Salah Mengenali

Zulfikar Saga Antasena

Syukurlah, kamar nomor 33 telah berada di depanku. Tap, aku menempelkan kunci elektriknya dengan tangan gemetar. Aku mulai mabuk, pikiranku melanglang buana.

Yang ada di anganku adalah semua hal tentang Dewi. Dewi, Dewi dan Dewi. Aku tak sabar ingin menumpahkan segenap rasa ini. Aku ingin bercinta saat ini juga, n a f s u ku bergelora. Pandanganku tidak fokus, semua yang kulihat berbayang dan seolah bermutasi.

'Klak.'

Pintu kamar terbuka, aku berjalan sempoyongan sambil memijat keningku.

Deg, jantungku hampir loncat.

Benar kan? Apa kubilang, hahaha.

Dewi ternyata sudah berada di kamar, dia terlentang pasrah di tempat tidur. Resepsionis sepertinya memberikan kunci duplikat pada Dewi.

Oh ... seksinya.

Dia bahkan terlihat jauh lebih cantik dan seksi dari biasanya. Pakaian dalamnya hanya terhalang oleh singlet dan setrit. Sungguh, dia tampak berisi. Aku menatap tubuhnya sambil melucuti pakaianku.

Aku bahkan tak sempat menyapanya. Hasrat ini terlalu kuat. Aku tak bisa mengendalikan tubuhku. Aku merangkak ke tempat tidur dan menindihnya.

Dewi sepertinya kaget, tapi dia juga tak mengatakan apapun. Sekilas, aku melihat matanya terpejam. Apakah dia tidur? Ah, biarkan saja, aku tak peduli.

Kucumbui tubuhnya, aroma tubuhnya berbeda, mungkin dia sengaja mengganti parfumnya untuk membuatku lebih terkesan.

Napasku tak lagi beraturan. Ini kian mendesak dan menuntut, aku memejamkan mata saat menyambar bibirnya. Terasa sedikit kaku. Dewi juga seolah ingin menghindar dari bibirku, jelas aku memaksanya. Toh, ini adalah hakku. Lagi, aroma bibirnya terasa berbeda. Tapi ... aku sangat menyukainya.

Dewi memantik gairahku, dia berakting seolah sangat pemalu dan tak pernah kissing. Hal ini membuatku semakin gemas. Aku menjamah sekujur tubuhnya, tak kulewati satu incipun, dan Dewi mulai terpengaruh. Ia m e n d e s a h - d e s a h. Terdengar syahdu di telingaku.

Saat aku berkelana di sana, lucunya ... tubuhnya menolak, dia bahkan sampai menepis tanganku. Aku jadi semakin penasaran dan nakal.

"Ja-jangan ...." Aku mendengar gumamannya.

Aku terus memaksa, aku jelas tak sabaran, tubuhku telah terpengaruh minuman itu. Aku tak terkendali, hingga akhirnya ....

Aku berhasil meraihnya dengan susah-payah. Dewi cintaku, kamu sekarang milikku seutuhnya.

"Ahh ... hmm ... sa-sakiiit ...."

Dewi kesakitan. Ya, ini pertama kalinya untuk kita berdua. Walaupun aku bukan pria baik, tapi ... tidak ada dalam kamusku teori s e k s sebelum menikah. Dewi terus merintih, bahkan menangis. Tapi aku tak peduli, aku tidak bisa berhenti.

"Ja-jangan, ti-tidak .... Huuu ... huuks." Dewi cintaku menangis. Aku meraih tangannya, aku juga menautkan bibirku agar Dewi tidak kesakitan lagi.

Lama berpacu, Dewi sepertinya jadi terbiasa. Dia memeluk tubuhku yang dipenuhi peluh, dia membelai rambutku, lalu memagut bibirku dengan gaya yang sangat lembut dan tak biasa. Aku menikmati semua ini dengan mata terpejam. Kusalurkan seluruh gelora cinta ini tanpa untaian kata.

Entah sudah berapa lama kami menyatu dan terpaut, hingga akhirnya ... aku mencapai batasku dan menumpahkan seluruhnya. Aku tak mengingat kejadian selanjutnya. Yang jelas, saat ini ... aku tengah terlelap seraya memeluk tubuh polosnya yang kulitnya terasa sehalus sutra.

Aku mengecup puncak kepalanya. Aku baru sadar kalau kulit Dewi sehalus ini. Dewi juga memintal rambut panjangnya. Biasanya, dia selalu menggerai rambutnya.

Terima kasih, i love you, jadilah bidadariku, kataku dalam hati.

...🍒🍒🍒...

Daini Hanindiya Putri Sadikin

"Emmh ...."

Perlahan aku membuka mata, entah ini jam berapa, aku tak tahu. Nyawaku belum terkumpul. Kak Listi sepertinya memelukku. Anehnya, badannya terasa berat. Padahal, Kak Listi kan tinggi dan kurus. Harusnya bobotnya tak seberat ini.

Pandangan pertama yang aku lihat adalah furniture mewah dan televisi super besar yang menempel di dinding kamar ini. Aku baru sadar jika kamar yang ku inapi ternyata semewah ini.

Aku sampai mengerjapkan mata saking tak percayanya. Tapi, pemandangan di hadapanku tidak berubah. Bukan, kamar ini bukan lagi mewah, tapi ... sangat megah.

Ya ampun, aku tidak salah kamar, kan? Ah, mana mungkin. Salah kamar hanya berlaku di dunia novel, dunia nyataku tidak mungkin seperti itu.

"Uhh ...."

Apa ini? Kenapa badanku terasa sakit? Dan di sana ... ke-kenapa? Ke-kenapa terasa ngilu dan perih?

Jantungku mulai berdegup cepat. Aku yang tidur menyamping dan dipeluk Kak Listi menundukkan kepala perlahan untuk melihat tubuhku.

Deg.

Tidaaak, apa aku tidur tanpa busana?

Segera ku bekap mulutku kuat-kuat. Ku gigit bibirku juga untuk mengendalikan segenap kepanikan ini. Mataku membulat sempurna.

Ti-tidak mungkin.

Tatapanku kemudian turun pada tangan dari sosok yang memelukku.

A-APA?!

Andai teriakanku bisa diutarakan, mungkin suara jeritanku akan menandingi pekakkan halilintar.

Tubuhku spontan gemetar. Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat sebuah tangan besar melingkar di pinggangku, kulitnya kuning langsat dan bersih, dihiasi bulu-bulu ikal yang tampak terawat, serta sebuah jam tangan mahal berwarna dark silver.

Astaghfirullahaladzim ....

Apa gerangan yang telah terjadi? Apa kejadian semalam bukan mimpi? Semalam, aku ... aku telah melakukan sesuatu yang nista dan hina.

A-apa aku telah berzina?

Lalu ... siapa pria jahat ini? Apa dia sengaja menjebakku? Apa aku telah dijual atau dikerjai seseorang? Tapi ... apa alasan dari semua ini? Aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

Aku tak kuasa menahan seluruh gejolak ini. Aku ingin segera pergi dari pria biadab ini. Aku juga harus membersihkan tubuh kotor ini, lalu melapor pada polisi dan memenjarakan semua orang yang telah berani menjebakku.

"Huuuks."

Aku terisak sambil berusaha melepaskan diri dari pria b r e n g s e k ini. Aku menepis tangannya.

S i a l!

Dia malah mendekapku kian erat. Tangannya bahkan menelusup nakal ke daerah sana.

Menjijikkan!

"Ahh, lepaskan aku! K e p a r a t!"

Aku meraih tangannya, lalu kugigit dengan sekuat tenaga.

"Aaargh."

Dia beteriak, dan terbangun. Lalu duduk, dan meringis. Kemudian mengucek matanya beberapa kali.

Aku beringsut, menarik selimut dan mundur ke ujung tempat tidur. Aku menatap sosok itu seraya membelalakan mata.

Saat dia mengibas rambutnya, aku ingat benar jika pria ini adalah ....

Zulfikar Saga Antasena?

Di-dia?

Dia adalah Direktur baru perusahaanku yang semalam diperkenalkan oleh Direktur Eksekutif, pak Aryo Antesena.

Tubuhku mendadak lemas, aku tidak bisa menyikapi kenyataan ini, aku tak sanggup menghadapi fakta mengerikan ini.

Mataku berkunang-kunang, kepalaku pusing tujuh keliling. Aku shock, jiwa dan ragaku terguncang hebat. Kegelapan tiba-tiba melanda.

Aku ... aku ... terkulai dan melupakan semuanya.

Aku ....

Pingsan.

...🍒🍒🍒...

Zulfikar Saga Antasena

"Aaargh," teriakku.

Bukannya disambut hangat, Dewi malah menggigit tanganku. Entah apa motifnya, aku bingung. Aku duduk, dan meringis. Kemudian mengucek mataku beberapa kali. Malam pertama yang aneh pikirku, aku kan masih mau peluk-pelukan. Selain itu, tubuhku juga lelah. Aku butuh istirahat.

"Sakit tahu cinta. Lihat tangan Mas, sampai merah begini?"

Aku mengulurkan tangan pada Dewi yang tergeletak di ujung tempat tidur, wajahnya terhalang selimut, namun sebagian tubuhnya terekspos, dan itu ... sangat seksi.

Secara naluriah dan fisiologis, sistem hormonku langsung bereaksi. Aku jadi ingin mengulang kembali adegan percintaan itu.

Dewi menggigitku mungkin sebagai ungkapan balas dendam karena semalam aku telah menyakitinya. Aku tersenyum bangga, ku usap titik merah di sprei ini sambil membayangkan kembali kejadian itu.

Aku yakin jika noda merah ini berasal dari Dewi.

"Cinta, maaf ya ... semalam aku sedikit kasar."

Aku merangkak mendekatinya sambil mengusap kaki indahnya yang mengintip di balik selimut.

"Dewi cintaku, sebelum mandi, ayo kita lakukan lagi. Semalam aku agak kasar karena pengaruh obat. Aku yakin paklik dalangnya. Sekarang aku akan melakukannya dengan lembut, mau ya ...," bisikku.

Aku menempelkan bibirku di cuping telinganya.

Perlahan, aku membuka selimut yang menutupi wajahnya. Kali ini, Dewi sedikit aneh, apa maksudnya coba? Masa dia tidak merespon ucapanku? Dewi seolah-olah tak peduli dengan apapun yang ku ucapkan.

"Dewi cintaku, Mas mau ---."

DEG, jantungku bak dihantam gada. Tanganku gemetar, wajahku pastinya pucat pasi. Tubuhku kaku dan membantu. Saat selimut itu ku buka, yang ku lihat bukanlah Dewi.

Lalu ....

Siapa? Siapa wanita ini?

"Ti-tidak mungkin, ini pasti salah, ini pasti mimpi."

Aku mengelak dan sangat berharap jika yang ku lihat saat ini hanyalah fatamorgana. Ku pukul pipiku kuat-kuat. Aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.

'PLAK.'

'PLAK.'

Dua kali pukulan di pipi kiri dan kanan. Pukulan tanganku sangat kuat hingga telingaku berdenging.

Tapi ... apa yang terjadi?

Wanita j a l a n g itu masih tergeletak di tempat tidurku. Berarti, ini bukan mimpi?

"Tidaaak."

Aku mundur beberapa langkah untuk menjauh dari wanita terkutuk itu. Ku raba tubuhku sambil becermin. Jelas, yang aku kenakan hanya pakaian dalam bagian bawah.

"Astaghfirullahaladzim, kenapa jadi seperti ini? Kenapaaa?" teriakku.

Dadaku panas seketika, aku yakin wanita ini sengaja masuk ke kamarku untuk mendapatkan uang.

Atau ... dia sengaja dikirim oleh rivalku untuk menjatuhkan nama baikku dan nama baik perusahaan. Itu artinya, yang menaruh perangsang di jus jeruk itu pasti bukan paklik.

"K u r a n g a j a r!"

'PRAK.'

Aku meninju cermin. Pecahannya berhamburan ke lantai, buku tanganku terluka. Tapi aku tak peduli.

Aku harus memberi pelajaran pada wanita ini. Dia harus bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya. Kalau perlu, aku akan merobek mulutnya agar dia mengatakan motif bulusnya hingga berani naik ke ranjangku, mengorbankan keperawanannya, dan mengambil keperjakaanku.

Aku memakai kembali pakaianku yang bececeran dengan tergesa. Wajahku merah padam, amarahku memuncak hingga ubun-ubun. Aku harus segera memberi pelajaran pada j a l a n g ini.

"Bangun kamu! Bangun!" teriakku. Sambil melempar bantal dan guling ke wajahnya. Tapi dia diam saja, tubuhnya bergeming bak orang pingsan.

"K u r a n g a j a r!" Aku mengatur napas.

Mungkin i b l i s baru saja mengendalikan emosiku. Tadi sepintas terbesit ingin membunuhnya dengan cara menyekapnya dengan bantal, lalu merusak wajah cantiknya itu agar aku puas.

"Bangun kamu!"

Aku merangkak, lalu menarik kaki jenjangnya dengan kasar hingga tubuhnya terjatuh dari ranjang. Aku bertolak pinggang, lalu melempar selimut agar tubuhnya tertutupi.

Aku mencari apapun untuk membuatnya bangun dan sadar akan kesalahannya. Ku lihat ada teko air. Segera ku ambil, dan ....

'Syuuur.'

Aku menyiram wajahnya saat ia menggeliat dan meringis-ringis.

Dia terbangun, langsung mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. Aku memelototinya dengan tatapan membara.

Akting dia sangat bagus. Dia seolah ketakutan dan tak ingin bersitatap denganku. Dia memeluk tubuhnya dan langsung menangis. Benar-benar profesional!

"Siapa yang menyuruh kamu, hah? Siapa?!"

Aku yang sudah dipenuhi amarah segera mendekat dan menjambak rambutnya.

"JAWAB!" bentakku.

"Huuu ... le-lepas ... ss-sa-sakit ...."

Dia malah berusaha menepis tanganku. Aku kian naik darah. Ku cengkram kuat rahangnya hingga pipinya memerah. Andai aku tidak menahan diri, kepala wanita ini sudah aku benturkan ke lantai, atau aku cekik saja lehernya.

"Cepat jawab! Dasar p e l a c u r! Beraninya kamu masuk ke kamarku!"

"To-tolong ... ha-harusnya a-aku yang marah pada Anda. Ke-kenapa Anda masuk ke ka-kamarku dan emm ... kenapa A-Anda me-meniduriku?"

Ku biarkan dia bicara, aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi.

"Anda su-sudah menghancurkan masa depanku. Tak peduli jabatan Anda apa, aku akan melaporkan perbuatan Anda pada polisi, huuu ... huuuks."

"APA KATAMU?!"

J a l a n g ini pandai sekali berkilah. Dia malah menyalahkanku, dia menjawab pertanyaanku sambil memalingkan wajah dan terus menangis. Air mata buayanya bercucuran dengan derasnya. Aku sangat muak! Aku benar-benar membenci wanita ini.

"Kamu bilang aku masuk ke kamarmu?! Apa kamu yakin, hahh?!"

Karena emosi, aku menoyor kuat pelipisnya hingga ia tersungkur dan tangisannya semakin kencang.

"Huuu, a-aku tidak memiliki niat apapun, aku hanya ingin tidur di kamarku, i-itu saja ... huuks," kilahnya lagi sambil merangkak pelan memunguti pakaiannya.

Aku kembali terhenyak. Yang dia punguti sepertinya jibab dan rok panjang yang aku pribadi merasa dejavu saat melihatnya.

"Sekarang katakan! Berapa nomor kamarmu, hahh? Buktikan! Aku atau kamu yang salah masuk kamar?!"

'Tak.'

Aku melempar kunci kamar ke wajahnya. Ternyata mengenai pipinya, dia meringis. Pipinya memerah. Aku sebenarnya tidak bermaksud melempar sekuat itu. Dan dia terkejut saat melihat nomor pintunya.

"A-apa, ti-tidak mungkin, a-aku tidak mungkin salah kamar. Saat aku ke sini, pintu kamar ini terbuka, tolong percayalah, a-aku tak bermaksud apa-apa."

Tubuhnya gemetar saat melihat nomor yang tertera. Perlahan, dia menengadahkan wajah untuk sejenak menatapku, dari bola matanya jelas sekali jika dia ingin dikasihani. Tapi, aku tidak sebodoh itu.

Jangan harap aku akan iba padamu!

"Hahaha, alasan macam apa itu, hah?! Kamu dan seseorang pasti sengaja menjebakku dengan obat p e r a n g s a n g! Mana ada orang bisa masuk ke kamar hotel tanpa kunci! Kecuali kalau kamu i b l i s!" bentakku.

"To-tolong dengarkan dulu pen ---."

"Cukup! Pokoknya, aku akan melaporkan kamu ke polisi! Apa kamu tahu?! Aku sudah memiliki istri!"

"Coba kamu bayangkan bagaimana sakitnya dia kalau sampai tahu suaminya tidur dengan wanita lain! Aku bahkan belum melakukan hubungan itu dengan istriku. Tapi ... kamu tiba-tiba ada di ranjangku dan menggodaku. Aku mengira kamu adalah istriku."

Aku berbicara dengan menggebu-gebu. Tak sadar tubuhkupun bersimpuh di lantai karena teramat menyesali kejadian ini. Dadaku sesak, sakiiit. Aku memukul dadaku. Dan wanita itu, dia menatapku sekilas lalu menunduk.

Aku terjebak dalam kebingungan yang mendalam. Jika aku melaporkan wanita ini ke polisi, maka ... mau tidak mau, kasus ini akan menjadi konsumsi publik dan tentu saja akan berdampak pada perusahaan papaku.

Selain itu, wanita ini juga pasti akan jujur pada publik kalau aku telah mengambil kesuciannya.

Dan ada satu hal lagi. Dewi pasti akan sangat terluka jika mengetahui kejadian ini. Jika hubunganku dan Dewi memburuk, maka hal ini akan berdampak pula pada perusahaan. Papanya Dewi dan papaku berteman baik. Papa dan keluarga Dewi merupakan pemegang saham di perusahaan papaku.

Aku bangkit, lanjut menonjok kembali cermin dan menendang meja.

"ARGH."

Aku memasygul rambutku. Aku sangat putus asa.

"Huuu ... de-demi Allah, a-aku tidak sengaja masuk ke kamar ini. Setelah minum air putih ak ---."

"Diam kamu! Diam! Beraninya sekali kamu membawa nama Tuhan!"

Aku menunjuknya dan semakin marah. Wanita itu terdiam, memeluk lututnya, kepala menuduk, pundaknya begerak-gerak. Dia telah memakai kembali jilbabnya.

Deg, dan aku teringat pada wanita yang ku lihat saat itu. Jibabnya mirip sekali dengan wanita ini.

Apa dia orang yang sama? Apa dia karyawanku?

"Aaargh," aku kembali beteriak.

Bagaimana aku menyelesaikan masalah ini? Bagaimana aku menjelaskan ini pada Dewi?

Lalu tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Aku dan wanita itu terkejut.

"Assalamu'alaikuum, Mas," sapa seseorang dari luar.

Aku mematung, aku mengenal dengan baik suara itu, itu suara wanita yang sangat aku cintai, Dewi Laksmi. Ingin rasanya aku menghilang dari muka bumi ini detik ini juga.

Tolooong, aku harus bagaimana? Wanita ini benar-benar simalakama.

"A-aku akan bersembunyi," lirih wanita itu, dia merangkak ringkih menuju lemari sambil memeluk pakaian yang belum sempat ia kenakan.

"Tunggu."

Aku menahannya dengan cara menjambak jilbabnya. Dia benar-benar munafik. Dia menutupi jiwa j a l a n g nya dengan hijab dan busana syar'i.

"Kenapa? Tolong jangan kasar, tubuh sudah sakit akibat ulah Anda," ratapnya. Matanya memerah, kelopak matanya sembab. Wanita itu terlihat menyedihkan.

"Maaas." Dewi kembali memanggil.

"Bagaimana dengan darah itu?! Bagaimana caranya aku menyembunyikan darah itu dan merapikan tempat tidur, hahh?!" desakku.

"Tu-tutupi pakai bed cover saja," sarannya. Dia benar-benar masuk ke dalam lemari.

"Cepat kunci, Anda juga harus menyembunyikan kuncinya." Dia kembali memberi saran.

Aku yang panik segera mengikuti saran wanita itu. Menguncinya, lalu menyimpan kuncinya di bawah spring bed.

...~Tbc~...

Terpopuler

Comments

Vi II

Vi II

bagus banget

2022-02-12

1

Kis Tatik

Kis Tatik

wes ono ono wae hedeh..

2022-01-03

1

Nani Evan

Nani Evan

siapa yang jahat sama mereka ya,,Dai menyangka itu hanya air putih biasa, maka'ny di minum ampe abis, sedangkan zul juga ternyata di jebak,air putihnya tidak sepolos yang kau kira dai😁awal masalah ini bagi mereka,.

2021-12-19

3

lihat semua
Episodes
1 Berawal Dari Sebuah Mimpi
2 Salah Mengenali
3 Simalakama
4 Toxic
5 Pengumuman
6 Rasa yang Membingungkan
7 Pertemuan Tak Terduga
8 Kucing yang Lucu
9 Wanita yang Berbeda
10 Fakta Mulai Terungkap
11 Sebuah Keputusan
12 Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13 Mengorbankan Perasaan
14 Izin Pergi ke Bandung
15 Pergi ke Bandung
16 Ketegangan
17 Menjadi Pasangan
18 Madu yang Manis
19 Prahara dan Dilema
20 Hati yang Sulit Difahami
21 Memendam Rasa
22 Mansion VS Apartemen
23 Berpura-pura
24 Rasa yang Menyesakkan Dada
25 Cinta dan Luka
26 Janji Pertemuan
27 Tentang Dia
28 Sebuah Pengakuan
29 Poligami dan Perasaan
30 Pertemuan
31 Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32 Dilema
33 Asisten Manajer
34 Kebingungan Seorang Sahabat
35 Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36 Bersitegang
37 Bersua Madu
38 Rasa yang Terbelenggu
39 Siasat
40 Bertemu Mama
41 Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42 Sahabat [Visual]
43 Cekcok
44 Membawanya
45 Membawanya [Bagian 2]
46 Menghindari Bayangmu
47 Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48 Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49 Madu yang Candu
50 Menghadapi Aral Melintang
51 Kesumat
52 Menolongmu
53 Rasa yang Terucap Jua
54 Terungkap
55 Pengumuman
56 Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57 Kalah Langkah
58 Kabar Tak Sedap
59 Ke Paris Van Java
60 Mengungkap Tabir
61 Perang Dingin Dimulai [Visual]
62 Aura Positif
63 Aroma Durian
64 Kekhawatiran [Visual]
65 Pangilan Baru dan Fakta Baru
66 Menunggu di Gazebo
67 Pertemuan Keluarga
68 Bertambahnya Titik Terang
69 Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70 Akan Melepasmu
71 Menyelamatkanmu
72 Bukan Anak Haram
73 Dua Sisi yang Berbeda
74 Sebuah Rencana
75 Berselisih
76 Menghadapi Kenyataan
77 Muai Terkuak
78 Tak Terduga
79 Penyesalan dan Keraguan
80 Sangat Membutuhkannya
81 Mengajukan Kesepakatan
82 Memberi Izin
83 Tragedi
84 Ilfeel and Goodfeel
85 Tamparan Keras
86 Akan Diperkenalkan
87 Gadis Kecil Pembuka Tabir
88 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90 Kasus dan Fakta
91 Sabilulungan
92 Akan Diinterogasi
93 Ternyata Seorang Aa
94 Proses Interogasi
95 Pasca Interogasi
96 Dendam Kesumat
97 Ada yang Mencurigakan
98 Bestie
99 Luluh dan Menyangkal
100 Tragedi [Bagian 1]
101 Tragedi [Bagian 2]
102 Penyelamat Rahasia
103 Menenangkan Diri
104 Gurindam Tak Bersajak
105 The Mission
106 Meminta Tanda Tangan
107 Pesan Provokasi
108 Menantu Kesayangan [Visual]
109 Pembicaraan PENTING! [Visual]
110 Skenario
111 Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112 Ada Apa Ya?
113 Peristiwa [Bagian 1]
114 Peristiwa [Bagian 2]
115 Terucap Jua
116 Ambulance Misterius
117 Maaf
118 Lolos
119 Masa Lalu
120 Tak Bisa Memutuskan
121 Mendapatkan Payung Hukum
122 Sekeping Hati
123 Hasil USG
124 Dua Sisi
125 Maaf
126 Saran dari Senior
127 Diproses Secara Hukum
128 Ancaman Misterius
129 Akur? [Visual]
130 Hari yang Mengesankan
131 Mengaguminya
132 Permohonan Maaf
133 Belum Memaafkan
134 Sudah Memaafkan?
135 Khoto Wanisyian
136 Pergi Sejenak
137 Firasat
138 Merajuk Membujuk
139 Ada yang Panik
140 Malam yang Berkesan
141 Debaran Hati [Visual]
142 Mengantarnya
143 Hasil Autopsi
144 Entahlah
145 Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146 Perjodohan
147 Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148 Menunggu Jawaban dari Langit
149 Fakta dari Barang Bukti
150 Mencegah Masalah Baru [Visual]
151 Berusaha Meredam Diri
152 Lembur
153 Dampak Berbagi Ranjang
154 Trauma?
155 Mitoni
156 Obrolan di Taman Belakang
157 Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158 Penipu Ulung
159 Terima Kasih Orang-orang Baik
160 Persiapan Gelar Perkara
161 Demi Dia yang Tidak Berdosa
162 The Moment [Bagian 1]
163 The Moment [Bagian 2]
164 The Moment [Bagian 3]
165 Pengumuman
166 Daddy and Mommy
167 Tiga Sisi
168 Masih Bersabar
169 Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170 Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171 Tangisan VS Senyuman
172 Milikku!
173 Hikayat Cinta
174 Menjemput Rindu
175 Sampai Demam
176 Wejangan
177 My Heavenly Angel
178 Kamar Bintang Tujuh
179 Banyak Bintangnya
180 Cinta Itu Aneh
181 Bahasa Cinta
182 Sosok yang Berbeda
183 Kakak Beradik
184 Buah Hati yang Ketiga
185 Kejutan
186 Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187 Kabar
188 Sisi Kehidupan
189 Boncap
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Berawal Dari Sebuah Mimpi
2
Salah Mengenali
3
Simalakama
4
Toxic
5
Pengumuman
6
Rasa yang Membingungkan
7
Pertemuan Tak Terduga
8
Kucing yang Lucu
9
Wanita yang Berbeda
10
Fakta Mulai Terungkap
11
Sebuah Keputusan
12
Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13
Mengorbankan Perasaan
14
Izin Pergi ke Bandung
15
Pergi ke Bandung
16
Ketegangan
17
Menjadi Pasangan
18
Madu yang Manis
19
Prahara dan Dilema
20
Hati yang Sulit Difahami
21
Memendam Rasa
22
Mansion VS Apartemen
23
Berpura-pura
24
Rasa yang Menyesakkan Dada
25
Cinta dan Luka
26
Janji Pertemuan
27
Tentang Dia
28
Sebuah Pengakuan
29
Poligami dan Perasaan
30
Pertemuan
31
Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32
Dilema
33
Asisten Manajer
34
Kebingungan Seorang Sahabat
35
Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36
Bersitegang
37
Bersua Madu
38
Rasa yang Terbelenggu
39
Siasat
40
Bertemu Mama
41
Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42
Sahabat [Visual]
43
Cekcok
44
Membawanya
45
Membawanya [Bagian 2]
46
Menghindari Bayangmu
47
Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48
Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49
Madu yang Candu
50
Menghadapi Aral Melintang
51
Kesumat
52
Menolongmu
53
Rasa yang Terucap Jua
54
Terungkap
55
Pengumuman
56
Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57
Kalah Langkah
58
Kabar Tak Sedap
59
Ke Paris Van Java
60
Mengungkap Tabir
61
Perang Dingin Dimulai [Visual]
62
Aura Positif
63
Aroma Durian
64
Kekhawatiran [Visual]
65
Pangilan Baru dan Fakta Baru
66
Menunggu di Gazebo
67
Pertemuan Keluarga
68
Bertambahnya Titik Terang
69
Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70
Akan Melepasmu
71
Menyelamatkanmu
72
Bukan Anak Haram
73
Dua Sisi yang Berbeda
74
Sebuah Rencana
75
Berselisih
76
Menghadapi Kenyataan
77
Muai Terkuak
78
Tak Terduga
79
Penyesalan dan Keraguan
80
Sangat Membutuhkannya
81
Mengajukan Kesepakatan
82
Memberi Izin
83
Tragedi
84
Ilfeel and Goodfeel
85
Tamparan Keras
86
Akan Diperkenalkan
87
Gadis Kecil Pembuka Tabir
88
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90
Kasus dan Fakta
91
Sabilulungan
92
Akan Diinterogasi
93
Ternyata Seorang Aa
94
Proses Interogasi
95
Pasca Interogasi
96
Dendam Kesumat
97
Ada yang Mencurigakan
98
Bestie
99
Luluh dan Menyangkal
100
Tragedi [Bagian 1]
101
Tragedi [Bagian 2]
102
Penyelamat Rahasia
103
Menenangkan Diri
104
Gurindam Tak Bersajak
105
The Mission
106
Meminta Tanda Tangan
107
Pesan Provokasi
108
Menantu Kesayangan [Visual]
109
Pembicaraan PENTING! [Visual]
110
Skenario
111
Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112
Ada Apa Ya?
113
Peristiwa [Bagian 1]
114
Peristiwa [Bagian 2]
115
Terucap Jua
116
Ambulance Misterius
117
Maaf
118
Lolos
119
Masa Lalu
120
Tak Bisa Memutuskan
121
Mendapatkan Payung Hukum
122
Sekeping Hati
123
Hasil USG
124
Dua Sisi
125
Maaf
126
Saran dari Senior
127
Diproses Secara Hukum
128
Ancaman Misterius
129
Akur? [Visual]
130
Hari yang Mengesankan
131
Mengaguminya
132
Permohonan Maaf
133
Belum Memaafkan
134
Sudah Memaafkan?
135
Khoto Wanisyian
136
Pergi Sejenak
137
Firasat
138
Merajuk Membujuk
139
Ada yang Panik
140
Malam yang Berkesan
141
Debaran Hati [Visual]
142
Mengantarnya
143
Hasil Autopsi
144
Entahlah
145
Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146
Perjodohan
147
Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148
Menunggu Jawaban dari Langit
149
Fakta dari Barang Bukti
150
Mencegah Masalah Baru [Visual]
151
Berusaha Meredam Diri
152
Lembur
153
Dampak Berbagi Ranjang
154
Trauma?
155
Mitoni
156
Obrolan di Taman Belakang
157
Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158
Penipu Ulung
159
Terima Kasih Orang-orang Baik
160
Persiapan Gelar Perkara
161
Demi Dia yang Tidak Berdosa
162
The Moment [Bagian 1]
163
The Moment [Bagian 2]
164
The Moment [Bagian 3]
165
Pengumuman
166
Daddy and Mommy
167
Tiga Sisi
168
Masih Bersabar
169
Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170
Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171
Tangisan VS Senyuman
172
Milikku!
173
Hikayat Cinta
174
Menjemput Rindu
175
Sampai Demam
176
Wejangan
177
My Heavenly Angel
178
Kamar Bintang Tujuh
179
Banyak Bintangnya
180
Cinta Itu Aneh
181
Bahasa Cinta
182
Sosok yang Berbeda
183
Kakak Beradik
184
Buah Hati yang Ketiga
185
Kejutan
186
Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187
Kabar
188
Sisi Kehidupan
189
Boncap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!