Terpaksa Berbagi Ranjang

Terpaksa Berbagi Ranjang

Berawal Dari Sebuah Mimpi

**Daini Hanindiya Putri Sadikin**

Aku karyawan baru di sebuah perusahaan peroperti di Jakarta. Aku baru bekerja selama lima bulan. Jabatanku adalah salah satu staf di bagian divisi mutu.

Oiya, aku tidak biasa mengikuti acara makan malam perusahaan. Kalaupun divisiku diundang, aku selalu menolak. Aku lebih suka pulang ke kostan, maskeran dan tidur. Karena sering mangkir, akupun ditegur manajer. Selain kurang suka kumpul-kumpul, aku sebenarnya merasa tak nyaman dengan tatapan mayoritas rekan kerjaku. Mungkin karena penampilanku yang sedikit berbeda.

Tapi saat wawancara dan dinyatakan diterima di perusahaan ini, tidak ada satupun peraturan yang melarangku memakai rok panjang, baju longgar, ataupun gamis. Hanya tertera, gunakan pakaian kantor yang sopan, bersih dan nyaman.

Apa penampilanku terlihat mencolok? Ya sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Toh bagian kepegawaian atau manajerkupun tak pernah mengomentari busanaku. Atasanku tidak pernah menegurku. Lagipula, sebagai wanita muslimah, aku memang diwajibkan menutup aurat.

"Malam ini pokoknya lu harus ikut ya," kata teman kantorku, namanya Kak Listi. Dia satu divisi denganku.

"Ya, Kak," jawabku sambil merapikan berkas.

"Bajunya ganti, jangan yang kegedean Dai. Jilbabnya juga ganti dong, modis dikit napa, bisa 'kan?" tambah Kak Listi.

"Bajuku tidak kegedean, Kak. Aku memang nyaman memakai busana longgar. Kata abah, pakaian yang bagus untuk wanita muslimah itu yang menutup aurat dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Jilbabku juga sama Kak, aku tidak melihat modisnya, yang aku lihat itu fungsinya. Apakah sudah sesuai sesuai syariat apa belum?" jelasku.

"Ya ya ya, susah deh kalau ngomong sama bu ustadzah. Ya udah, gua pulang duluan ya, Dai. Jangan lupa jam 8 malam lu harus ada di hotel. Mau gua jemput gak?" tawarnya.

"Gak perlu, Kak. Aku mau naik busway. Lagian dari kostsanku ke hotelnya lumayan dekat, kok," tolakku.

"Ya deh, bye Daini. Hahaha," katanya sambil melambaikan tangan. Aku hanya tersenyum dan membalas lambaian tangannya.

"Tapi lu sebenarnya cantik tahu, Dai," teriak Kak Listi.

"Terima kasih," jawabku.

...🍒🍒🍒...

Jaka (Bartender)

Malam ini, aku dan timku sangat sibuk, keringat mulai bercucuran di belakang punggungku. Ya, malam ini sedang berlangsung acara makan malam besar-besaran sebuah perusahaan properti ternama. Hahaha, sebenarnya aku juga kredit rumah di perusahaan ini. Aku kredit tipe yang paling murah. Letaknya ada di kota hujan, Bogor.

"Kak, boleh aku meminta segelas air putih?"

Seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh, dia seorang wanita berkacamata, kuyakin dia adalah salah satu karyawan yang tengah mengikuti acara ini.

"Boleh," jawabku. Segera mengambilkan air putih untuknya.

"Terima, kasih."

"Sama-sama."

Wanita itu pergi sambil tersenyum, dia ramah dan lumayan cantik.

"Wah, gelas jus jeruk itu telihat berbeda," aku memuji sebuah gelas yang berisi jus jeruk. Terlihat mencolok, disajikan di champagne glass dengan corak yang sangat indah."

"Jangan ada yang menyentuh ya, ini minuman spesial untuk Direktur. Dipesan khusus oleh seseorang." Temanku lantas membawa minuman tersebut ke dalam ballroom.

...🍒🍒🍒...

Daini Hanindiya Putri Sadikin

Sungguh, aku hanya meminum air putih yang terhidang di hadapanku. Aku tidak mau mengambil risiko dengan meminum yang aneh-aneh. Aku bahkan tidak berani meminum jus. Tapi ... setelah meminum segelas air putih yang terhidang di mejaku, entah kenapa aku justru merasa mual dan pusing.

Kupikir akan lebih baik kalau aku segera ke kamar saja. Kata pak manajer, divisiku mendapatkan bonus, jadi seluruh staf mutu boleh menginap selama semalam di hotel bintang lima ini. Kapasitasnya satu kamar untuk dua orang. Aku sekamar dengan kak Listi.

Kamarku nomor 38, ya aku masih ingat. Aku segera mencarinya dengan berjalan terhuyung-huyung sambil menelepon kak Listi. Tapi kak Listi tidak mengangkat panggilanku. Maksudku menelepon ya karena kunci kamarnya dipegang kak Listi.

"Kak, angkat dong ...," lirihku.

Mungkin kak Listi sudah ada di kamar. Aku berpikir seperti itu.

"Tidaaak ...."

Kepalaku semakin pusing. Pandanganku mulai kabur, aku mengangkat sedikit rok maxiku agar bisa berjalan lebih cepat dan leluasa. Aku menaiki lift dengan tergesa. Entah di lantai berapa aku berada. Aku lupa, tadi menekan angka berapa ya? Serius, aku mulai linglung. Pokoknya, kamarku ada di nomor 38, itu saja yang aku ingat.

Nomor kamar yang kulewati terlihat berbayang. Anehnya, aku tidak berpapasan dengan siapapun di lantai ini. Kupikir rekan-rekan dari divisi lain masih berada di ballroom. Mungkin, mereka akan mengikuti jalannya acara sampai dengan selesai.

"Nah itu dia."

Aku tersenyum saat melihat kamar nomor 38 berada tepat di hadapanku. Saat akan kuketuk, pintunya malah terbuka. Aku yakin pintunya terbuka ya karena ada kak Listi di dalamnya.

"Kak Listiii," panggilku. Tapi tidak ada yang menyahut.

'Klak.' Samar kudengar pintu kamar tertutup otomatis.

"Aduh ...."

Aku merasa semakin pusing, badanku tiba-tiba panas. Aku membuka jilbabku, lalu menyanggul rambut panjangku untuk mengurangi perasaan gerah ini.

"Aku kenapa?"

Aku menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. Perlahan kubuka rok panjang dan baju panjangku. Yang tersisa di tubuhku hanya pakaian dalam yang terhalang oleh singlet dan stret saja. Sungguh, aku merasa aneh dengan tubuhku. Aku tiba-tiba merasa geli dan sedikit gatal.

Ada apa ini? Apa aku alergi?

Aku bingung. Tanganku spontan memasygul rambut. Lalu ... aku juga membelai tubuhku sendiri.

"Aku kenapa? Huuu ...." Airmataku mendadak bederai.

Aku menangis dalam kebingungan dan perasaan aneh ini. Aku menggigit bibirku kuat-kuat. Aku malu pada diriku sendiri. Maaf, aku tiba-tiba menginginkan hal itu. Aku menginginkan sesuatu yang tidak seharusnya. Sesuatu yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri.

Deg, aku tersadar.

"Apakah aku dijebak? Ti-tidak mungkin ...."

Kenapa?

Apa alasannya?

Siapa yang tega melakukan ini padaku?

Apa aku pernah melakukan kesalahan?

Air minum itu ... ya aku ingat, aku menghabiskan air minum itu tanpa bersisa.

Aku berusaha bangun. Harapku, dengan mengguyur tubuh, efek mabuk dan perasaan gila ini akan ternetralisir. Tapi, baru saja aku duduk, aku sudah terjatuh lagi dengan posisi tertelungkup. Mataku berkunang-kunang.

Aku sepertinya mulai hilang kesadaran. Aku merasa tubuhku melayang-layang. Aku memejamkan mata dan berharap bisa membawa perasaan aneh ini ke alam mimpi dan melupakannya.

.

Rasanya baru sebentar aku memejamkan mata, tapi aku sepertinya mulai bermimpi. Aku melihat bayangan seseorang memasuki kamarku, dia berjalan terhuyung seraya memegang kepalanya.

Apa ini?

Mimpi ini aneh sekali, aku merasa seseorang tiba-tiba membelai wajahku, menciumi leherku, lalu mencium bibirku dengan sangat rakus dan berhasrat.

Tidaaak, rasanya aneh sekali dan ... dan apa ya?

Aku tidak bisa mengungkapnya. Di dunia nyata aku memang belum pernah melakukan adegan ini. Mimpi ini terlalu frontal, aku ingin bangun dari mimpi ini. Tapi mataku enggan terbuka.

Sosok dalam mimpi ini perlahan membuka seluruh penghalang yang ada di tubuhku. Mimpi ini sangat memalukan. Tubuhku teramat malu, aku berusaha menutupinya. Tapi sosok itu memaksaku membukanya.

Dia memeluk tubuh polosku, rasanya hangat, tubuhnya menguarkan keharuman. Napasnya yang cepat terdengar begitu nyata. Dia mencumbui sekujur tubuhku. Aku menggelinjang, perasaan ini ... seluruh rasa ini ... aku bingung mendeskripsikannya.

Mimpi ini benar-benar keterlaluan. Sosok tak nyata ini meraih dan memetik semua hal yang aku jaga selama ini. Segenap hal yang selalu aku sembunyikan dengan pakaian yang longgar dan tertutup.

"Ja-jangan ...."

Lirihku pelan saat sosok dalam mimpi ini akan menyentuh mahkotaku yang masih suci. Tapi ... aku tidak memiliki kekuasaan untuk melawan, tubuhku seolah patuh dan membiarkan tangan asing itu perlahan menjamahnya.

Entah apa yang terjadi, di alam bawah sadarku sepertinya aku sudah gila. Tanganku mengerat pada sprei, aku berusaha membuka mata, aku ingin mengakhiri mimpi yang tak patut dan menjijikkan ini.

Tapi lagi-lagi mataku sulit terbuka. Parahnya, ragaku sepertinya telah terpengaruh dengan keterlenaan dan rasa ini. Tubuhku merespon mimpi gila ini dengan sangat baik. Aku menikmatinya, aku menyukainya. Aku laksana daun kecil yang terbang melintasi awan.

Tanpa bisa ditahan, bibir ini spontan mengeluarkan suara yang memalukan sekali.

Kak Listi, cepat datang kak. Tolong bangunkan aku, aku tidak ingin mendalami mimpi ini lebih jauh lagi.

Saat mimpi seram biasanya aku cepat terbangun. Tapi di mimpi ini sebaliknya, tubuhku malah enggan terbangun dan seolah ingin melanjutkan mimpi ini sampai tuntas.

"Sa-sakiiit ...."

Apa ini? Apa yang terjadi?

Aku merasa tubuhku seakan terbelah menjadi dua. Ada sesuatu yang memaksa memasuki tubuhku.

"Ja-jangan, ti-tidak .... Huuu ... huuks."

Dalam mimpi ini aku menangis. Aku meraih apapun untuk menguatkanku menghadapi kesakitan kini. Kemudian aku merasa seseorang menautkan tangan kokohnya dengan tanganku, menggenggam tanganku erat-erat lalu mengulum bibirku yang nyaris beteriak karena kesakitan.

Adegan ini semakin terasa nyata, rasa sakit ini kian menjadi. Tapi ... aku merasa senang saat tangan hangat ini menggenggam tanganku. Aku juga bahagia saat rasa manis dan hangat dari bibirnya sedikit demi sedikit mengurangi rasa sakit itu.

Perlahan-lahan rasa sakit itu mulai hilang, tergantikan oleh sebuah rasa yang aku sendiri tidak bisa mendeskripsikannya.

Sebuah rasa yang menjeratku dalam pusaran yang membingungkan. Gelenyar rasa ini begitu melenakan, aku terbuai dalam mimpi luar biasa ini. Hingga aku berharap agar mimpi ini tidak lekas berakhir. Jiwa dan ragaku menikmati mimpi ini.

Lucunya, akupun berharap agar sosok tampan dalam mimpi ini bisa kuraih di dunia nyata. Aku memeluk tubuh indahnya yang dipenuhi peluh, aku membelai rambut hitamnya yang lebat dan sedikit bergelombang, aku memagut bibir tebalnya dengan lembut dan perlahan.

Mimpi ini benar-benar menyiksaku dan menghabiskan energiku. Aku janji tidak akan menceritakan bunga tidur memalukan ini pada siapapun.

Aku begitu mendalami mimpi ini hingga tubuhku lemas, letih, lesu, lelah, lunglai, dan kian terlelap.

Ini mimpi, kan?

Ini hanya bunga tidur, kan?

Ini tidak nyata, kan?

Di alam bawah sadar itu aku tiba-tiba ragu.

...🍒🍒🍒...

Mawar (Resepsionis)

Sekitar sejam yang lalu, aku disuruh mengecek kembali persiapan kamar untuk Direktur baru sebuah PT, Tbk yang bergerak di bidang properti.

Kata supervisorku, beliau pengantin baru, jadi kami menyediakan layanan khusus untuk kamarnya. Saat aku cek, kupikir seluruh persipan sudah sempurna. Kamar yang kami siapkan adalah presidential suite room. Unit kamar ini terbatas. Hanya ada 10 unit, yaitu kamar nomor 26 sampai nomor 35.

Namun beberapa saat setelah mengecek kamar itu, aku tiba-tiba merasa ragu.

"Sebentar, kamarnya sudah aku kunci lagi, kan?" gumamku pada saat itu. Alisku sampai mengernyit karena berusaha untuk mengingat-ingat.

Daripada ragu, kuputuskan untuk kembali ke sana dan mengeceknya. Setibanya di sana ternyata pintunya sudah terkunci. Oh, berarti itu hanya perasaanku saja. Akupun kembali ke ruangan resepsionis dan melanjutkan pekerjaanku.

...🍒🍒🍒...

~Dua Jam yang Lalu~

Zulfikar Saga Antasena

Aku baru memegang jabatan ini selama selama dua minggu, tepatnya dua hari setelah resepsi pernikahanku. Papakulah yang memaksaku menjadi direktur. Papa adalah pendiri salah satu perusahan properti di Jakarta. Perusahaan papa cukup terkenal.

Properti yang kami kembangkan tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Belum sampai ke luar Pulau Jawa sih. Tapi, kami sudah sangat bangga dengan pencapaian ini. Jabatan Direktur eksekutif dipegang oleh pamanku, namanya Aryo Antasena. Aku memanggilnya Paklik.

Usiaku 30 tahun, lumayan matang. Aku pengantin baru. Usia pernikahanku baru memasuki minggu kedua. Nama istriku Dewi Laksmi, unik bukan? Dia sangat cantik, berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah swasta ternama di Jakarta.

Malam ini, perusahaan mengadakan acara makan malam untuk merayakan suksesnya proyek baru prusahaan kami. Selain itu, dalam acara ini, Paklik Aryo juga memperkenalkanku sebagai direktur baru kepada manajer berikut para karyawannya yang berada di beberapa divisi. Kalau tidak salah ada enam divisi.

Ada banyak sekali pasang mata yang memandangiku, serius aku jadi tidak nyaman.

"Senyum dong, Zul," bisik Paklik Arya, dia menyikut bahuku. Aku terpaksa tersenyum. Senyum seadanya.

Beberapa kali aku memeriksa ponselku untuk mengecek pesan dari istriku. Rencananya dia akan menemaniku, tapi entah kenapa sampai detik dia belum tampak batang hidungnya.

"Acaranya sudah mulai cinta."

"Kamu di mana?"

"Sudah sampai mana?"

"Mas ingin telepon kamu, tapi gak enak sama Paklik dan yang lainnya. Walaupun ini perusahaan papa, tapi Mas kan orang baru. Kamu dimana cinta? Apa kamu sudah berada di kamar? Hehehe, kamarnya nomor 33 ya cinta. Kuncinya Mas titipkan di resepsionis."

Tapi, Dewi belum membalas pesanku, dia tidak mengaktifkan mode centang di pengaturan pesannya. Jadi, aku tidak tahu apakah pesanku ini sudah dibaca atau belum. Namun naluriku berkata jika Dewi sudah berada di kamar hotel untuk memberi kejutan. Kami pengantin baru, jiwa muda kami tentu saja sangat menggelora.

Ehm, di hari pernikahan kami, istriku malah haid, siklus haidnya lumayan panjang. Katanya, bisa 8, 9, atau sampai 10 hari.

Ssst, jadi aku dan Dewi belum melakukan ritual malam pertama. Karena Dewi haid, kami belum merencanakan bulan madu. Aku baru akan mengajukan cuti untuk bulan madu selepas Dewi bersuci.

Tapi tadi pagi dia mengatakan sudah bersuci. Aku senang, jadi bersemangat dan berdebar-debar. Aku sudah tak sabar, malam ini aku akan melepas keperjakaanku. Aku spontan tersenyum. Lagi, Paklik menyikutku. Mungkin bermaksud mengingatkanku agar terlihat berwibawa di hadapan mereka.

Aku kemudian menenggak jus jeruk yang ada di hadapanku. Jus ini disajikan di gelas yang sangat cantik. Kupandangi gelas ini. Kuteguk lagi hingga tak berbekas. Lalu kutebar kembali senyum palsu itu pada karyawan berbagai divisi yang tak satupun aku kenali.

Saat mataku beredar, sekilas aku melihat di ujung sana ada karyawan bejilbab panjang yang pergi begitu saja sebelum acara selesai.

Oh, mungkin dia akan ke kamar mandi, pikirku. Tapi saat ku lirik lagi, dia tak kembali. Lagipula, apa gunanya sih aku melihat dia? Aku kesal pada diriku sendiri. Mungkin karena penampilannya berbeda, mataku spontan meliriknya.

Maafkan Mas, Dewi. Sungguh, Mas tidak melihat wajahnya. Paling juga dia karyawan senior, sudah ibu-ibu dan berbadan gemuk. Dia sengaja memakai baju longgar agar tidak terlihat gemuk.

"Aduh ...." Aku memegang kepalaku, tiba-tiba saja aku merasa pusing. Kenapa ya? Aneh sekali.

"Paklik, a-aku tiba-tiba gak enak badan, aku izin pamit ya," bisikku pada Paklik.

"Lho, buru-buru sekali, memangnya Dewi sudah datang?" tanya Paklik.

"Su-sudah," agar urusan cepat selesai, aku jawab sudah saja. Ya, Paklik tahu kalau Dewi akan datang.

"Ya sudah, kamu cepat ke kamarmu."

Paklik menepuk bahuku, dan entah mataku salah atau tidak, aku melihat Paklik tersenyum saat melihatku. Padahal, jelas-jelas aku sedang menunjukkan ekspresi gelisah dan tidak nyaman.

"Seperti yang kalian ketahui, ponakanku pengantin baru. Hahaha, istrinya sudah datang, kalian mengerti kan? Mohon maaf yang sebesar-besarnya." Paklik bahkan meminta maaf dan memohon izin pamit atas namaku. Aku senang. Setelah menundukkan kepala, akupun pergi.

Aku berjalan cepat menuju resepsionis untuk mengambil kunci. Aku tak mengatakan apapun, namun mereka sudah faham dengan apa yang aku inginkan.

Saat tiba di dalam lift, rasa pusingku kian menjadi. Tubuhku panas, jantungku berdebar. Dan ada sesuatu yang baru kusadari. Tiba-tiba saja ada yang terbangun tanpa bisa aku cegah. S i a l, aku yakin ini ulah paklik. Dia memang jahil dan sedikit 'fiktor.'

"Dewi cintaku, Mas dikerjai paklik," gumamku sambil berjalan sempoyongan. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis dan punggungku. Kepalaku berkunang-kunang, mataku berbayang.

...~Tbc~...

Terpopuler

Comments

Gembelnya NT

Gembelnya NT

Tulisannya rapi

2022-07-19

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

rupanya salah sasaran jadi salah kamar

2022-05-24

1

Vi II

Vi II

bagus banget nopel nya,tetep semangat ya buat yang bikin. nopel ini☺️

2022-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Berawal Dari Sebuah Mimpi
2 Salah Mengenali
3 Simalakama
4 Toxic
5 Pengumuman
6 Rasa yang Membingungkan
7 Pertemuan Tak Terduga
8 Kucing yang Lucu
9 Wanita yang Berbeda
10 Fakta Mulai Terungkap
11 Sebuah Keputusan
12 Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13 Mengorbankan Perasaan
14 Izin Pergi ke Bandung
15 Pergi ke Bandung
16 Ketegangan
17 Menjadi Pasangan
18 Madu yang Manis
19 Prahara dan Dilema
20 Hati yang Sulit Difahami
21 Memendam Rasa
22 Mansion VS Apartemen
23 Berpura-pura
24 Rasa yang Menyesakkan Dada
25 Cinta dan Luka
26 Janji Pertemuan
27 Tentang Dia
28 Sebuah Pengakuan
29 Poligami dan Perasaan
30 Pertemuan
31 Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32 Dilema
33 Asisten Manajer
34 Kebingungan Seorang Sahabat
35 Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36 Bersitegang
37 Bersua Madu
38 Rasa yang Terbelenggu
39 Siasat
40 Bertemu Mama
41 Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42 Sahabat [Visual]
43 Cekcok
44 Membawanya
45 Membawanya [Bagian 2]
46 Menghindari Bayangmu
47 Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48 Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49 Madu yang Candu
50 Menghadapi Aral Melintang
51 Kesumat
52 Menolongmu
53 Rasa yang Terucap Jua
54 Terungkap
55 Pengumuman
56 Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57 Kalah Langkah
58 Kabar Tak Sedap
59 Ke Paris Van Java
60 Mengungkap Tabir
61 Perang Dingin Dimulai [Visual]
62 Aura Positif
63 Aroma Durian
64 Kekhawatiran [Visual]
65 Pangilan Baru dan Fakta Baru
66 Menunggu di Gazebo
67 Pertemuan Keluarga
68 Bertambahnya Titik Terang
69 Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70 Akan Melepasmu
71 Menyelamatkanmu
72 Bukan Anak Haram
73 Dua Sisi yang Berbeda
74 Sebuah Rencana
75 Berselisih
76 Menghadapi Kenyataan
77 Muai Terkuak
78 Tak Terduga
79 Penyesalan dan Keraguan
80 Sangat Membutuhkannya
81 Mengajukan Kesepakatan
82 Memberi Izin
83 Tragedi
84 Ilfeel and Goodfeel
85 Tamparan Keras
86 Akan Diperkenalkan
87 Gadis Kecil Pembuka Tabir
88 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89 Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90 Kasus dan Fakta
91 Sabilulungan
92 Akan Diinterogasi
93 Ternyata Seorang Aa
94 Proses Interogasi
95 Pasca Interogasi
96 Dendam Kesumat
97 Ada yang Mencurigakan
98 Bestie
99 Luluh dan Menyangkal
100 Tragedi [Bagian 1]
101 Tragedi [Bagian 2]
102 Penyelamat Rahasia
103 Menenangkan Diri
104 Gurindam Tak Bersajak
105 The Mission
106 Meminta Tanda Tangan
107 Pesan Provokasi
108 Menantu Kesayangan [Visual]
109 Pembicaraan PENTING! [Visual]
110 Skenario
111 Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112 Ada Apa Ya?
113 Peristiwa [Bagian 1]
114 Peristiwa [Bagian 2]
115 Terucap Jua
116 Ambulance Misterius
117 Maaf
118 Lolos
119 Masa Lalu
120 Tak Bisa Memutuskan
121 Mendapatkan Payung Hukum
122 Sekeping Hati
123 Hasil USG
124 Dua Sisi
125 Maaf
126 Saran dari Senior
127 Diproses Secara Hukum
128 Ancaman Misterius
129 Akur? [Visual]
130 Hari yang Mengesankan
131 Mengaguminya
132 Permohonan Maaf
133 Belum Memaafkan
134 Sudah Memaafkan?
135 Khoto Wanisyian
136 Pergi Sejenak
137 Firasat
138 Merajuk Membujuk
139 Ada yang Panik
140 Malam yang Berkesan
141 Debaran Hati [Visual]
142 Mengantarnya
143 Hasil Autopsi
144 Entahlah
145 Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146 Perjodohan
147 Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148 Menunggu Jawaban dari Langit
149 Fakta dari Barang Bukti
150 Mencegah Masalah Baru [Visual]
151 Berusaha Meredam Diri
152 Lembur
153 Dampak Berbagi Ranjang
154 Trauma?
155 Mitoni
156 Obrolan di Taman Belakang
157 Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158 Penipu Ulung
159 Terima Kasih Orang-orang Baik
160 Persiapan Gelar Perkara
161 Demi Dia yang Tidak Berdosa
162 The Moment [Bagian 1]
163 The Moment [Bagian 2]
164 The Moment [Bagian 3]
165 Pengumuman
166 Daddy and Mommy
167 Tiga Sisi
168 Masih Bersabar
169 Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170 Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171 Tangisan VS Senyuman
172 Milikku!
173 Hikayat Cinta
174 Menjemput Rindu
175 Sampai Demam
176 Wejangan
177 My Heavenly Angel
178 Kamar Bintang Tujuh
179 Banyak Bintangnya
180 Cinta Itu Aneh
181 Bahasa Cinta
182 Sosok yang Berbeda
183 Kakak Beradik
184 Buah Hati yang Ketiga
185 Kejutan
186 Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187 Kabar
188 Sisi Kehidupan
189 Boncap
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Berawal Dari Sebuah Mimpi
2
Salah Mengenali
3
Simalakama
4
Toxic
5
Pengumuman
6
Rasa yang Membingungkan
7
Pertemuan Tak Terduga
8
Kucing yang Lucu
9
Wanita yang Berbeda
10
Fakta Mulai Terungkap
11
Sebuah Keputusan
12
Sebuah Keputusan [Bagian 2]
13
Mengorbankan Perasaan
14
Izin Pergi ke Bandung
15
Pergi ke Bandung
16
Ketegangan
17
Menjadi Pasangan
18
Madu yang Manis
19
Prahara dan Dilema
20
Hati yang Sulit Difahami
21
Memendam Rasa
22
Mansion VS Apartemen
23
Berpura-pura
24
Rasa yang Menyesakkan Dada
25
Cinta dan Luka
26
Janji Pertemuan
27
Tentang Dia
28
Sebuah Pengakuan
29
Poligami dan Perasaan
30
Pertemuan
31
Rakyat Jelata yang Merebut Hati Pangeran dari Tangan Tuan Putri [Visual]
32
Dilema
33
Asisten Manajer
34
Kebingungan Seorang Sahabat
35
Kehangatan, Kepiluan, dan Kerinduan
36
Bersitegang
37
Bersua Madu
38
Rasa yang Terbelenggu
39
Siasat
40
Bertemu Mama
41
Menghadirkan Sosokmu di Dalam Imajinasiku
42
Sahabat [Visual]
43
Cekcok
44
Membawanya
45
Membawanya [Bagian 2]
46
Menghindari Bayangmu
47
Titik Terang yang Menghangatkan Relung Hati
48
Sebuah Kabar dari Kotak Kecil
49
Madu yang Candu
50
Menghadapi Aral Melintang
51
Kesumat
52
Menolongmu
53
Rasa yang Terucap Jua
54
Terungkap
55
Pengumuman
56
Merasa Bersalah VS Merasa Tertipu
57
Kalah Langkah
58
Kabar Tak Sedap
59
Ke Paris Van Java
60
Mengungkap Tabir
61
Perang Dingin Dimulai [Visual]
62
Aura Positif
63
Aroma Durian
64
Kekhawatiran [Visual]
65
Pangilan Baru dan Fakta Baru
66
Menunggu di Gazebo
67
Pertemuan Keluarga
68
Bertambahnya Titik Terang
69
Bisakah Aku Menghapus Jejakmu?
70
Akan Melepasmu
71
Menyelamatkanmu
72
Bukan Anak Haram
73
Dua Sisi yang Berbeda
74
Sebuah Rencana
75
Berselisih
76
Menghadapi Kenyataan
77
Muai Terkuak
78
Tak Terduga
79
Penyesalan dan Keraguan
80
Sangat Membutuhkannya
81
Mengajukan Kesepakatan
82
Memberi Izin
83
Tragedi
84
Ilfeel and Goodfeel
85
Tamparan Keras
86
Akan Diperkenalkan
87
Gadis Kecil Pembuka Tabir
88
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 1]
89
Harus Siap Menjadi Buah Bibir [Bagian 2]
90
Kasus dan Fakta
91
Sabilulungan
92
Akan Diinterogasi
93
Ternyata Seorang Aa
94
Proses Interogasi
95
Pasca Interogasi
96
Dendam Kesumat
97
Ada yang Mencurigakan
98
Bestie
99
Luluh dan Menyangkal
100
Tragedi [Bagian 1]
101
Tragedi [Bagian 2]
102
Penyelamat Rahasia
103
Menenangkan Diri
104
Gurindam Tak Bersajak
105
The Mission
106
Meminta Tanda Tangan
107
Pesan Provokasi
108
Menantu Kesayangan [Visual]
109
Pembicaraan PENTING! [Visual]
110
Skenario
111
Malam yang Bimbang; Menyenangkan dan Menakutkan
112
Ada Apa Ya?
113
Peristiwa [Bagian 1]
114
Peristiwa [Bagian 2]
115
Terucap Jua
116
Ambulance Misterius
117
Maaf
118
Lolos
119
Masa Lalu
120
Tak Bisa Memutuskan
121
Mendapatkan Payung Hukum
122
Sekeping Hati
123
Hasil USG
124
Dua Sisi
125
Maaf
126
Saran dari Senior
127
Diproses Secara Hukum
128
Ancaman Misterius
129
Akur? [Visual]
130
Hari yang Mengesankan
131
Mengaguminya
132
Permohonan Maaf
133
Belum Memaafkan
134
Sudah Memaafkan?
135
Khoto Wanisyian
136
Pergi Sejenak
137
Firasat
138
Merajuk Membujuk
139
Ada yang Panik
140
Malam yang Berkesan
141
Debaran Hati [Visual]
142
Mengantarnya
143
Hasil Autopsi
144
Entahlah
145
Senyuman yang Mengalihkan Dunia
146
Perjodohan
147
Biarlah Kupertanggungjawabkan di Hadapan-Nya
148
Menunggu Jawaban dari Langit
149
Fakta dari Barang Bukti
150
Mencegah Masalah Baru [Visual]
151
Berusaha Meredam Diri
152
Lembur
153
Dampak Berbagi Ranjang
154
Trauma?
155
Mitoni
156
Obrolan di Taman Belakang
157
Sebuah Fakta VS Sebuah Ide
158
Penipu Ulung
159
Terima Kasih Orang-orang Baik
160
Persiapan Gelar Perkara
161
Demi Dia yang Tidak Berdosa
162
The Moment [Bagian 1]
163
The Moment [Bagian 2]
164
The Moment [Bagian 3]
165
Pengumuman
166
Daddy and Mommy
167
Tiga Sisi
168
Masih Bersabar
169
Pintu Maaf yang Sulit Terbuka
170
Membebaskan Diri dari Tipu Muslihat
171
Tangisan VS Senyuman
172
Milikku!
173
Hikayat Cinta
174
Menjemput Rindu
175
Sampai Demam
176
Wejangan
177
My Heavenly Angel
178
Kamar Bintang Tujuh
179
Banyak Bintangnya
180
Cinta Itu Aneh
181
Bahasa Cinta
182
Sosok yang Berbeda
183
Kakak Beradik
184
Buah Hati yang Ketiga
185
Kejutan
186
Hari yang Istimewa di Tempat yang Istimewa
187
Kabar
188
Sisi Kehidupan
189
Boncap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!