisten Manajer
34
Kebingungan Seorang Sahabat
35
Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36
Bersitegang
37
Bersua Madu
38
Rasa yang Terbelenggu
39
Siasat
40
Bertemu Mama
41
Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42
Sahabat [Visual]
43
Cekcok
44
Membawanya
45
Membawanya [Bagian 2]
46
Menghindari Bayangmu
47
Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48
Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49
Madu yang Candu
50
Menghadapi Aral Melintang
51
Kesumat
52
Menolongmu
53
Rasa yang Terucap Jua
54
Terungkap
55
Pengumuman
56
Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57
Kalah Langkah
58
Kabar Tak Sedap
59
Ke Paris Van Java
60
Mengungkap Tabir
61
Perang Dingin Dimulai [Visual]
62
Aura Positif
63
Aroma Durian
64
Kekhawatiran [Visual]
65
Pangilan Baru dan Fakta Baru
66
Menunggu di Gazebo
67
Pertemuan Keluarga
68
Bertambahnya Titik Terang
69
Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70
Akan Melepasmu
71
Menyelamatkanmu
72
Bukan Anak Haram
73
Dua Sisi yang Berbeda
74
Sebuah Rencana
75
Berselisih
76
Menghadapi Kenyataan
77
Muai Terkuak
78
Tak Terduga
79
Penyesalan dan Keraguan
80
Sangat Membutuhkannya
81
Mengajukan Kesepakatan
82
Memberi Izin
83
Tragedi
84
Ilfeel and Goodfeel
85
Tamparan Keras
86
Akan Diperkenalkan
87
Gadis Kecil Pembuka Tabir
88
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90
Kasus dan Fakta
91
Sabilulungan
92
Akan Diinterogasi
93
Ternyata Seorang Aa
94
Proses Interogasi
95
Pasca Interogasi
96
Dendam Kesumat
97
Ada yang Mencurigakan
98
Bestie
99
Luluh dan Menyangkal
100
Tragedi [Bagian 1]
101
Tragedi [Bagian 2]
102
Penyelamat Rahasia
103
Menenangkan Diri
104
Gurindam Tak Bersajak
105
The Mission
106
Meminta Tanda Tangan
107
Pesan Provokasi
108
Menantu Kesayangan [Visual]
109
Pembicaraan PENTING! [Visual]
110
Skenario
111
Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112
Ada Apa Ya?
113
Peristiwa [Bagian 1]
114
Peristiwa [Bagian 2]
115
Terucap Jua
116
Ambulance Misterius
117
Maaf
118
Lolos
119
Masa Lalu
120
Tak Bisa Memutuskan
121
Mendapatkan Payung Hukum
122
Sekeping Hati
123
Hasil USG
124
Dua Sisi
125
Maaf
126
Saran dari Senior
127
Diproses Secara Hukum
128
Ancaman Misterius
129
Akur? [Visual]
130
Hari yang Mengesankan
131
Mengaguminya
132
Permohonan Maaf
133
Belum Memaafkan
134
Sudah Memaafkan?
135
Khoto Wanisyian
136
Pergi Sejenak
137
Firasat
138
Merajuk Membujuk
139
Ada yang Panik
140
Malam yang Berkesan
141
Debaran Hati [Visual]
142
Mengantarnya
143
Hasil Autopsi
144
Entahlah
145
Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146
Perjodohan
147
Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148
Menunggu Jawaban dari Langit
149
Fakta dari Barang Bukti
150
Mencegah Masalah Baru [Visual]
151
Berusaha Meredam Diri
152
Lembur
153
Dampak Berbagi Ranjang
154
Trauma?
155
Mitoni
156
Obrolan di Taman Belakang
157
Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158
Penipu Ulung
159
Terima Kasih Orang-orang Baik
160
Persiapan Gelar Perkara
161
Demi Dia yang Tidak Berdosa
162
The Moment [Bagian 1]
163
The Moment [Bagian 2]
164
The Moment [Bagian 3]
165
Pengumuman
166
Daddy and Mommy
167
Tiga Sisi
168
Masih Bersabar
169
Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170
Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171
Tangisan VS Senyuman
172
Milikku!
173
Hikayat Cinta
174
Menjemput Rindu
175
Sampai Demam
176
Wejangan
177
My Heavenly Angel
178
Kamar Bintang Tujuh
179
Banyak Bintangnya
180
Cinta Itu Aneh
181
Bahasa Cinta
182
Sosok yang Berbeda
183
Kakak Beradik
184
Buah Hati yang Ketiga
185
Kejutan
186
Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187
Kabar
188
Sisi Kehidupan
189
Boncap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!