Qiram masih mengikuti Hafisa dari belakang.
Masih ia ingat dikehidupan masa lalunya. Saat itu, ia sangat frustasi dan putus asa, tangannya yang cacat, badan gemuk, miskin, pengangguran, diselingkuhi dan dibohongi kekasih. Sendirian, sepi, karena teman baiknya Lil O telah ia usir.
Ia berjalan ke jembatan, hendak bunuh diri di sana. Tiba-tiba sebuah mobil yang sangat keren berhenti dan keluarlah seorang gadis cantik memakai topi, langsung menarik dirinya dengan sangat kuat.
“Hentikan! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau sangat bodoh, bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalahmu.”
“Apa yang kau tahu tentang hidupku?” bentak Qiram.
“Aku memang tidak tau tentang hidupmu, memang bukan urusanku, tetapi jika kau bunuh diri, aku berhak mengingatkanmu sebagai manusia ciptaan Tuhan. Kita semua sama-sama ciptaan Tuhan. Kita semua sama! Tuhan menciptakan makhluknya dengan sangat sempurna. Memiliki akal pikiran!”
“Apa yang membuatmu ingin melakukan ini?”
“Karena aku tidak sempurna! Aku ciptaan Tuhan yang buruk! Kau tidak lihat, aku cacat, aku buruk, aku miskin!” teriak Qiram.
“Apa kau pernah melihat orang lain? Mereka cacat tapi masih bertahan, mereka buruk tapi mereka bersyukur, mereka miskin tapi mereka berjuang!”
“Semua orang memiliki masalah di dunia ini, tidak ada yang tidak memiliki masalah. Terkadang orang pandai menyembunyikan kepahitan hidupnya. Semua orang hidup di atas dunia ini menuju satu tujuan yang sama, ingin hidup enak dan bahagia lahir dan batin!”
Gadis cantik itu memeluk Qiram.
“Apakah tak kau ingat, betapa sedihnya orangtuamu, terkhusus ibumu, saat ia melihat kau putus asa. Dia pasti berharap kau berjuang dan berusaha. Dengan susah payah ia mengandung, melahirkan dan merawatmu.” Ia memeluk tubuh Qiram yang gemuk sambil menangis terisak-isak disela ucapannya.
“Aku memang bukan orang penting bagimu, begitupula kau juga bukan orang penting untukku, tapi jangan berputus asa, jangan lakukan hal bodoh, aku hanya bisa mengingatkanmu sebagai manusia ciptaan Tuhan.” Ia kemudian melepaskan pelukannya.
Ia lepas topinya, rambutnya terurai lepas, membuat Qiram terpana dan terpesona. Ia memasangkan topinya di kepala Qiram, kemudian merogoh uang dari tas selempangnya.
“Aku hanya punya segini, belilah makan malam ini, jangan lakukan bunuh diri lagi, ya.” ucapnya lembut.
Qiram mengangguk patuh seperti orang yang baru saja dihipnotis. “Aku antar pulang ya!” Qiram patuh masuk ke dalam mobil mewah itu dan mengantarkan Qiram sampai gang jalan, karena mobil tidak bisa masuk ke dalam.
“Namaku Hafisa Inaya, namamu siapa?” Wanita itu mengulurkan tangannya pada Qiram saat pria itu hendak keluar mobil.
“Aku Qiram Candra.”
Setelah itu, Qiram tak pernah lagi bunuh diri, ia hanya berharap akan bertemu kembali dengan wanita cantik itu, dia tersadar, benar kata wanita cantik itu, bunuh diri tak menyelesaikan masalah.
Suatu hari, ia tak sengaja melihat tayangan di televisi. Hafisa Inaya, nama gadis cantik yang membuatnya kembali bersemangat hidup. Gadis itu rupanya seorang artis populer. Qiram selama ini tidak tahu, karena ia tak pernah menonton televisi ataupun hp, karena ia miskin, tak punya itu semua setelah barang-barangnya dirampas gang Soleman
Bahkan ia menonton sekarang ditengah jalan, menatap televisi warung yang sedang menyala menyiarkan berita tentang Hafisa Inaya.
Gadis itu memiliki anak haram, punya kehidupan kelam dimasa lalu, gadis itu dijuluki dengan wanita kasar dan pembuat sensasi. Kali ini, ia juga menebarkan sensasi bahwa dia memiliki anak dengan sutradara terkenal yang telah memiliki istri.
Ia dibully, dihina dan dicaci maki, ia dituduh sebagai pelakor.
Setelah itu, Hafisa Inaya tak pernah muncul lagi di televisi, tak ada yang bisa menemukan informasinya lagi.
~~
Qiram menghela nafasnya sepanjang jalan, airmatanya tergenang di pelupuk mata, saat mengingat kehidupan sebelumnya. Akhirnya, ia bisa bertemu dengan gadis itu kembali.
Tepatnya, hari ini, gadis itu belum menjadi artis populer, ia sepertinya sedang mengalami masalah.
“Kenapa kau mengikutiku sejak tadi?!” tanya Hafisa menatap Qiram tajam sambil menyedekapkan tangannya di dada.
“Aku khawatir jika kamu di ganggu, Nona.” jawab Qiram.
“Yang mengangguku itu kau!” tunjuknya.
“Maaf, Nona. Bukan maksud menganggu, saya akan mengawal Nona sampai ditempat tujuan, jangan hiraukan saya.”
“Cih!” Terdengar Hafisa mendecih.
Disepanjang perjalanan tampak Hafisa meninju-ninju perutnya, berjalan merentak-rentak dan bergumam.
‘Apa jangan-jangan, berita buruk waktu itu beneran? Dia hamil?’ gumam Qiram memperhatikan pergerakan Hafisa sejak tadi.
Bergegas Qiram maju ke depan, lalu menahan tangan yang memukul perut itu. “Apa yang kau lakukan Nona? Apa kau hamil?” tanyanya menatap gadis cantik itu.
“Lepaskan aku! Ini bukan urusanmu!”
Qiram masih memegang tangan itu kuat, ia berbicara sambil menundukkan kepalanya, mengingat dimana posisi putus asa itu dulu ada dipihaknya, bukankah kini ia ingin membalas kebaikan Hafisa dikehidupan yang lalu.
“Nona, izinkan aku membantumu. Jika kau hamil dan tak menginginkan anak itu, tolong jangan sakiti anak yang tak berdosa itu. Kau cukup membiarkannya hidup diperutmu dan melahirkannya, setelah lahir berikanlah padaku. Aku akan membiayai semuanya.”
“Nona bisa kembali ke sekolah ataupun meneruskan karirmu.” lanjut Qiram.
Tangan Hafisa yang memberontak mulai melemah dan tak melawan lagi, ia terdiam lama, kemudian menatap Qiram yang merunduk.
“Kenapa?” tanyanya.
“Kenapa kau ingin seperti itu?” tanyanya lagi, menatap Qiram tajam.
“Nona, aku pria buruk dan gemuk, juga tidaklah kaya, mungkin tak akan ada wanita yang ingin menikah denganku, setidaknya aku memiliki teman hidupku nanti, seorang anak yang aku besarkan sejak kecil, masa tuaku tak akan kesepian.” jawab Qiram.
Hafisa sejenak diam, lalu berkata, “Jika kau miskin, kenapa kau berkata akan membiayai semuanya tadi?”
“Nona, jika biaya selama kamu membiarkan bayi itu hidup di dalam perutmu dan biaya melahirkan, aku punya tabungan untuk itu. Jadi, Nona jangan khawatir.” jelas Qiram.
Hafisa lama terdiam.
“Nona, bagaimana kalau kita makan sate dulu, aku membelinya 4 bungkus, takutnya kuahnya sudah mencair dan dingin. Mari kita makan dulu, di sana.” Qiram mengajak Hafisa makan sate.
Sedikit canggung, namun akhirnya Hafisa makan juga sate itu karena dia memang sangat lapar.
“Apa kau serius?” tanya Hafisa saat ia telah menghabiskan satu bungkus sate.
“Iya, Nona. Saya serius.” jawab Qiram.
Hafisa tersenyum senang, bahkan senyuman itu terbit di wajahnya berkali-kali.
“Kalau boleh tahu, Nona menuju ke mana?” tanya Qiram.
“Aku tak punya tujuan, aku di usir dari rumah!” jawabnya sendu.
“Oh, kalau begitu, bagaimana kalau menginap di motel itu saja dulu, besok siang baru mencari tempat tinggal. Ini sudah sangat larut malam.” tawar Qiram. Hafisa mengangguk dan tersenyum.
“Selamat Anda menyelesaikan 1000 senyuman berbalas, Anda akan mendapatkan tambahan 500.000 rupiah, selamat menikmatinya. Anda harus menyelesaikan 90.000 senyuman berbalas lagi!”
Drrt! Hp Qiram bergetar. ‘Saldo Anda Rp. 38.076.000,00.’
Qiram mengantar Hafisa ke motel dan membayar sewanya selama seminggu, seharga 800.000 rupiah dengan menggesek atmnya.
‘Saldo Anda Rp. 37.276.000,00.’
“Nona, sampai bertemu kembali ya, aku sudah membayarnya sampai seminggu, Nona jangan khawatir, besok aku akan menemanimu mencari kontrakan yang cocok denganmu.”
“Terimakasih.”
“Sama-sama, Nona.”
Qiram pun berjalan pulang, jalanan sudah sangat sepi, tak ada sate lagi di sepanjang jalan.
‘Maaf, Lil O. Lain kali akan aku belikan kamu sate.’ gumam Qiram.
Tak lama, ia pun sampai di tempat tinggal, saat ia membuka pintu, Lil O menyambutnya dengan pertanyaan dan siap hendak pergi.
“Kau kemana saja Qiram? Aku baru saja mau mencarimu!”
“Maaf, tadi aku membeli sate, enak sekali, jadi aku hendak membelikanmu sate juga, jadi aku muter-muter. Tapi ... satenya tetap saja gak dapat.”
Lil O menghela nafas. “Ya sudah kalau begitu, lain kali kalau tidak menemukan, langsung pulang saja.” ujar Lil O.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Leader
masih 90rb lagi😂
2022-10-03
1
ZasNov
Hafisa ternyata perempuan yang baik, dia mencegah Qiram untuk bunuh diri..
Sekarang disaat perempuan itu kesulitan, giliran Qiram yang membantunya..🤗
Tapi kenapa Hafisa tidak ingin melahirkan bayi yang dikandungnya, apa ayah bayi itu pergi meninggalkannya atau bagaimana..
Qiram baik sekali mau merawat dan membesarkan bayinya Hafisa 🤗🥰
2022-04-25
5
Cika🎀
semoga jd teman sejati selamanya
2022-01-27
1